Mau Anak Sukses, Hindari 4 Kesalahan dalam Pendidikan

Ilustrasi anak belajar.
Sumber :
  • dok. pixabay

VIVA – Tak diragukan lagi, semua orangtua pasti berusaha memberikan yang terbaik untuk anaknya. Terlebih untuk pendidikan, yang menjadi dasar kesuksesan anak di masa depan. Tapi, menyiapkan dana pendidikan dan memberikan sekolah terbaik saja tak cukup. Tanpa disadari, tidak semua jerih payah orangtua untuk memberikan pendidikan terbaik berdampak baik pula untuk anak.

7 Tips Menghadapi Ujian Nasional: Persiapan yang Efektif untuk Sukses

Berikut empat kesalahan yang kerap dilakukan orangtua berkaitan dengan pendidikan anak.

1. Fokus pada 'nama besar' sekolah

Heboh Uang Jajan Anak Artis, Arie Untung dan Fenita Arie Terapkan Kesederhanaan

Kita sering mendengar orangtua dan anak-anak yang ngotot ingin pergi ke sekolah tertentu, karena katanya sekolah tersebut adalah yang terbaik. Kita pun tahu kalau sekolah atau universitas yang dimaksud memang bagus dan punya 'nama besar'.

Memang sih, banyak orang beranggapan sekolah terbaik akan memberikan kesempatan yang lebih besar bagi anak untuk mendapat pekerjaan bergengsi, gaji yang besar atau kesuksesan. Ada kebenaran di dalamnya, tapi bukan itu yang harus menjadi fokus. Bukan berarti banyak lulusan yang sukses, maka itu menjadi sekolah yang tepat untuk anak Anda.

Bingung Cari Sekolah Terbaik? Wujudkan Masa Depan Cerah Buah Hati di Kinderfield - Highfield School

Sekolah terbaik adalah sekolah yang paling sesuai untuk anak. Di sana, anak akan merasa bahagia dan bersemangat untuk belajar. Jadi, daripada fokus pada nama besar sekolah, lebih baik cari sekolah yang paling sesuai dengan minat dan gaya belajar anak.

Pastikan di sekolah tersebut, faktor akademis, olahraga, seni dan ekstrakulikuler bisa mendukung kebutuhan anak. Sekolah yang punya program terbaik untuk anak Anda, itu lah sekolah terbaik. Karena anak akan mendapatkan kesempatan terbaik untuk tumbuh dan berkembang dengan maksimal.

Ilustrasi siswa sekolah.

2. Utamakan nilai akademis

Masih banyak orangtua yang beranggapan nilai bagus adalah hal terpenting di sekolah. Mereka percaya, nilai bagus yang jadi penentu keberhasilan anak. Maka tak heran, banyak orangtua menuntut anaknya untuk mendapat nilai setinggi mungkin. Padahal, banyak orang sukses di bidang bisnis dan politik yang hanya memiliki nilai B+ semasa sekolah.

Kunci sukses mereka bukanlah nilai, melainkan kemampuan interpersonal. Di dunia yang kompetitif dan dinamis, mereka yang sukses adalah yang bisa membangun hubungan baik, dan mengembangkan jaringan personal dan profesional. Dengan kata lain, EQ (Emotional Quotient) sama pentingnya dengan IQ (Intelligence Quotient).

Beberapa anak brilian secara akademis, tapi kurang kemampuan interpersonal, sesuatu yang dibutuhkan di masa sekarang. Apa gunanya nilai bagus tapi anak tidak mampu berkomunikasi dengan baik dan bekerja sama? Universitas bagus dan perusahaan terbaik menginginkan seseorang yang multidimensional, menarik dan berkarakter. Jika hanya bermodal nilai bagus saja akan sulit.

Bryan Ide, seorang pakar pendidikan, kepala sekolah dari KEY Enrichment Centre, dilansir dari ourkids.net, menyarankan kepada mahasiswa untuk menghabiskan 30-40% waktunya dengan belajar. Sementara 60-70 persen sisanya untuk mencoba mengenali diri sendiri, bekerja paruh waktu untuk belajar menghargai uang dan nilai kerja keras, menemukan passion mereka serta mengumpulkan networking untuk masa depan.

Sebaiknya anak bisa menyeimbangkan antara akademis dengan aktivitas lain seperti olahraga, seni, kepemimpinan, ekstrakulikuler dan pekerjaan paruh waktu. Penting juga bagi anak untuk mengembangkan kemampuan untuk bekerja sama dalam tim dan bergaul dengan baik, sebab begitu ia memasuki dunia kerja, kemampuan tersebut diutamakan.

Ilustrasi anak kesulitan belajar.

3. Aktivitas yang terlalu padat

Sebagian anak punya jadwal kegiatan yang lebih padat dibanding orang dewasa. Setiap hari, mereka disibukkan dengan beragam aktivitas hingga aneka les dan pelajaran tambahan. Belum lagi tuntutan mereka harus memberikan nilai yang gemilang. Sebagian anak memang bisa menghadapi semua tuntutan itu dan akhirnya menjadi sukses. Tapi sebagian besar akan mengalami dua hal. Pertama, mereka akan kewalahan dan 'kacau', kedua mereka akan menjadi seperti robot yang tidak memiliki passion dan berkepribadian muram.

Benar adanya, penting bagi anak untuk memiliki beragam aktivitas. Tapi sebagai orangtua, Anda harus memastikan waktu anak tetap seimbang untuk mereka menikmati hidup. Sekolah terbaik menginginkan anak yang menarik dan penuh minat. Mereka tidak menginginkan anak yang terlalu terprogram. Bersenang-senang tidak cuma disarankan untuk anak, tetapi penting bagi kebahagian dan peluang mereka meraih sukses di masa depan.

4. Menjadi orangtua tipe helikopter
 
Sebutan helicopter parent disematkan untuk mereka yang selalu membayangi ke mana pun anak pergi dan selalu turun tangan untuk masalah yang dihadapi anak. Orang tua over protektif ini selalu mendampingi anak, bahkan hingga saat melamar kerja. Beberapa orangtua sangat khawatir anaknya akan gagal, jadi mereka melakukan apa pun untuk mencegah anaknya terluka dan gagal. Perlakuan seperti itu tidak akan membuat anak sukses. Sebab, orangtua tidak membiarkan anak menjalani kondisi yang nyata di kehidupan.

Anda tidak memberikan pertolongan untuk anak dengan tidak membiarkan ia menjalani kehidupannya sendiri dan tidak belajar dari kesalahannya. Anak Anda akan gagal dalam beberapa hal dan ia pasti akan melakukan kesalahan.

Kesalahan dan kegagalan akan menjadi pelajaran berharga saat anak tumbuh, semoga untuk menjadi individu yang mandiri dan sukses. Anak Anda akan jatuh dan melukai lututnya saat belajar naik sepeda. Biarkan ia menangis selama beberapa saat, minta ia berdiri sendiri lalu lanjutkan mengayuh. Seperti itu lah seharusnya anak menjalani kehidupannya.

Anda mencintai anak dan menginginkan yang terbaik. Membiarkan anak menjadi partisipan aktif selama masa pertumbuhannya adalah 'hadiah' terpenting yang orangtua bisa berikan. Di atas segalanya, yang kita inginkan adalah membantu anak menyiapkan dasar agar ia bisa mengisi kehidupannya dengan baik, dan merasa bahagia saat menjalaninya.

Pendidikan tentu saja menjadi salah satu dasar yang mutlak dibutuhkan anak. Tak perlu diragukan lagi, Anda rela bekerja banting tulang demi membiayai pendidikan anak dan memastikan ia mendapat pendidikan terbaik.

Ilustrasi orangtua mengajari anak belajar.

Tapi sudah kah Anda memiliki rencana jika suatu hal tak terduga terjadi pada diri Anda? Tentu tidak ada satu pun yang berharap tertimpa musibah. Namun, kecelakaan bisa terjadi sewaktu-waktu tanpa peringatan. Jadi, tidak ada salahnya memastikan pendidikan anak tetap terjamin meski Anda tidak lagi mampu bekerja.

Upaya untuk menjamin pendidikan anak bisa melalui asuransi pendidikan, salah satunya lewat happyEdu dari happyOne.id. Jangan khawatir, biayanya tidak akan memberatkan, sebab Anda yang menentukan sendiri biaya pertanggungan atau premi yang diinginkan. Setelah itu, happyEdu akan membantu menentukan nilai perlindungan yang tepat untuk Anda dan keluarga.

HappyEdu diperuntukkan bagi nasabah berusia 17 hingga 64 tahun, sehingga pas untuk keluarga muda hingga dengan anak balita hingga keluarga dengan anak yang duduk di bangku kuliah.

HappyEdu dilengkapi manfaat tambahan lain, di antaranya santunan meninggal dunia atau cacat tetap keseluruhan akibat kecelakaan. Ada pula santunan rawat inap di rumah sakit akibat kecelakaan, tunjangan kehilangan pendapatan karena cacat tetap keseluruhan hingga santunan biaya pemakaman.

Syaratnya juga mudah, Anda harus memiliki anak kandung yang sah secara hukum usia 1 – 21 tahun. Untuk info selengkapnya, klik www.happyOne.co.id.  
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya