Dokter: Pemberian Gawai Sebelum Anak 2 Tahun Picu Keterlambatan Perkembangan

Ilustrasi Balita
Sumber :
  • Pixabay/ PublicDomainPictures

VIVA Lifestyle – Pemberian gawai dan perangkat elektronik lainnya ternyata dapat menjadi momok berbahaya bagi para anak di tahap perkembangan, khususnya usia balita. Menurut pakar, anak yang sudah terpapar berbagai perangkat elektronik sejak usia dini itu bisa berpengaruh pada proses perkembangan yang kelak berdampak pada masa depannya.

Kisah Inspiratif dari UTBK Unesa: Peserta Berinfus dan Pakai Selang Demi Menggapai Cita-cita

Pemantauan perkembangan merupakan proses yang aktif dan berkelanjutan untuk mengamati pertumbuhan anak dan mendorong percakapan antara orang tua dan penyedia layanan tentang keterampilan dan kemampuan anak. Pemantauan perkembangan melibatkan pengamatan bagaimana anak dapat tumbuh dan apakah ia sudah memenuhi tahap perkembangan yang khas, atau keterampilan yang dicapai sebagian besar anak pada usia tertentu, dalam bermain, belajar, berbicara, berperilaku, dan bergerak.

"Angka kejadiannya adalah banyak orangtua yang beri gadget ke anak sejak dini. Pesan saya, jangan beri perangkat elektronik apapun termasuk tv, sampai usia 2 tahun supaya tidak ada keterlambatan," ujar Dokter Spesialis Anak, Prof. dr. Dr. Rini Sekartini, SpA(K), dalam acara virtual Daewoong Media Day Q4 2022, Selasa, 6 Desember 2022.

Siap Laksanakan Peparnas 2024, Pj Gubernur Sumut: Kita Senang Jadi Tuan Rumah

Ilustrasi anak main gadget atau smartphone.

Photo :
  • Pexels

Apabila anak mengalami keterlambatan perkembangan, berisiko besar mengalami disabilitas perkembangan. Dikutip dari laman CDC, disabilitas perkembangan adalah sekelompok kondisi akibat gangguan pada area fisik, kognitif, bahasa, atau perilaku. Kondisi ini dimulai selama periode perkembangan anak sejak kecil, dapat memengaruhi fungsi sehari-hari, dan biasanya berlangsung seumur hidup seseorang.

Kemenko Ekonomi Ungkap KUR 2024 Telah Tersalur ke 149.602 Debitur hingga April

"Bisa terjadi saat kehamilan, proses persalinan, dan setelah bayi lahir. Ada beberapa macam sebabnya, misal bayi lahir tidak nangis atau saat hamil ada infeksi rubella nanti bayinya ada kejadian rubella kongenital," tuturnya.

Maka dari itu, penting untuk menjaga kesehatan secara fisik, terutama bagi calon ibu. Bukan hanya saat dewasa, tapi dimulai sejak remaja dengan pola makan seimbang dan gaya hidup sehat. Hal itu tentunya diberikan oleh para ibu dengan edukasi tepat.

"Untuk melakukan pencegahan (disabilitas perkembangan anak) terutama ibu hamil harus sehat. Sebelum hamil, saat remaja, harus sehat," tambahnya.

Prof Rini mengatakan bahwa kondisi disabilitas perkembangan kerap menimpa usia anak. Paling didominasi oleh anak usia 15-17 tahun dengan kasusnya sebesar 4,2 persen. Sementara usia anak di bawahnya yakni 10-14 tahun sebesar 3,5 persen serta pada usia 5-9 tahun sebesar 2,5 persen.

Ilustrasi gadget.

Photo :
  • U-Report

"Disabiltas perkembangan itu luas, mulai dari (jenis) ringan sampai berat. Kalau ditangani sejak awal, insyaallah (perkembangannya) kembali. Yang penting deteksi dini," tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya