Jemaah Tersesat, Mitos Dosa dan Taubat

Jemaah di Masjidil Haram
Sumber :
  • Beno Junianto/VIVA.co.id

VIVA – Kementerian Agama menyampaikan bahwa jemaah haji Indonesia tahun ini mulai diberangkatkan ke Arab Saudi pada 17 Juli 2018. Keberangkatan mereka dibagi dalam dua gelombang penerbangan.

Dirjen PHU Apresiasi Hasil Survei Kepuasan Jemaah Haji oleh Balitbang

Gelombang pertama diberangkatkan menuju Madinah dari 17 - 29 Juli 2018. Sedangkan gelombang kedua, keberangkatan menuju Jeddah pada 30 Juli sampai 15 Agustus 2018.

Sebanyak 7.331 jemaah haji asal Indonesia sudah berangkat dari Madinah ke Mekah. Mereka adalah bagian dari total 18 kloter yang diberangkatkan.

Hasil Survei Balitbang soal Layanan Jemaah Haji, Sangat Memuaskan

Sebagaimana pemberangkatan, fase kepulangan jemaah haji Indonesia juga dilakukan dalam dua fase. Kepulangan gelombang pertama, dilakukan dari Jeddah pada 27 Agustus sampai 8 September 2018. Sedangkan kepulangan gelombang kedua, dilakukan dari Madinah mulai 9 sampai 26 September 2018.

Sementara itu, pada musim haji kali ini, lebih dari 500 jemaah tersesat di kompleks Masjid Nabawi sepanjang masa gelombang pertama. Angka jemaah tersesat selalu ada tiap tahunnya, tak hanya saat berada di Madinah, tetapi juga Mekah.

68 Haji Debarkasi Surabaya Wafat, 8 Jemaah Sakit Masih di Arab

Jemaah yang tersesat dan kebingungan tersebut, akhirnya dikembalikan petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi ke pemondokan atau hotelnya masing-masing.

"Dan, itu jumlah yang dilaporkan. Jumlah riilnya bisa lebih banyak," kata Kasi Linjam Daker Madinah, Maskat Ali Jasmun kepada para Petugas Daker Madinah.

Maskat mengatakan, jemaah yang tersesat, terutama adalah mereka yang lanjut usia, yang lupa pintu masuk, serta pintu keluarnya.

"Jemaah lanjut usia, mereka lupa masuk dari pintu yang mana," ujar Maskat.

Layanan Imigrasi Arab Saudi di Bandara Soekarno Hatta

Selanjutnya, dikaitkan kesalahan masa lalu>>>

Dikaitkan kesalahan masa lalu

Tersesatnya jemaah saat berada di Kota Nabi, Madinah maupun di Kota Suci Mekah, kadang dikaitkan dengan mitos kesalahan orang tersebut di masa lalunya di daerahnya tinggal.

Hal itu terkadang memicu kekhawatiran, serta keraguan jemaah selama menjalankan ibadah haji di Tanah Suci.

"Ya, ibadah haji itu kan ibadah ruhaniyah, ibadah fisik, harta, dan sifatnya amaliyah," ujar Kepala Daerah Kerja atau Kadaker Mekah, Endang Jumali.

Endang menambahkan, "apapun itu prinsipnya, kita beribadah kepada Allah. Tidak ada anggapan, jangan-jangan saya ini karena dosa masa lalu”.

Endang tetap mengingatkan kepada jemaah haji agar tak takabur selama di Tanah Suci.

"Kan, sebesar apapun kesombongan di Tanah Suci itu, ya Allah ampunilah. Artinya apa? Senantiasa kita berzikir, bertasbih, mengingat hari akhir terus dan itu akan membantu kita untuk terus senantiasa dekat dengan Allah, intinya kan taubat," ujarnya.

Sementara itu, Guru Besar Ilmu Quran dan Tafsir UIN Sunan Ampel, Surabaya, Profesor Aswadi kepada VIVA secara eksklusif membeberkan secara ilmiah soal tersesatnya jemaah yang dihubungkan dengan mitos dosa masa lalunya.

"Bukan karena dosa-dosa yang mereka lakukan, bisa jadi itu terjadi bagi orang yang masuk wilayah baru yang tidak mengenal kanan kiri. Mereka itu terkadang tak tahu arah pulang dan sebaliknya, bingung, jadi jangan dijastifikasi oleh hal demikian," ucap Prof Aswadi.

Aswadi mengatakan bahwa apa yang terjadi dengan jemaah yang tersesat itu adalah ujian yang diberikan Tuhan.

"Bisa Tuhan memberikan ujian kepada seseorang , agar akal pikiran menjadi lebih baik, yang lebih dari apa yang dia pikirkan," ujar Aswadi.

Tahun lalu, lanjut Aswadi tidak sedikit jemaah yang mengalami hal demikian, tersesat, dan menangis tak tahu jalan pulang ke pemondokan. Lalu, mereka menyimpulkan dengan hal yang aneh-aneh.

"Pengalaman tahun lalu, itu memang banyak jemaah yang mengaku ini dihubung-hubungkan dengan perbuatan, serta perilakunya di masa lalu di daerah masing-masing, jadi suka bengong," ujarnya.

Peristiwa yang membuat jemaah menjadi tersesat juga dialami saat melempar jumrah aqobah. Aswadi melihat, tidak sedikit orang-orang menjadi tidak fokus dan kebingungan.

"Pada saat aqobah, karena terharu  dengan perilaku yang mereka lakukan jadi di luar konsentrasinya melebihi dari kebiasaan," ujar Aswadi.

Ilustrasi Jemaah Haji RI

"Jemaah jadi lupa, (lepas) dari teman-temannya, mereka menangis dan tidak tahu pulang balik, dan ditemukan oleh petugas dan diajak ke kantor Daker, menangis dan sebagainya," ujar Aswadi melanjutkan.

Berikutnya, banyak berzikir>>>

Banyak berzikir

Kepada jemaah yang tersesat diimbau tak perlu panik. Imbauan juga ditujukan kepada jemaah yang mengalami kelelahan dan sakit saat masih berada di Masjidil Haram.

Jemaah jangan panik, karena pembimbing dan konsultan ibadah bersama petugas haji akan memberikan bimbingan.

"Kita sebagian konsultan dan pembimbing, harus mengarahkan positif thinking. Tuhan memberi pelajaran di luar kemampuan mereka dan memberikan manfaat agar orang itu menjadi lebih baik," ujar Guru Besar Ilmu Quran dan Tafsir UIN Sunan Ampel, Surabaya, Profesor Aswadi kepada VIVA.

Jemaah siapa saja, diminta tetap tenang, saat dirinya merasa kebingungan arah pulang. Jangan menjadi panik. Aswadi menyarankan, jemaah lebih banyak mendekatkan diri kepada Tuhan.

"Jemaah yang siapa saja yang datang ke Mekah, harus melakukan pertaubatan ini. Bertaubat, zikir dan istigfar, tak hanya jemaah haji. Siapapun yang datang harus melakukan itu, nabi-nabi saja minta bimbingan dan petunjuk dari Tuhan," ujar Aswadi.

Ibadah haji, lanjut Aswadi, membutuhkan pengorbanan fisik dan mental dari jemaah yang melakukannya.

"Tentunya, ibadah pelaksanaan ibadah haji, melibatkan banyak dimensi, baik itu perasaan tutur kata dan tindakan, harus diisi dengan hal yang positif," ucap Aswadi.

Jemaah haji disarankan bisa bersosialisasi dengan jemaah lainnya, khususnya dari Indonesia. "Jangan penuh takabur, jangan sampai lah itu. Kita ini butuh sahabat, jangan sekali mengabaikan teman, sok tahu dan sok jagoan," ucap Aswadi.

Selanjutnya, tips agar tak tersesat>>>

Tips agar tak tersesat

Banyak jemaah haji Indonesia yang tersesat, karena terpisah dari rombongan dan bingung ketika keluar masjid menuju pemondokan.

Menurut Kepala Pusat Kesehatan Haji, Eka Jusuf Singka, tersesat tidak hanya dialami oleh jemaah yang lanjut usia saja, tetapi bisa terjadi pada siapa saja.

“Kita sendiri pun bisa tersesat, tergantung dengan orientasi kita pada saat itu, yaitu orientasi waktu dan tempat. Biasanya kalau orang sehat dan bugar serta mengalami dehidrasi, bisa mengalami kondisi kurang stabil dan mengalami kelupaan, sehingga menyebabkan tersesat,” jelas Eka di Madinah melalui keterangan tertulisnya kepada VIVA.

Untuk mengatasinya, Eka memberikan tips sederhana, yaitu jemaah jangan keluar pemondokan sendiri. Kalau tertinggal di masjid, lihat orang Indonesia pulang.

Jemaah di Masjidil Haram

“Ikuti saja orang Indonesia tersebut, kemudian lapor di pemondokan. Nanti, akan dibantu oleh petugas yang di pemondokan untuk diantar ke kelompoknya,” ujar Eka.

Eka menambahkan, ini adalah strategi yang paling sederhana dan bisa diimplementasikan bila dibantu oleh seluruh pihak. Khususnya, ketua kloter dan rombongan. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya