Taichan si Fenomenal, dari Sate Sampai Martabak

Sate Taichan.
Sumber :
  • Instagram @taichangoreng

VIVA.co.id – Malam itu kawasan Senayan, Jakarta ramai seperti biasanya. Puluhan mobil dan motor terparkir di pinggir jalan. Suara teriakan juru parkir dan sahut-sahutan suara pedagang yang sibuk menerima pesanan makanan terdengar di mana-mana.

Mobil Tabrak Gerobak Sate Taichan, 1 Orang Tewas

Tawa dan celotehan muda mudi yang nongkrong di sana membuat suasana kian hangat. Semakin malam, justru semakin ramai.

Asap membumbung tebal dari para pedagang yang sibuk mengipas sate. Tapi tak ada aroma kecap yang tercium, melainkan hanya harum daging ayam dan aroma sambal yang terasa menyengat di hidung. Anak muda Jakarta barangkali sudah tidak asing dengan makanan satu ini, taichan.

Satpol PP Ingatkan Penjual Sate Taichan Senayan: Jangan Nekat

Ya, tiap malamnya, pedagang sate taichan yang berjejer di depan pintu gerbang Gelora Bung Karno (GBK), Jalan Plaza Barat, selalu ramai pengunjung layaknya pasar kaget. Kawasan tersebut memang telah lama menjadi spot kongkow anak muda di malam hari.

Dulunya, di sana dipenuhi pedagang nasi goreng, nasi gila, siomai dan tahu gejrot. Namun, beberapa tahun belakangan, hampir tiap sudut kawasan ini diisi pedagang sate taichan. Di kanan kiri, dari ujung ke ujung, Anda akan melihat puluhan pedagang sate taichan yang hampir tak pernah sepi pelanggan.

Terdampak Pandemi, Desi KDI Alih Profesi Jadi Penjual Sate

Bisa dibilang sate taichan merupakan sate ayam Madura versi 'polos'. Tidak seperti sate pada umumnya, penyajian sate taichan lebih sederhana. Tidak ada bumbu kacang dan kecap yang melumuri setiap tusuk sate ayam.

Untuk membuatnya, daging ayam hanya dibumbui dengan garam. Lalu, apa yang membuatnya menjadi fenomenal? Keistimewaannya terletak pada sambalnya yang disajikan sebagai saus atau bumbu pendamping.

Sate taichan.

Deretan penjual sate taichan di Senayan.

Di Senayan, puluhan pedagang sate taichan berlomba-lomba menarik pelanggan dengan sambal racikan mereka yang super pedas. Satenya boleh sama, tapi beda pedagang, berbeda pula cita rasa sambalnya.

Nama yang mereka gunakan pun bermacam-macam, mulai dari sambal setan, mercon, jontor hingga sambal dower. Pokoknya semua kata yang bisa menggambarkan betapa pedasnya sambal sate taichan mereka.

Bicara taichan, selain penyajian, keunikan lainnya adalah pedagangnya. Kita tahu bahwa di satu titik di kawasan Senayan tersebut puluhan pedagang sate taichan siap mengipasi ratusan tusuk sate untuk pelanggan. Namun, siapa sebenarnya yang mempelopori kehadiran sate taichan di Jakarta? Dan dari mana asal nama taichan? 

Asal Muasal

Adalah Sunarji, pria berusia 53 tahun yang pertama kali memperkenalkan sate taichan di Jakarta. Taichan miliknya lebih populer dikenal dengan nama Taichan Amir. Namun, di warung tenda tempatnya berjualan di Senayan, tak ada embel-embel ‘sate taichan pertama’ yang terpampang.

Kepada VIVA.co.id, Sunarji mengaku dia dan kawannya, Ocit, yang pertama kali berjualan sate taichan di kawasan Senayan.

"Dulu yang dagang itu saya sama Ocit, berdua saja," kata pria yang juga populer dengan nama Amir itu saat ditemui baru-baru ini.

Ide membuat sate taichan, diakui Sunarji berasal dari seorang pelanggan asal Jepang. Kala itu ia masih berdagang sate Madura. Sang pelanggan yang ia lupa namanya tersebut menyarankan padanya agar daging sate yang ia jual dibakar dengan garam saja hingga kering, lalu sambalnya disajikan terpisah.

Penyajian ini tentu sangatlah berbeda dengan sate yang dijual Sunarji sebelumnya. Daging sate Madura biasanya dilumuri kecap terlebih dahulu sebelum dibakar.

Sebenarnya, sambal sate taichan merupakan sambal sate ayam biasa yang dibuat dari cabai rawit, minyak, bawang putih, garam dan perasan jeruk nipis atau limau. Selain pedas, rasa asam, asin dan gurih akan terasa di lidah saat menyantapnya.

Taichan Amir di Senayan.

Taichan sendiri belum begitu lama eksis di ibu kota. Berdasarkan keterangan Amir, taichan baru berumur tiga tahun. 2014 adalah tahun pertama kali taichan dijual untuk umum.  "Kalau populernya memang baru satu atau dua tahun ini," kata dia.

Sebelum ramai dengan pedagang taichan, kawasan Senayan tempat Sunarji berjualan dipenuhi dengan penjual nasi goreng. Namun, perlahan-lahan banyak yang beralih menjual taichan seperti dirinya. 

Pria yang lahir 17 Agustus 1964 ini mengaku perubahan tersebut terjadi begitu saja. Bahkan ia mengaku tidak ada yang datang bertanya untuk menanyakan resep atau proses pembuatan taichan padanya. Meskipun sudah menjamur, ia tidak merasa tersaingi dengan keberadaan pedagang taichan lain. Sebaliknya, ia justru senang banyak yang mengikut jejaknya.

"Pelanggan sih enggak berubah, enggak merasa tersaingi. Namanya juga rezeki, kadang pasang surut. Mudah-mudahan yang lain jualannya laku semua," ujar pria asal Madura ini. 

Sekadar informasi, nama Amir tidak berasal dari nama lahir Sunarji atau sosok istimewa yang ia punya. Nama Amir sudah seperti 'nama panggung' bagi Sunarji. Ada sedikit kisah di balik nama tersebut.

Amir adalah nama yang tertera pada gerobak yang dibeli oleh Sunarji saat akan berjualan sate Madura di Jakarta. Ya, Sunarji membeli sebuah gerobak bekas untuk berjualan dan di sana masih tertempel nama Amir dan ia tidak menghapusnya selama berjualan dengan gerobak tersebut. Sayang, gerobak tersebut sudah tidak lagi dipakai untuk berjualan.

"Itu nama gerobak. Tadinya beli gerobak bekas orang dan sudah ada namanya 'Amir'. Enggak saya copot selama saya jualan, makanya banyak yang panggil Amir. Sekarang gerobaknya sudah dimuseumkan hahaha," jelas ayah dari lima orang anak ini. 

Untuk taichan yang dijual oleh Sunarji, harganya dijual Rp2.500 per tusuk. Jika ingin menyantapnya dengan tambahan lontong, Anda cukup menambah Rp5 ribu. Tak hanya menjual taichan, Sunarji masih menjual sate Madura yang menjadi sumber penghasilan utamanya saat merantau ke Jakarta. Anda pun bisa meminta bumbu kacang padanya jika mau. 

Sejak Sunarji menjual taichan, kejayaan sate pedas ini terus berlanjut. Taichan memang tengah nge-hits di Jakarta. Selain Senayan, berbagai tempat di Jakarta, Depok, Bekasi, Bintaro dan bahkan Serpong juga mulai dipenuhi dengan kuliner serba taichan yang tak hanya terbatas pada sate ayam saja. Deretan kreasi taichan kini telah hadir untuk memanjakan para penikmat kuliner pedas.

Martabak Taichan

Hidangan hasil 'perkawinan' sate taichan dan martabak telur juga tak kalah fenomenal. Sejak dihadirkan beberapa waktu lalu, menu Martabak Taichan dari Martabak Lab, yang dijual di Jalan Tebet Utara, Jakarta Selatan bahkan selalu diserbu pembeli.

Jika Anda mampir ke gerai yang berada di salah satu kawasan hits anak muda Jakarta ini, pembuatnya dibuat tak pernah duduk dengan pesanan Martabak Taichan yang terus berdatangan. Kebanyakan dari mereka ialah tukang ojek online yang menjemput pesanan para pembelinya. 

Ardhi, salah satu pembuat martabak di Martabak Lab mengatakan, menu Martabak Taichan memang yang paling laris dan banyak dicari. Meski baru dihadirkan, martabak pedas ini selalu terjual minimal 40 loyang setiap harinya.

"Martabak ini bedanya bumbunya, pakai bumbu sate taichan. Jadi sambalnya kaya sambal cabai sama minyaknya saja, ayamnya dicampur dengan telur yang buat isian," ujar Ardhi.

Dalam sebuah gerai mirip container berwarna kuning, Ardhi pun melanjutkan membuat pesanan yang telah dari tadi menunggu. Proses pembuatannya sendiri tak berbeda jauh dengan martabak telur pada umumnya. 

Adonan yang telah dibuat, dipipihkan dan dilebarkan, sebelum akhirnya dimasukkan ke dalam loyang berisi minyak panas. Sementara itu, isian martabak yang terdiri dari daun bawang, daging ayam yang dicincang, dan dua buah telur bebek dimasukkan ke dalamnya. 

Setelah matang dan dipotong menjadi sembilan bagian yang tidak terlalu besar, barulah sambal taichan dituangkan diatasnya. Perasan jeruk nipis dan taburan sedikit garam menutup sempurna penyajian martabak taichan ini.

Martabak Taichan di Martabak Lab Tebet

Bagi Anda penyuka pedas, juga terdapat beberapa tingkat kepedasan yang bisa dipilih, mulai dari satu hingga lima. "Level satu itu satu sendok (sambal), begitu seterusnya. Tapi kalau level lima itu kita dua centong nasi sambalnya," kata Ardhi. 

Untuk ukuran sendiri, juga tersedia dua pilihan, yakni sedang dan besar. Untuk ukuran sedang dibanderol dengan harga Rp60 ribu, sedangkan ukuran besar Rp70 ribu. 

Sate Taichan Goreng

Yang satu ini pertama kali hadir di Dago, Bandung pada bulan Mei 2016 lalu. Delapan bulan kemudian, dibuka lima cabang restoran Sate Taichan Goreng yaitu di Tebet (Jakarta), Harapan Indah dan Grand Galaxy di Bekasi, Malang serta Palembang.

Sang pemilik, Niko Al-Hakim memiliki sebuah ide untuk mengembangkan sate taichan menjadi sebuah restoran dengan menu yang lebih variatif. Jangan kaget, di sini Anda bisa menemukan aneka menu taichan unik yang dijamin akan menggoyang lidah penikmatnya.

Sebut saja sate dari daging paha ayam yang empuk, sate kulit dan usus ayam, sate kikil, udang, cumi-cumi hingga telur puyuh. Tentu saja semuanya disajikan dengan sambal taichan yang pedas dan segar.

Tak berhenti di situ, Anda bisa memesan menu serba taichan lainnya yang tak kalah kreatif, seperti sayap ayam berbumbu sambal taichan, spaghetti aglio olio taichan, ramyeon taichan goreng serta sate taichan dengan lelehan keju mozzarella yang nikmat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya