Jauhkan Radikalisme dari Anak, Guru juga Perlu Dibina

Kegiatan belajar mengajar
Sumber :

VIVA – Pelibatan anak dalam aksi teror di Surabaya memunculkan sejumlah pertanyaan bagi semua pihak. Keluarga, sebagai lingkungan utama yang semestinnya bisa menjadi pelindung sekaligus penyaring nilai-nilai moral, tapi justru menjadi aktor yang melibatkan anak dalam kekerasan.

Mantan Teroris Poso Dukung Penuntasan Masalah Terorisme di Sulawesi Tengah

Selain pola asuh keluarga yang mesti ditinjau ulang, anggota Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Retno Listyarti juga menyoroti peran guru di sekolah dan lebih luas di dunia pendidikan.

"Pertama kalau dunia pendidikan di sekolah, perlu ada pelatihan kepada guru-guru, jangan hanya cara ngajar atau kurikulum 2013, tapi guru ini juga dibangun mindsetnya untuk menghargai perbedaan menghargai keragaman, memperkuat kebangsaan. Itu perlu dimasukkan lagi," ungkap Retno saat ditemui VIVA di kantor KPAI, Selasa 15 Mei 2018.

Lebaran Aman dari Gangguan Terorisme, Komisi III DPR Apresiasi BNPT

Ilustrasi guru pengajar dan murid

Menurutnya, saat ini ajaran radikalisme serta anjuran untuk melakukan kekeraan banyak tersebar di media sosial yang notabene juga banyak diakses anak. Untuk itu, peran guru juga penting, untuk menjadi rem, agar tidak ikut menyebarkan informasi menyesatkan.

Pakar Dukung BNPT Tangkal Konten Radikalisme: Butuh Keterlibatan Banyak Pihak

"Sehingga, tidak sedikit-sedikit menyebar hoax menyebar fitnah menyebar ujaran kebencian, itu bisa dihentikan. Perlu ada pelatihan terkait itu," kata dia.

Selain itu, Retno juga menambahkan, bahwa dinas pendidikan khususnya di daerah-daerah perlu bertindak tegas jika ada guru-guru yang diindikasikan justru menyebarkan paham radikalisme kepada anak.

"Jadi ketika ada guru yang diindikasikan seperti itu dan merekrut anak-anak, segera dibina. Kalau tidak bisa, jangan jadi guru yang meracuni anak-anaknya." (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya