Relawan dalam Pusaran Politik

- ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Dinamika politik di Tanah Air memunculkan peran relawan di luar partai terlihat jelang Pilpres 2004. Ketika itu, untuk kali pertama pemilihan presiden dan wakil presiden diselenggarakan secara langsung dengan rakyat sebagai pemilih.
"Sejak era pemilihan langsung yaitu Pilpres 2004 relawan sudah banyak. Namun pemberitaannya memang belum masif," kata pengamat sekaligus dosen politik Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin kepada VIVA, Kamis, 21 Maret 2019.
Volunteer Militan
Pemilu langsung memberikan peran relawan yang makin masif. Meski keberadaannya sudah ada sejak lama. Bahkan disebut sebelum kemerdekaan RI. Namun, saat itu, pergerakan barisan relawan hanya untuk tokoh-tokoh politik tertentu.
"Relawan di masa lalu berjuang untuk tokoh-tokoh politik untuk kepentingan bangsa dan negara," kata Ujang Komarudin.
Untuk Orde Lama, pergerakan relawan dalam kancah politik sudah muncul. Momen relawan tak bisa dipisahkan karena dinamika persaingan politik antara Soekarno, PKI dan tentara AD. Salah satunya relawan saat itu diperlukan untuk Angkatan Kelima.
Di era Orde Lama, tujuan memunculkan Angkatan Kelima saat itu untuk melengkapi Angkatan Udara, Angkatan Laut, Angkatan Darat, dan Angkatan Kepolisian. Relawan ini salah satunya dari kalangan buruh dan tani.
Masuk ke Orde Baru, relawan cenderung tak ada suara. Sebab, Orde Baru dikuasai tiga pilar yakni ABRI, birokrasi, dan Golkar. Pengelolaan relawan disebut dikelola Golkar sebagai partai penguasa Orba.