SOROT 519

Geliat Muslim Eropa, Semangatnya Mendunia

Masjid Agung Brussels, Belgia
Sumber :
  • REUTERS/Yves Herman

VIVA – Berdarah Turki, Hanife Karakus adalah putri pasangan suami istri pendatang alias imigran, yang hijrah ke Prancis lebih dari tiga puluh tahun silam. Sebagian besar masa hidupnya ada di Eropa. Tapi Hanife masih bisa berbahasa bawaan orangtuanya, Turki.

Penampakan 2 Bayi Harimau Sumatera yang Lahir di Kebun Binatang Amiens Metropole Prancis

Dia kini menjadi wanita karier di Prancis, salah satu negara terkemuka di Benua Eropa. Hanife karena itu mengidentifikasikan diri sebagai seorang pengacara asal Prancis.

Meski demikian, atribut keagamaan maupun kultural belum sepenuhnya hilang dari penampilan perempuan  berdarah Turki ini. Dia masih terbiasa menutup kepalanya dengan selendang maupun kerudung sehelai meski tak ditutup rapat. Cenderung kerudung dibandingkan jilbab atau yang sekarang biasa disebut hijab.

Afrika dan Eropa Lengkap! 26 Tim Ini Pastikan Tiket ke Piala Dunia Antarklub 2025

Hanife bercerita bahwa hidup di Eropa membuatnya bisa andil dalam menentukan nasib sendiri termasuk soal pendidikan, dia memilih bidang hukum. Pula perjodohan. Dia tak lagi wajib ikut dalam rencana perjodohan yang diatur keluarga. Hanife bisa memilih sendiri calon pasangan hidup.

Dia menikah dengan pria pilihannya. Mereka bahkan bertemu melalui sebuah situs di internet tanpa ada campur tangan kerabat dalam pertemuan itu. Setelah menikah, Hanife lanjut berkarier. Dia bahkan menjadi pemimpin salah satu dari 25 Dewan Islam Regional di Prancis dan posisinya membuat dia banyak berhubungan dengan pria muslim di Prancis dalam konteks profesional.

Alasan Citroen Masih Enggan Pasarkan Mobil Hybrid di Indonesia

Hanife mengakui, meski sudah berada di negara sekuler namun tak semua pria Muslim mudah menerima wanita sebagai pemimpin maupun rekan kerja. Namun, seiring waktu berlalu, dia bisa diterima sebagai salah satu pentolan di Dewan tersebut.

“Awalnya bahkan ada pria yang tak mau bicara dengan saya mungkin karena merasa tidak nyaman atau tak tahu harus bagaimana berbicara kepada seorang wanita,” kata Hanife tersenyum, dikutip dari The New York Times.

Lain lagi kisah Nadir Dendoune yang sudah sejak tahun 1980-an bermukim di Prancis. Hidup dalam komunitas keturunan Muslim Arab di bagian utara Kota Paris, Dendoune menggambarkan perbedaan kondisi lingkungan tempat tinggalnya pada saat awal-awal dia tinggal di Eropa dan saat ini.

Pria tersebut mengatakan, dahulu, tahun 1980-an Paris sangat berbeda dalam hal populasinya. Bahkan tempat tinggalnya L’Ile Saint-Denis juga kini sebagian besar sudah dihuni oleh para imigran dan keturunannya.

“Kami kebanyakan hidup miskin, ada orang Prancis, Eropa Timur juga Afrika dan Arab,” kata Dendoune dipublikasikan BBC beberapa waktu yang lalu.

Menurut dia, setidaknya dalam dua dekade, komposisi penduduk yang awalnya kebanyakan oleh warga kulit putih atau keturunan Anglo-Saxon perlahan mulai berubah. Hal itu juga nyata terlihat di sekolah-sekolah dan menunjukkan bahwa populasi pendatang, termasuk komunitas Muslim, bertambah bila diamati dengan kasat mata.

“Dahulu di foto sekolah saya lebih dari separuh adalah anak-anak kulit putih . Kalau sekarang justru sebaliknya, mungkin mereka hanya ada satu dua menyempil,” kata pria keturunan imigran tersebut.

Muslimah di Eropa.

Muslimah di Eropa

L’Ile St-Denis merupakan salah satu wilayah permukiman di pinggiran Prancis yang banyak dihuni oleh para imigran khususnya dari Afrika yang sudah menghuni area itu sejak tahun 1960-an. Diketahui banyak negara di Afrika Utara yang memang koloni Prancis dahulu kala.  

Selain warga keturunan Afrika, wilayah ini juga dihuni oleh keturunan imigran asal Aljazair, Maroko, Tunisia. Selain di L’Ile St-Denis, sebagian besar mereka juga tinggal di pinggiran Kota Paris, Lille, Lyon, Marseille dan kota-kota lainnya.

Awalnya, mereka disebut warga keturunan Afro Prancis maupun Arab Prancis. Belakangan, warga keturunan yang kebanyakan memeluk agama Islam ini cenderung menyebut diri sebagai Muslim Prancis.

Pertumbuhan Pesat
Hingga tahun 2018, Muslim termasuk komunitas minoritas di belahan dunia Eropa. Walaupun untuk negara-negara tertentu khususnya di Eropa Barat, jumlah populasi Muslim disebutkan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Menurut data lembaga penelitian ternama asal Amerika Serikat, Pew Research Centre, tahun 2016, sebaran dan rasio penduduk Muslim di Prancis dan Swedia bahkan termasuk yang paling banyak. Muslim keturunan, paling banyak dicatat berada di Prancis dan Jerman.

Lisa BLACKPINK diduga sedang pacaran dengan Frederic Arnault di Paris

Potret Lisa Blackpink Diduga Ngedate Bareng Frederic ke Museum hingga Makan Es Krim

Lisa BLACKPINK kembali menjadi sorotan karena kabar terbaru tentang kehidupan pribadinya. Baru-baru ini, media sosial ramai dengan kabar Lisa lagi-lagi kegep ngedate.

img_title
VIVA.co.id
30 April 2024