Dari Pedagang hingga Raja Gula

Sejumlah warga Tionghoa membersihkan patung dewa dewi di Klenteng Hok Tek Bio Salatiga, Jawa Tengah, Selasa, 29 Januari 2019.
Sejumlah warga Tionghoa membersihkan patung dewa dewi di Klenteng Hok Tek Bio Salatiga, Jawa Tengah, Selasa, 29 Januari 2019.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho

VIVA – Oei Tiong Ham, Raja Gula dari Jawa sebutannya. Tercatat sebagai figur dalam sistem kapitalisme dunia abad ke-19. 

Oei Tiong Ham Concern atau OTHC adalah perusahaan konglomerasi pertama di Hindia Belanda yang dibangunnya. Gurita bisnis taipan era kolonial itu tak tanggung-tanggung. OTHC meliputi perkebunan tebu dan pabrik gula, perusahaan dagang, konstruksi pelayaran, konstruksi, perbankan hingga real estate.

Cerita sukses Oei Tiong Ham dimulai dari sang ayah yang sudah menurunkan perusahaan bisnis. Bertahun-tahun kemudian, cikal bakal bisnis warisan itu meluas dengan akuisisi setidaknya lima pabrik gula pada 1880-an oleh Oei Tiong Ham dalam usianya yang relatif muda memimpin usaha keluarga.

Ayahnya bernama Oei Tjien Sien datang dari Provinsi Fujian yang berada di bagian selatan Tiongkok. Tiga tahun setelah keluarganya berimigrasi ke Indonesia yang kala itu masih disebut Hindia-Belanda, Oei Tiong Ham lahir yakni pada 19 November 1866.

Oei Tiong Ham, konglomerat pertama di Asia Tenggara

Oey Tiong Ham, konglomerat pertama di Asia Tenggara

Namun, cerita para imigran asal China bukan melulu kisah sukses. hanya potret segelintir warga Tionghoa keturunan maupun totok yang mampu mengukir nama besar dalam sejarah China di Nusantara.

Pada masa penjajahan Belanda di Indonesia, warga Tionghoa, yang merupakan imigran maupun sudah keturunan imigran tersebar di wilayah Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Mereka banyak bekerja di perkebunan-perkebunan sebagai buruh selain berdagang. Tak jarang mereka melakukan keduanya. 

Namun, kedatangan warga Tionghoa ke Tanah Air pula bisa dirujuk mundur jauh ke belakang, sampai pada abad ke-4 dan ke-5.

Tersebutlah nama Biksu Fa Hien atau Fa Hsien. Menurut berbagai sumber literatur, Fa Hsien termasuk orang Tionghoa pertama yang menginjakkan kaki di wilayah Nusantara pada abad ke-4. 

Pada awalnya dia sampai ke Jawa hanya untuk singgah saat menumpang kapal yang akan membawanya ke India. Wilayah Nusantara saat itu menjadi persinggahan alias transit, apabila mengikuti jalur yang dinamakan Jalur Sutra Maritim atau Nanhai maupun Nanyang.

Nanhai atau Nanyang merupakan jalur perdagangan yang sangat vital pada masanya. Melalui jalur ini, wilayah Tiongkok terhubungkan dengan Asia Tenggara, Asia Selatan, hingga semenanjung Arab terus ke Mesir bahkan benua Eropa. Nanyang sangat terkenal dan menjadi jalur utama perdagangan khususnya sejak abad ke-2 Sebelum Masehi hingga abad ke-15 Masehi.

Halaman Selanjutnya
img_title