Libya Bergolak

Rezim Khadafi Mulai Dikucilkan

Bocah Libya menendang poster pemimpin Libya, Muamar Khadafi
Sumber :
  • AP Photo

VIVAnews - Muammar Khadafi bersikeras memimpin Libya. Sikap itu justru membuat Khadafi dan rezimnya dikucilkan, tak hanya oleh rakyat dan para pejabatnya, tapi juga dunia.

Jadwal Mobil SIM Keliling Jakarta, Bandung, Bekasi, Bogor Senin 13 Mei 2024

Dalam pidato disiarkan di stasiun televisi nasional, Selasa malam 22 Februari 2011, Khadafi bertekad bertahan hingga "titik darah penghabisan". Dia juga menyatakan akan menumpas para demonstran.

"Saya belum memerintah penggunaan kekerasan, belum keluar perintah agar sebutir peluru dimuntahkan...Kalau saya lakukan, semuanya bakal hangus," kata Khadafi dalam pidato bahasa Arab yang dipantau stasiun berita Al Jazeera.

Tapi, sebelum Khadafi berkata demikian, laporan sejumlah lembaga, termasuk Human Rights Watch, mengungkapkan lebih dari seratus orang telah tewas sejak berkobarnya perlawanan atas Khadafi.

Berupaya menandingi kekuatan anti rezim, Khadafi mengajak para pendukungnya turun ke jalan. Mereka diserukan memakai pita hijau. Bagi para demonstran yang tetap beraksi, Khadafi mengancam akan melakukan "pembersihan dari rumah ke rumah."

Dimas Anggara dan Nadine Chandrawinata Baptiskan Anak Kedua, Netizen : Perasaan Pas Lahir Diadzanin

Para demonstran itu, kata Khadafi dalam pidato penuh amarah itu, adalah "tak lebih dari kumpulan tikus dan kecoak". Dia menyuruh mereka berhenti beraksi, dan Khadafi akan mengubah konstitusi, untuk memperbaiki keadaan.

Bagi pejabat Libya, pidato itu bukan sekedar gertakan. Khadafi telah memerintahkan para pejabat terkait melancarkan serangan bersenjata kepada para pemrotes. Tapi sejumlah pejabatnya menolak. Mereka pun meninggalkan sang pemimpin Libya itu.

Firasat Murid SMK Depok Sebelum Kecelakaan di Ciater, Sopir Bus Ungkap Detik-detik Tragedi Maut

Misalnya, dia ditinggalkan oleh Menteri Dalam Negeri Abdul Fattah Younis al Abidi. Menteri Abidi mengikuti jejak para pejabat tinggi yang telah mundur. Menurut harian Telegraph, mereka adalah Menteri Keamanan Publik, dan Menteri Kehakiman. Selain itu, para duta besar Libya di pelbagai pojok bumi juga ramai-ramai mundur. Di antaranya di China, AS, Indonesia, Polandia, dan lain-lain.
 
Abidi mundur setelah tak tahan ulah Khadafi yang menghalalkan kekerasan menumpas demonstrasi yang telah berlangsung sepekan itu. "Khadafi berkata kepada saya, dia berencana memakai pesawat tempur menumpas rakyat di Benghazi. Saya bilang  dia bakal membunuh ribuan orang bila meneruskan rencana itu," kata Abidi dalam wawancara dengan stasiun berita CNN, Rabu 23 Februari 2011.

Menurut Abidi, sikap Khadafi itu menunjukkan dia adalah pemimpin "keras kepala." Penguasa berusia 68 tahun itu tak gentar menghadapi tuntutan banyak warga. Bahkan, kata Abidi, bekas atasannya itu punya watak nekad. "Dia akan memilih bunuh diri, atau dibunuh," kata Abidi, yang mengenal Khadafi sejak 1964.

Khadafi sudah berkuasa selama 42 tahun. Dia berpangkat kolonel, saat memimpin sekelompok perwira muda mengkudeta Raja Idris, 1 September 1969. Saat itu Raja Idris tengah berobat di Turki. Kendati berkuasa secara otoriter, jabatan resmi Khadafi bukanlah presiden atau raja, melainkan Pemimpin dan Pemandu Revolusi Libya. 

Ironisnya, Khadafi kini dilalap api revolusi dari rakyatnya sendiri. Mereka tak puas dengan kinerja pemerintah dalam mengatasi krisis harga pangan dan kesulitan ekonomi di negeri yang kaya dengan minyak mentah itu.

Abidi, menurut CNN, menaksir revolusi atas Khadafi akan berhasil dalam "hitungan hari atau jam." Dia mengungkapkan banyak anggota pasukan keamanan telah membelot dari rezim Khadafi, termasuk mereka yang bertugas di Ibukota Tripoli. 

Menteri Luar Negeri Inggris, William Hague, juga melontarkan pendapat serupa. Dia melihat sudah banyak indikasi bahwa rezim Khadafi mulai dilucuti oleh elemen-elemen pemerintah Libya sendiri. "Pengunduran diri banyak duta besar dan diplomat, serta berpalingnya para menteri di Libya sendiri menunjukkan sistem itu kini dalam krisis serius," kata Hague seperti dikutip stasiun berita Al Jazeera. 

Selain dari dalam negeri, rezim Khadafi juga mulai diasingkan para tetangganya. Organisasi negara-negara Arab (Liga Arab) menangguhkan keanggotaan Libya, menyusul represi brutal rezim Khadafi kepada para demonstran.

Penangguhan dilakukan sampai Khadafi memenuhi tuntutan demonstran, dan stabilitas tercipta di negara tersebut. "Liga Arab menghentikan partisipasi Libya, dalam pertemuan di Liga Arab, dan semua badan berhubungan dengannya, sampai Libya memenuhi tuntutan, dan menjamin keamanan dan stabilitas rakyatnya,” tulis pernyataan Liga Arab seperti dibacakan Sekretaris Jenderal, Amr Moussa.

Di Eropa, Presiden Nicolas Sarkozy dari Prancis mengusulkan agar Uni Eropa memutus hubungan ekonomi dengan Libya akibat aksi rezim Khadafi. Begitu pula di Amerika Serikat. Presiden Barack Obama telah memerintahkan jajarannya untuk menyiapkan sejumlah opsi, salah satunya adalah kemungkinan menjatuhkan sanksi dengan membekukan aset para pejabat Libya yang loyal dengan Khadafi dan melarang mereka ke AS.

Di selatan benua Amerika, Peru pun membuat langkah drastis. Negara itu memutuskan hubungan diplomatik dengan Libya sambil berseru kepada negara-negara lain melakukan sikap sama, jika pemerintahan Khadafi masih menyerang para demonstran.

Presiden Peru, Alan Garcia, meminta Dewan Keamanan PBB menetapkan Libya sebagai daerah larangan terbang. Itu penting untuk mencegah Khadafi mengerahkan pesawat tempur menghajar para demonstran.

Ketua Komisi PBB Urusan Hak Asasi Manusia, Navi Pillay, mengatakan bila laporan-laporan adanya serangan atas rakyat Libya itu benar, maka "harus segera diterapkan langkah perlindungan." (np)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya