Asing Kembali, Indeks Saham Bergerak ke 4.000

Pialang mengamati pergerakan saham
Sumber :
  • Widodo S Jusuf

VIVAnews - Sepanjang sejarah perdagangan di Bursa Efek Indonesia, indeks harga saham gabungan (IHSG) sempat menyentuh level tertinggi 4.193,44. Rekor itu dicatat pada penutupan transaksi 1 Agustus 2011.

Namun, pasca penurunan peringkat surat utang pemerintah Amerika Serikat dari AAA menjadi AA+ oleh Standard & Poor's, bursa global dan regional terguncang. Indeks Dow Jones di bursa Wall Street sempat rontok 600 poin dan berimbas negatif ke bursa Eropa.

Di Asia, indeks saham juga terhempas. Bahkan, perdagangan saham di bursa Korea Selatan terpaksa dihentikan sementara karena indeks saham di Negeri Ginseng itu anjlok hampir 10 persen.

Meski sempat terpuruk bersama sejumlah indeks di bursa regional lainnya, kinerja IHSG masih yang terbaik di kawasan Asia. Meski mengalami gejolak, IHSG mencatatkan pertumbuhan tipis 0,2 persen selama periode 3 Januari hingga 9 Agustus 2011.

Dalam jumpa pers "34 Tahun Diaktifkannya Kembali Pasar Modal Indonesia," Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, Nurhaida, mengatakan, pada pembukaan bursa awal tahun ini atau 3 Januari 2011, IHSG berada pada level 3.727,52 sebelum bergerak ke posisi 3.735,12 pada 9 Agustus 2011.

Tertangkap Kasus Narkoba, Epy Kusnandar Positif Ganja

Tapi, jika dihitung dari awal tahun hingga 15 Agustus 2011, pertumbuhan IHSG sudah mencapai 6 persen.

Meski demikian, pada akhir transaksi awal pekan ini, Senin 15 Agustus 2011, indeks saham belum mampu kembali ke level 4.000. Kemarin, IHSG berakhir naik 69,5 poin atau 1,78 persen ke level 3.960,02. Penguatan indeks melanjutkan kenaikan serupa selama tiga hari berturut-turut.

Di Festival Islam Kepulauan di Belanda, Kemenag Kupas soal Penghulu Era Modern

Bila dilihat berdasarkan data terakhir tiga hari lalu, indeks saham masih berada di posisi 3.863. Namun, kini indeks sudah melesat dengan kenaikan di atas 220 poin hanya dalam empat hari.

Di pasar reguler, pemodal asing juga makin aktif membeli saham yang sudah jatuh cukup dalam. Bahkan, mereka membukukan pembelian bersih (net buying) saham sekitar Rp20 miliar.

Pada akhir perdagangan kemarin, investor asing membeli saham senilai Rp1,15 triliun. Namun, mereka juga melepas saham sebesar Rp1,13 triliun.

Penguatan indeks saham kemarin juga ditopang pergerakan positif bursa kawasan Asia. Di saat penutupan perdagangan saham di BEI kemarin, indeks Hang Seng naik 640,09 poin (3,26 persen) ke level 20.260,10, Nikkei 225 menguat 122,69 poin atau 1,37 persen di posisi 9.086,41, dan Straits Times terangkat 24,49 poin (0,86 persen) menjadi 2.875,08.
 
Tembus Lagi 4.000
Analis PT Panin Sekuritas Tbk, Purwoko Sartono, mengatakan, minat beli pemodal asing yang masih mendominasi perdagangan kemarin makin mendekatkan kembali IHSG ke level 4.000.

"Angka penjualan ritel di Amerika Serikat dan data produk domestik bruto pada kuartal II di Jepang yang di atas ekspektasi menjadi katalis penggerak bursa regional kemarin," ujar Purwoko dalam ulasannya kepada VIVAnews.com, Senin malam.

Dengan mempertimbangkan sentimen positif regional tersebut, dia memprediksi indeks masih berpeluang menguat terbatas sebelum memasuki area jenuh beli.

"Hari ini kami proyeksikan indeks bergerak pada kisaran support 3.925 dan resistance 4.016," tuturnya.

Saham-saham yang masih dapat menjadi pilihan pemodal di antaranya PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA), PT Trias Sentosa Tbk (TRST), dan PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO). Pada transaksi kemarin, saham berkode BLTA menguat Rp10 ke level Rp275, TRST naik Rp30 ke posisi Rp640, dan SGRO terangkat Rp25 menjadi Rp3.600.

Analis PT BNI Securities, Akhmad Nurcahyadi, juga berpendapat senada. Kembali maraknya aksi beli asing dipengaruhi data penjualan ritel di AS yang jauh di atas ekspektasi.

"Selain itu, kenaikan bursa futures dan beberapa harga komoditas penting turut menopang pergerakan indeks," ujar Akhmad dalam risetnya.

Alasan PSSI Perpanjang kontrak Shin Tae-yong hingga 2027

Laporan kinerja emiten, angka inflasi, dan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang sesuai ekspektasi juga memberikan dorongan keyakinan kepada investor untuk kembali mengambil posisi beli pada saham-saham yang telah turun tajam beberapa waktu lalu.

Namun, Deputi Presiden Direktur PT Schroder Investment Management Indonesia, Michael Tjoajadi, mengingatkan, indeks saham di bursa domestik diperkirakan masih berfluktuasi. "Gerak indeks masih akan naik turun mengikuti perkembangan global. Tapi, pertumbuhannya sudah bagus, indeks sudah naik 6 persen," ujarnya.

Sementara itu, di pasar uang, nilai tukar rupiah berdasarkan data kurs tengah Bank Indonesia stagnan di posisi Rp8.541 per dolar AS.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya