SOROT 504

Ancaman di Jalur Maut

Sorot Jalur Mudik - Arus lalu lintas di pintu keluar tol Brebes Timur (Brexit)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

VIVA – Mudik menjadi keharusan bagi sebagian warga Jakarta dan kota besar lain di Indonesia menjelang Lebaran. Tidak afdol jika tidak menjejakkan kaki di kampung halaman saat Lebaran. Macet dan jauhnya perjalanan tak jadi penghalang. Yang penting hati senang.

Namun mudik tak hanya menebar kebahagiaan, duka kerap kali menyelip. Sejumlah kecelakaan, terutama di jalur-jalur tengkorak, tidak sedikit memakan korban jiwa.

Data 2017, sepanjang mudik Lebaran, ribuan kecelakaan terjadi. Dari 2.441 kasus, 586 jiwa melayang.  Terbanyak tabrakan antarsepeda motor. Angka ini memang termasuk kecil dibandingkan data 2016 yang mencapai 3.638 kasus. Meski begitu, maut masih mengancam jika pengendara tidak waspada. Utamanya di sepanjang selatan dan utara Pulau Jawa, seperti jalan sejauh 116 kilometer di tol Cipali dan Cipularang.

Kontur jalan yang lurus dan tak banyak gelombang membuat pengendara yang akan melewati jalur ini perlu meningkatkan konsentrasi dalam mengemudi jika tidak ingin terlelap.

"Untuk antisipasi, menjelang operasi ketupat Lodaya 2018, kami memiliki titik rawan kecelakaan, yaitu KM 90/100 tol Cipularang. Karena klasifikasi tol memiliki variasi tanjakan dan belokan. Maka berdasarkan survei, itu adalah jalur rawan kecelakaan," kata Kasatlantas Polres Purwakarta, AKP Rizky Adi Saputro kepada VIVA.

Sorot Jalur Mudik -  Kecelakan beruntun di Tol Cipularang KM 91 arah Bandung

Kecelakaan beruntun di Tol Cipularang

Dalam dua tahun terakhir, kurun 2016-2017, jumlah kendaraan yang mengalami kecelakaan di jalur tersebut terus meningkat. Hal itu, didominasi kendaraan pribadi dari arah Bandung akibat jalur yang lebih banyak turunan dan belokan tajam.

Sebelum kecelakaan, kata Rizky, pengemudi biasanya tanpa sadar memacu kendaraannya di atas 100 km per jam. Kemudian, lepas dari KM 97 tanpa kesiapan dan kelengahan ada tikungan tajam sehingga kendaraan sering terlempar.

"Memang jalanan itu turunan dan bervariasi dalam satu tempat, kalau kami lihat dari sarana dan prasarana sudah cukup baik, rambunya banyak, PJU sudah mencukupi. Jadi memang tinggal pengemudi mengelola emosi dan kemahiran dalam berkendara," ujarnya menambahkan.

Tak sampai di situ, Rizky pun menilai seringnya kecelakaan yang terjadi juga disebabkan tidak pahamnya pengendara terkait jarak aman berkendara. Terlebih bila mengemudikan kendaraan di jalan tol, maka jarak aman yang benar sekitar 50-100 meter dengan kecepatan maksimal 80-100 km per jam.

Jalur Nasional

Selain jalan tol, jalur mudik dengan tingkat kerawanan kecelakaan juga bisa terjadi di jalur nasional. Seperti, di wilayah Jawa Barat yaitu jalur Nagrek. Jalur lintas selatan yang berada di Kabupaten Bandung tersebut masih menjadi sorotan saat mudik tahun ini karena memiliki turunan terjal.

PJ Gubernur, Danrem hingga Kapolda Banten Cek Jalur Mudik Warga yang Mau Nyebrang ke Sumatera

Jalur yang masuk kategori titik rawan kecelakaan dari tahun ke tahun ini selalu menjadi alternatif pemudik yang ingin ke Jawa Tengah dari wilayah Bandung dan sekitarnya. Jalur ini banyak dilintasi kendaraan roda dua dan juga roda empat.

Jalur Nagrek kini memiliki tingkat kerawanan yang berbeda dibandingkan beberapa tahun lalu. Sebab, jumlah kendaraan roda dua diperkirakan akan meningkat signifikan dibandingkan jumlah kendaraan roda empat yang dahulu mendominasi jalur tersebut.

Telkomsel Uji Jaringan di Jalur Mudik, Segini Jarak Tempuhnya

Hal tersebut, lantaran terjadi karena kendaraan pemudik roda empat yang akan ke Jawa Tengah dari tahun ke tahun mulai mengurangi perlintasan di jalur itu dan berpindah ke jalur tol Cipali. Sedangkan, roda dua akan meningkat dengan sejumlah ancaman kecelakaan seperti turunan terjal dan lain-lain.  

Mobil Elf terguling di jalur Lingkar Nagrek.

Bupati Bandung: Macet Nagreg Tak Parah

Kecelakaan di Jalur Nagrek

Kementerian Perhubungan sudah mengamati sejumlah jalur-jalur rawan kecelakaan saat mudik Lebaran 2018 ini. Salah satunya jalur Nagrek yang ke arah Limbangan, Garut hingga ke Pagentongan.

Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Budi Setiyadi mengatakan, Kementerian Perhubungan mencatat dari tahun ke tahun, di jalur rawan kecelakaan kerap menimpa pemotor, sehingga pihaknya terus mengimbau pada masyarakat agar tidak mudik dengan sepeda motor. Selain Kementerian terus membenahi ketersediaan infrastruktur jalan.

"Untuk mudik tahun ini, tak hanya jalurnya yang rawan, tapi sepeda motor menjadi moda transportasi yang paling rentan terhadap laka lantas. Mereka masuk got, masuk lubang dikit bisa jatuh. Mereka senggolan dengan temannya jatuh. Itu mungkin yang harus diperhatikan di sekitar Jawa Barat," ujarnya kepada VIVA.

Tak hanya kawasan itu, Budi mengungkapkan, lajur rawan kecelakaan juga terdapat di wilayah Jawa Tengah, seperti Bumiayu, Ajibarang dan Fly Over Kretek yang berbukit dan berkelok.

Kapolda Jawa Tengah, Inspektur Jenderal Polisi Condro Kirono mengakui, jalur di kawasan layang Kretek, Paguyangan serta jalur Selatan Bumiayu, Brebes memang menjadi titik rawan kecelakaan yang perlu diwaspadai pemudik yang akan ke Jawa Tengah.

Bumiayu kerap menjadi jalur pencabut nyawa. Terakhir, peristiwa memilukan di Desa Jatisawit. Minggu sore 20 Mei 2017, truk tronton yang kelebihan muatan melindas belasan motor, mobil-mobil dan rumah penduduk. Di Ahad kelam itu, 12 nyawa melayang. Kecelakaan juga dipicu kontur jalan yang menurun cukup panjang.

Kecelakaan maut di Bumiayu, Jawa Tengah

Kecelakaan maut di Bumiayu, Brebes, Jawa Tengah

Condro juga mengingatkan perlunya mewaspadai Jalur Pantura dari arah Tegal menuju Pemalang. Daerah itu diketahui kerap memakan korban lantaran kondisi jalan yang naik turun, termasuk jalan Raya Pemalang, Batang, Kendal hingga Semarang.

Namun kontur jalan tak menjadi acuan warga sekitar yang sering membubui kecelakaan-kecelakaan maut di kawasan itu dengan unsur mistis. Penuturan Asep Kusnadi, misalnya. Meski tidak bisa dibenarkan, warga Subang, Purwakarta ini percaya betul mitos di sekitar lokasi kecelakaan yang kerap berulang. Seperti kawasan Simpang Jomin.

"Di sekitar Jomin itu sebetulnya jalan enggak parah-parah banget rusaknya, tapi sering ada kecelakaan, konon karena sering munculnya penampakan," kata dia.

Human Error

Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi meyakini, kecelakaan di jalur rawan ini lebih banyak dipicu faktor kelalaian manusia. Dia tidak sepakat bila dikatakan ada jalur maut di sepanjang jalur mudik. Sebab, berdasarkan data yang diperolehnya, rata-rata kecelakaan disebabkan faktor kelelahan pemudik saat perjalanan jauh ke kampung halamannya.

"Kalau melihat daerah rawan kecelakaan itu ada di daerah. Kalau saya lihat polanya, rawan kecelakaan paling banyak sepeda motor karena dengan kecepatan tinggi. Dan biasanya ada di Jawa Tengah dan Jawa Timur," ujarnya kepada VIVA.

Jika menilik faktor manusia, wilayah Jawa Barat tak terlalu banyak rawan kecelakaan dibandingkan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hal itu, dilihat dari faktor kelelahan pemudik saat berkendara yang dinilai belum muncul saat melalui wilayah Jawa Barat.

"Daerah yang paling sering terjadi kecelakaan adalah Jawa Timur. Kemudian Jawa Tengah, kalau Jawa Barat sudah agak turun. Kenapa turun? Karena saat pemudik ini berangkat dari Jakarta, kecepatan di Jawa Barat kan relatif lebih rendah dibanding dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur," ujarnya menjelaskan.

Sorot Jalur Mudik - Kecelakaan di jalur maut

Kecelakaan roda dua

Untuk itu, Kementerian Perhubungan dalam mudik Lebaran tahun ini akan berkoordinasi dengan Kepolisian untuk lebih banyak memasang rambu kecepatan di jalan-jalan yang rawan, sehingga para pemudik bisa lebih waspada.

Selain itu, pihaknya juga meminta kepada seluruh pemudik yang akan melintas di jalur Pantura dan Pansela Jawa untuk mengubah cara pikirnya demi keselamatan di jalan. Sehingga, tujuan mulia dari keinginan bertemu orangtua dan sanak saudara di kampung bisa tercapai.

"Kami mau pola pikir pemudik juga diubah demi keselamatan, jangan berpikir euforia dahulu dan ingin cepat-cepat sampai ke tujuan. Tapi, berpikir terlebih dahulu adalah menyangkut keselamatan diri dan keluarganya." 

Setali tiga uang, Kasatlantas Polres Purwakarta, AKP Rizky Adi Saputro menambahkan, munculnya daerah rawan kecelakaan saat mudik Lebaran setiap tahunnya sebenarnya disebabkan faktor manusia. Angkanya mencapai 75 persen dari seluruh faktor yang menyebabkan kecelakaan.

Dari total kecelakaan tersebut, korbannya rata-rata berusia sangat produktif yaitu berumur 17, 27 sampai 30 tahun. Semuanya, bisa dikatakan sangat mahir dalam mengemudikan kendaraan dan telah memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM).

Hanya saja, faktor kontrol emosi manusia menjadi hal yang sangat berpengaruh besar dalam setiap kejadian kecelakaan. Selain itu, faktor emosi tersebut juga sangat berkaitan dengan kondisi fisik manusia saat dalam kondisi kelelahan dan akhirnya mengurangi konsentrasi saat mengemudikan kendaraan.

Guna mengurangi jumlah kecelakaan, saat mudik Lebaran tahun ini pihaknya akan menghadirkan petugas di lapangan secara langsung. Kemudian, akan berpatroli bersama dengan pihak terkait dan memberikan informasi lebih baik kepada para pemudik agar lebih berkonsentrasi.

Apel pasukan Operasi Ketupat 2015

Operasi Ketupat, polisi dan Dishub patroli

Rizky pun mengimbau kepada para pemudik meminimalisir terjadinya human error dengan tidak menggunakan telepon genggam saat berkendara dan tetap menjaga batas jarak aman antarkendaraan. Pemudik juga diminta mengikuti seluruh rambu dan marka jalan yang telah dipasang petugas.

"Jadi ketika seseorang kehilangan konsentrasi dalam tempo 0,6 detik, artinya sudah mengurangi konsentrasi. Jadi kita ambil kasarnya, ketika orang hilang konsentrasi satu detik dengan kecepatan tinggi dalam jalan tol, maka akan ada beberapa meter dia kehilangan kendali, makanya kami melarang pengemudi menggunakan handphone karena secara tidak langsung mengurangi konsesntrasi saat berkendara," ujarnya menambahkan.

Mengamini ucapan Rizky, Kepala Bidang Humas Polda Jawa Barat, AKBP Trunoyudo Wisnu mengatakan, faktor pemicu yang selama ini mendominasi kecelakaan di jalur rawan saat mudik Lebaran rata-rata karena mengantuk, sehingga kurang konsetrasi saat kendaraan di depannya melambat dan terjadi tabrakan.

Karenanya tidak benar jika ada anggapan bahwa jalur rawan kecelakaan tersebut adalah jalur angker karena mistik dan sebagainya, sebab hal itu lebih kepada sugesti di masyarakat. "Jadi itu tergantung kepada human atau pengemudinya," ujarnya.

Ke depan, pihaknya akan melakukan pencegahan dengan pola preventif seperti sosialisasi, imbauan ketertiban, kontrol kecepatan tinggi di jalan dan menghadirkan anggota polri di lapangan, khususnya daerah-daerah rawan kecelakaan.

Sarana Prasarana Mudik

Berdasar catatan Kepolisian, kecelakaan saat arus mudik menyumbang angka yang lumayan dalam total kecelakaan yang terjadi. Total angka kecelakaan lalu lintas pada 2017 sebanyak 98.419 kali. Dari kecelakaan tersebut, korban tewas akibat laka lantas mencapai 24.213 jiwa Sedangkan korban luka berat sebanyak 22.939 jiwa.

Dari catatan itu, kondisi jalan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan. Faktor lainnya, pengemudi mengantuk, tak cakap mengemudi, kendaraan tak layak jalan, dan soal cuaca.

Menanggapi hal tersebut, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengatakan, sarana dan prasarana jalan untuk mudik terus ditingkatkan. Hal itu dilakukan dengan mempercepat sejumlah proyek jalan tol dan melapisinya dengan konstruksi beton untuk jalur yang fungsional.

Dalam pelaksanaan mudik Lebaran 2018 nanti setiap jalan akan disiapkan rambu-rambu khusus untuk menghindari kecelakaan. Terlebih pada ruas tol Batang-Semarang, di mana masih ada sejumlah ruas yang statusnya fungsional dan proses pekerjaan, seperti di Jembatan Kali Kuto yang belum selesai konstruksinya.

Selain itu, untuk mencegah terjadinya daerah rawan kecelakaan, Basuki memastikan akan memberikan penerangan yang memadai di setiap lajur mudik dan tempat-tempat peristirahatan. Langkah ini dipastikan akan lebih baik ketimbang persiapan yang dilakukan pada mudik Lebaran 2017 lalu.

Adapun jalan di Jawa yang pada mudik tahun ini telah siap digunakan adalah jalan tol fungsional dari Brebes Timur-Semarang yang masih belum dikenakan tarif. Bebas biaya juga akan diberlakukan di jalan tol Semarang-Salatiga dan tol Salatiga-Solo.

Tak hanya itu, Basuki juga mengharapkan agar masyarakat tak terfokus pada pemanfaatan jalan tol yang sudah siap tahun ini. Melainkan juga dapat menggunakan jalur alternatif, seperti jalur pantai selatan Jawa atau Pansela yang kini kondisinya mulus dan telah 90 persen mantap.

"Meski sarana prasarana jalur mudik jauh lebih baik dari tahun lalu, pemerintah berharap masyarakat tetap fokus pada keselamatan. Pemudik pun diharapkan berperilaku sesuai dengan rambu-rambunya yang telah ditetapkan oleh petugas," ujar Basuki kepada VIVA.

 Gerbang tol di jalan tol Brebes Timur-Pemalang, Desa Kertasari, Kabupaten TegalPembangunan jalur tol Pejagan – Pemalang

Dari sisi kesehatan, Menteri Kesehatan Nila Moeloek memastikan agar terciptanya zero accident pada arus mudik Lebaran 2018 khususnya angkutan umum, pihaknya akan melakukan pemeriksaan kesehatan kepada sejumlah sopir bus yang akan mengangkut para pemudik.

Pemeriksaan kesehatan tersebut akan dilakukan pada H-10 Lebaran hingga H+10 Lebaran. Pemeriksaan meliputi narkoba dan kadar alkohol terhadap pengemudi bus yang akan berkendara jauh mengantar pemudik ke kampung halaman.

"Pemeriksaan meliputi wawancara, fisik, laboratorium, gula darah, kadar alkohol dan narkoba," kata Nila di Rapat Koordinasi Kesiapan Pengamanan Idul Fitri di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa, 5 Juni 2018.

Ia mengungkapkan, langkah awal yang dilakukan instansinya tentunya bertujuan agar para pengemudi bus yang membawa pemudik terhindar dari kecelakaan yang disebabkankesalahan manusia atau human error. Selain itu, ia berharap pengemudi juga memperhatikan makanan yang akan dikonsumsi dan beristirahat cukup.

Untuk pemudik yang mengendarai kendaraan roda dua, Nila mengimbau agar masyarakat tetap memperhatikan keselamatan diri. Ia pun meminta para pengendara sepeda motor tidak memaksakan diri ketika merasa kondisi badan kurang fit.

"Berhenti setiap dua jam untuk pemudik yang menggunakan motor selama empat jam dan untuk pemudik roda empat berhenti selama 15 menit." (umi)

Baca Juga

Peta Jalur Tengkorak

Berkendara Nyaman di Jalur Mudik

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya