Tak Sekadar Bikin Pintar, Sekolah yang Baik Hasilkan Anak-anak Bahagia
- Pixabay/Public domain pictures
VIVA – Kasus perkelahian yang berujung maut pada siswa SD di Garut, menjadi bukti kegagalan sekolah. Pendiri Rumah Amalia, rumah belajar bagi anak yatim dan duafa, Muhammad Agus Syafii, prihatin atas maraknya tindakan kekerasan yang dilakukan siswa hingga menimbulkan jatuhnya korban jiwa.
Agus mengungkapkan, tindakan tersebut menjadi salah satu kegagalan sekolah dalam mendidik siswanya. Ini berdampak pada munculnya sikap kekerasan yang dilakukan anak didiknya.
"Seperti yang baru-baru ini terjadi (di Garut), anak kelas 6 SD bertengkar dengan temannya, lalu menggunakan gunting untuk menyerang temannya, hingga temannya meninggal dunia. Ini sebenarnya bukan salah anak-anak, di sini anak-anak adalah korban," kata dia, dikutip dari pesan tertulis yang diterima VIVA, Kamis, 2 Agustus 2018.
Ia mengatakan, sekolah seharusnya bisa menanamkan akal sehat pada anak. Yang berarti bahwa siswa harus ikut aktif menyampaikan pendapat, berdialog, serta menerima perbedaan.
Dengan begitu, ketika para siswa memiliki masalah, mereka bisa menyelesaikannya dengan dialog, bukan malah melampiaskan hal tersebut pada kekerasan. Namun, sangat disayangkan, hingga saat ini, guru dominan mengajarkan hal-hal bersifat akademis saja.
"Tapi tidak mengedepankan siswa mengeluarkan pendapatnya sendiri," jelasnya.
Hal ini tentu bisa menimbulkan traumatik di dalam lingkungan belajar. Sebab, anak memiliki ketakutan tersendiri untuk bisa menyampaikan pendapatnya.
"Sekolah yang baik adalah sekolah yang menghasilkan anak-anak bahagia. Bukan hanya sekedar cerdas secara akademis," kata Agus. (ase)
Penerapan Zonasi PPDB Sekolah Dinilai Belum Efektif
Zonasi salah satu kebijakan kementrian pendidikan untuk mewujudkan pemerataan pendidikan yang telah dikaji serta mendapat rekomendasi dari lembaga kredibel.
