Kode Gelang Saat Intimidasi di CFD, Skenario atau Kebetulan?

Susi Ferawati di tengah kepungan massa berkaus #2019GantiPresiden.
Sumber :
  • Repro Twitter

VIVA – Tanda pagar (tagar) Gelang Kode (#GelangKode) sempat menguasai lini massa Twitter, Kamis, 3 Mei 2018. Tagar ini mengungkap sisi lain dari kasus intimidasi massa berkaus #2019GantiPresiden terhadap seorang ibu dan di arena car free day (CFD) pada Minggu, 29 April 2018 lalu.

PPKM Level 2, Semarang Buka Opsi Bioskop dan CFD Kembali Dibuka

Kemunculan #GelangKode diinisiasi Aktivis PP Muhammadiyah, Mustofa Nahrawardaya, melalui akun Twitternya @NetizenTofa. Sebelumnya, Mustofa menceritakan kejanggalan peristiwa yang berujung intimidasi itu di acara 'Dua Sisi', tvOne, Rabu malam, 3 Mei 2018.

Bermula dari rasa penasaran dengan peristiwa yang sebenarnya. Pria yang juga peggiat media sosial ini mulai mempelajari rekaman video intimidasi yang beredar di Youtube. Ditambah lagi, banyak keganjilan yang dia temui di lapangan. Ia banyak melihat sosok asing di kerumuman massa #2019GantiPresiden.

Penularan Corona Tinggi, Car Free Day Bekasi Ditiadakan Lagi

Dari hasil penelusuran, ada beberapa kejanggalan yang dia temukan. Salah satunya penggunaan gelang yang sama oleh beberapa 'pelaku' dan 'korban'.

"Di sini ada foto, beberapa orang misterius sekali. Ini dari video yang beredar antara yang memberi uang ini sangat provokatif, mengibas-ibas pakai baju putih yang diberi uang, tapi keduanya pakai gelang yang sama, warna cokelat," kata Mustofa.

Car Free Day di Bekasi Ditiadakan

Berdasarkan pengalamannya berunjuk rasa ketika mahasiswa, selalu ada ciri atau kode-kode khusus yang diberikan pada suatu kelompok massa, untuk menunjukkan mana kawan dan lawan. Kode itu bisa berupa pita di lengan sesama mahasiswa.

Dari sejumlah gambar dan video yang beredar, Mustofa menduga ada skenario yang diatur. Ia curiga antara pelaku, korban adalah dari pihak yang sama. "Dalam intelijen, bisa jadi antara pelaku dan korban adalah pihak yang sama. Provokator, pelaku, dan korban adalah pihak yang sama. Saya tidak menuduh ya, ini penemuan saya di video," ujar Mustofa.

"Dan yang bikin saya kaget, Mbak Susi (Susi Ferawati-korban intimidasi) memakai gelang yang sama, gelangnya sama persis. Jangan-jangan operasi intelijen luar biasa, ini temuan saya di video," imbuhnya.

Apalagi, pada saat kejadian banyak aparat Kepolisian yang menjaga jalannya aksi, dan tak bereaksi ketika tindakan intimidasi itu terjadi. "Kalau ini kejahatan, pasti sudah ditangkap polisi saat itu. Polisi banyak kok saat itu. Artinya ini bukan kejahatan," ungkapnya.

Misteri Gelang

Gayung bersambut. Susi Ferawati, korban intimidasi di acara CFD Minggu lalu, bereaksi atas pernyataan Mustofa Nahra terkait kode gelang yang digunakan korban dan pelaku. Fera tak habis pikir dengan analisa Mustofa yang mengaitkan gelang yang dia pakai dengan skenario intimidasi di CFD.

"Itu gelang tasbih saya dapatkan dari salah satu Pemilik Toko Souvenir di Masjid Nabawi Madinah, waktu tahun lalu saya umroh," tulis Fera di akun Facebooknya.

Ia mengaku selalu menggunakan gelang tasbih itu kemanapun pergi. "Jadi bila saya timbul khawatir, takut dan marah, saya langsung gunakan buat dzikir di jalan," ungkapnya.

Lebih jauh, wanita yang menjadi simpatisan kaus #DiaSibukKerja di kegiatan CFD Minggu lalu, mengakui gelang tasbih itu sekaligus menjadi pengingat perjuangan ibadah umrah di Tanah Suci Mekah dan Madinah.

"Allah Maha Tahu pak..Dan Alhamdulillah Allah masih sayang saya.." tulisnya lagi.

Susi Ferawati saat umrah mengenakan gelang tasbih

Susi Ferawati menunjukkan foto saat umrah dan mengenakan gelang tasbih. Doc pribadi.

Sementara itu, Kapolri Jenderal Tito Karnavian menilai dugaan intimidasi yang terjadi pada CFD di Bundaran HI, Minggu lalu, menjadi indikasi gejala polarisasi antardua kubu yang berbeda pilihan politik di Pemilu 2019 mulai terasa.

Menurut Kapolri, insiden polarisasi dua kubu itu menandakan dinamika politik begitu kencang jelang Pemilihan Presiden. Ia berpendapat, masyarakat jangan mau terprovokasi, sehingga mengakibatkan perpecahan.

"Kami tidak ingin masyarakat kita terjebak dalam keterbelahan itu," kata Tito, saat ditemui dalam diskusi bertema Road To 18th Asian Games, Jakarta Pusat, Rabu 2 Mei 2018.
 
Kendati demikian, Polri tetap mengevaluasi pengamanan saat CFD, sehingga muncul aksi intimidasi oleh suatu kelompok berbeda pilihan politik. Aparat diharapkan bisa lebih sigap mengantisipasi adanya dua kelompok massa yang berbeda dalam satu acara atau lokasi.

"Menjaga untuk dua kelompok yang berbeda itu tidak bertemu itu tugasnya Polri. Itu kemarin jadi Polri juga ada kelirunya kenapa bisa ketemu," kata Wakapolri Komisaris Jenderal Polisi Syafruddin di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu 2 Mei 2018.

Syafruddin menegaskan, intimidasi adalah bentuk pelanggaran hukum. Lebih lanjut, Syafruddin berharap agar CFD benar-benar dimanfaatkan sesuai peruntukan awalnya. CFD dipergunakan untuk sosialisasi hari bebas kendaraan bermotor dengan kegiatan berolahraga dan interaksi sosial.

"Jadi kalau bisa, selanjutnya CFD itu gunakan seperti yang diperuntukkan," terang mantan Kalemdik Polri ini.

Baca:  Politik Pilpres di CFD Berujung Intimidasi

Penyusupan

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai inisiator gerakan #2019GantiPresiden menyayangkan aksi intimidasi yang terjadi oleh sekelompok massa berkaus #2019GantiPresiden kepada seorang Ibu dan anaknya saat CFD.

Namun demikian, dari beberapa informasi yang diterima PKS, aksi tersebut terjadi karena diduga ada unsur kesengajaan pihak tertentu untuk memberikan citra buruk gerakan #2019GantiPresiden.

"Saya kira pihak berwajib sangat wajib mengusut ini, sebetulnya ini natural ataukah sebuah kejadian hasil rekayasa, intelijen misalnya, saya kira itu wajib," kata Presiden PKS, Sohibul Iman di kantor VIVA, Kamis, 3 Mei 2018.

Sohibul mengimbau semua pihak, kendati memiliki kepentingan politik, agar tidak mengorbankan masyarakat. Karena bisa saja, aksi yang terjadi di CFD lalu, bisa memicu balas dendam dari pihak lain. "Kalau terus-terus begitu, saya rasa kita tidak akan berada di situasi kondusif. Karena itu saya menghimbau kepada semua pihak," ujarnya.

Massa #DiaSibukKerja bertemu dengan massa dengan kaus #2019GantiPresiden

Praktisi Intelijen, Fauka Noor Farid mengatakan kasus intimidasi massa #2019GantiPresiden di CFD dalam kacamata intelijen bisa dibaca sebagai upaya menghancurkan atau melemahkan sesuatu dengan mengadudomba sesuatu yang sudah sifatnya besar, dan sangat mungkin sasarannya akan dihancurkan dari dalam.  

"Nah ini bisa saja terjadi di kasus kemarin. Contohnya kemarin itu kejadiannya ya itu intimidasi, persekusi, itu sangat mungkin digunakan untuk merusak citra dari dalam. Dari kacamata intelijen itulah yang paling mungkin digunakan," kata Fauka kepada VIVA, Kamis, 3 Mei 2018.

Fauka menduga aksi intimidasi yang terjadi di CFD untuk menciptakan kesan buruk gerakan #2019GantiPresiden, serta mendiskreditkan pihak-pihak yang terlibat gerakan tersebut, seolah-olah mereka anarkistis dan intoleran. "Caranya gimana? ya dia siapkan orangnya, siapkan media, jadi kejadian kemarin mungkin sekali terjadi dari kelompok yang sama," ujarnya.

Sejak awal, kata Fauka, Presiden Jokowi sudah menganggap remeh gerakan #2019GantiPresiden, dengan membuat alibi 'Masa Kaus Bisa Ganti Presiden?' Hal ini menurutnya, semakin membuat kemarahan orang-orang yang kontra Jokowi, dengan membuat gerakan yang lebih masif.  

"Kata siapa kaus enggak bisa ganti dia (Presiden). Itu di Thailand gerakan kaus kuning bisa turunkan Presiden. Jadi presiden jangan aggap remeh lah," terang mantan anggota Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI ini.

Lebih lanjut, dia berharap aparat Kepolisian bisa menyelidiki kasus ini dengan utuh. Termasuk menguak kode gelang yang digunakan pelaku dan korban, sebagaimana terungkap di media sosial. Polisi ditantang untuk mengungkap apakah pelaku terorganisir dan tidak? Dan, apakah dari fakta-fakta yang mengarah pada skenario kelompok yang sama?

"Sekarang tugas polisi, berani enggak mengungkap itu skenario apa tidak? Dari situ ada pesan bahwa #2019GantiPresiden anarkis intimidasi, tidak murni dan paksaan," ungkap mantan prajurit Kopassus ini.

Baca:  Misteri Kode Gelang Intimidasi di Car Free Day

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya