Tuk Mudal, Sumber Mata Air yang Instagenik

Destinasi wisata Tuk Mudal di Desa Cempaka, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal
Sumber :
  • VIVA/Dwi Royanto

VIVA – Selain memiliki destinasi wisata pemandian air panas, Guci, Kabupaten Tegal terus mengembangkan sejumlah destinasi wisata alam lain yang mampu menyedot animo wisatawan. Wisata baru itu, salah satunya Tuk (air mata) Mudal.

Sri Mulyani Ungkap Pembangunan IKN Sudah Sedot APBN Rp 4,3 Triliun

Tuk Mudal berada di Desa Cempaka, Kecamatan Bumijawa. Lokasinya terletak di wilayah pegunungan membuat kawasan ini cocok untuk menghabiskan liburan akhir pekan, dan sejenak meninggalkan suasana hiruk pikuk perkotaan.

Dinamakan Tuk Mudal karena kawasan wisata ini merupakan destinasi wisata air dari sebuah sumber mata air yang menjadi penopang kebutuhan masyarakat setempat. Namun masyarakat mengelolanya menjadi kawasan untuk berwisata. 

Tim Pengawal Anies Pamitan usai Pilpres 2024 Berakhir

Kepala Desa Cempaka, Abdul Khayyi menuturkan, sebelum menjadi tempat wisata, sumber mata air Tuk Mudal sempat tidak terawat. Fungsinya hanya sebagai pengairan yang mampu mengairi 130 hektare sawah milik warga. Namun, masyarakat berinisiatif merawat dan memanfaatkan mata air itu untuk potensi lain. 

"Pemeliharaan Tuk Mudal secara intensif dimulai sejak tahun 2014. Kita mulai melakukan penanaman pohon di sekitar tuk secara terus menerus, agar menjaga vegitasi alam di sekitarnya," kata Abdul, Selasa, 6 Februari 2018.

Moeldoko: Otonomi Daerah Harus Lanjutkan Pembangunan Visi Jokowi

Selain penanaman pohon, pihaknya juga melakukan pembangunan talut yang melingkar di areal mata air. Salah satu upaya konservasi itu agar sumber mata air tidak mengalami pendangkalan. 

Namun tak disangka dalam proses perkembangannya Tuk Mudal menjadi tempat yang nyaman untuk wisata. Banyak pengunjung berdatangan untuk  merasakan suasana segarnya air Tuk yang jernih. Ditambah dengan mulai rindangnya pohon di sekitar Tuk. Banyaknya pengunjung yang datang bahkan menjadikan Tuk Mudal mulai viral di media sosial.

Di tahun 2015, kelompok sadar wisata atau Pokdarwis desa Cempaka pun terbentuk. Mereka lalu melakukan inovasi membuat area sekitar Tuk agar semakin nyaman bagi wisatawan. Mulai dari pembuatan titik menarik untuk ber-swafoto, Tourist Information Center (TIC), dan fasilitas lain seperti toilet.

Tidak hanya Tuk Mudal, Pokdarwis juga melakukan inisiatif untuk melakukan pembangunan di Bukit Bulak Cempaka atau dikenal dengan nama BBC. Sejumlah spot-spot swafoto dibangun agar mendapatkan daya tarik bagi pengunjung penyuka swafoto.

Menyimpan sejarah

Selain menawarkan keindahan alam, di balik jernihnya air, Tuk Mudal menyimpan sejarah yang panjang di masa silam. Abdul menutukan, Tuk Mudal dibangun seorang ulama penyebar Islam dari Cirebon bernama Mbah Sanmuluk.

Beliau tidak sendiri dalam pembangunan tuk, namun bersama dengan sesepuh desa lainnya. Seperti mbah Mayakerti, mbah Raksandana, mbah Sutawedana, mbah Pandansari, mbah Agung, dan mbah Jigjaya.

Tuk Mudal awalnya dulu merupakan tempat mengambil air wudhu, sekaligus digunakan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari, seperti memasak, dan mandi. Konon, Tuk Mudal dibagi menjadi dua bagian untuk pembedaan tempat bagi laki-laki dan perempuan saat mengambil wudhu.

"Dahulu sering dikenal dengan nama Tuk Mudal Ayu dan Tuk Cirebon. Sekaligus dahulu Tuk Mudal adalah sarana bersosialisasi menjelang salat fardhu, karena sebelah tuk dulu ada sebuah musala," ucapnya. 

Magnet wisatawan mengunjungi Tuk Mudal akhirnya melahirkan event berskala nasional bernama Festival Bumijawa 2018. Festival yang bertujuan mengangkat potensi wisata lokal itu akan terus digelar setiap tahun. 

Kepala bidang Penelitian dan Pengembangan Bappeda Kabupaten Tegal, Fani Dwiat M, menyambut baik Bumijawa Festival 2018 yang diselenggarakan di desa Cempaka. Hal itu melihat potensi alam dan pengelolaan yang baik hingga mendatangkan banyak wisatawan. 

"Bumijawa Festival merupakan program yang strategis bagi Pemkab Tegal. Bappeda yang bertugas sebagai pendamping desa wisata, patut dan mendukung sekaligus mengenalkan wisata desa di dalam negeri maupun luar negeri," kata Fani. 

Masyarakat dari Tegal maupun luar daerah datang untuk menonton event kebudayaan terbesar yang diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Tegal itu. Acara ini diramaikan dengan pertunjukan kesenian daerah dan kolaborasi seniman, dari dalam dan luar negeri. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya