Mencari Tahu Penyebab Anak Tidak Konsentrasi Belajar

Ilustrasi anak makan buah.
Sumber :
  • Pixabay/jill111

VIVA.co.id – Menurut survei dari Nielsen Global Snacking Survey tahun 2014, konsumsi snacking atau camilan terjadi peningkatan empat persen di negara Asia Pasifik, termasuk Indonesia. Sayangnya, pilihan camilan itu adalah pilihan yang kurang baik.

Scientists Reveal the Reason Why Someone Cannot Stop Snacking

Ahli gizi keluarga Leona Victoria Djajadi, MND mengatakan, jenis camilan yang paling tinggi dipilih adalah yang manis-manis seperti cokelat, pastry, atau biskuit. Padahal snacking ini memiliki peran penting bagi anak.

"Snacking ini merupakan bagian dari keseluruhan diet sehat anak, bukan sekadar karena lapar mata saja. Harus digabungkan dengan rencana menu untuk diet anak," ujar Leona dalam media briefing Bulan Kesehatan Gigi Nasional di kawasan Menteng, Jakarta, Selasa, 5 September 2017.

Resep: 3 Kreasi Camilan Mi Telur, Dijamin Si Kecil Doyan

Menurut survei yang sama, 79 persen camilan dibeli dengan alasan untuk memenuhi keinginan akan rasa dan tampilan, sementara 65 persen dilakukan secara spontan karena ingin mencoba camilan baru.

Karena itu, pemberian camilan pun sebaiknya dengan menyertakan makanan bergizi untuk anak. Selain itu, waktu snacking bisa menjadi cara untuk mengenal sinyal lapar pada anak.

5 Ide Resep Camilan Anak, Bikinnya Gampang Gak Pakai Ribet

"Jangan abaikan rasa lapar itu dan jangan asal membelikan camilan," kata Leona.

Selain itu, camilan juga bisa menjaga gula darah dan mood anak. Dengan camilan yang sehat anak tidak mudah rewel, serta bisa menjaga konsentrasinya sehingga lebih fokus dalam belajar.

Ilustrasi ibu dan anak/parenting/anak bermain.

Membangun Kebiasaan Makan Sehat pada Anak, Peran Orang Tua dalam Memilih Camilan

Meskipun permen dapat menjadi camilan yang menyenangkan, penting untuk mengatur batasan konsumsi mereka. Anjuran ahli gizi adalah membatasi asupan gula tambahan pada anak

img_title
VIVA.co.id
25 Maret 2024