Sri Sultan HB X

Menjalin Sejuta Laskar

VIVAnews – HAJATAN itu punya cita-cita besar. Sekitar 1.300 orang datang dari pelosok pulau Jawa menumpang bis, dan akan berkumpul di Graha Sabha Pramana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Senin 2 Februari 2009. Tujuannya pun sangar:  menguasai 1 juta Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada Pemilu Presiden 2009,  Juli nanti.

437 Petugas Haji Indonesia Berangkat ke Tanah Suci, Ini Pesan Kemenag

Semuanya pendukung  Merah Putih Nusantara, atau Merti Nusantara, jaringan pendukung yang menjadi mesin politik Sri Sultan Hamengkubuwono X.  Dari 1.300, jumlah itu akan berlipat lagi; 700 wakil pengurus se-kabupaten dan kota seluruh Indonesia, plus sekitar seribu orang “laskar” pemenang pemilu. Jadi, total ada tiga ribu “pasukan”.

Mereka siap mengusung Sri Sultan, pemegang tahta Kraton Ngayogyakarta itu, ke kursi nomor satu di Istana Negara RI. Acara akan berlangsung dua hari, dan Sultan membagikan sertifikat “kepercayaan” bagi tiap anggota. Dengan bekas surat itu, tiap orang akan menebar jaringan ke sekujur nusantara. “Kami bertekad menguasai 1 juta TPS”, ujar Willy Aditya, Koordinator Kajian Strategis Tim Pelangi Perubahan, tim sukses Sri Sultan.

Menikah Besok, Keluaraga Rizky Febian Tegaskan Mahalini Sudah Mualaf

Sejak menyatakan maju sebagai Calon Presiden, Sri Sultan memang mengandalkan Merti sebagai poros pengumpul dukungan politik.  Organ itu dibentuk segara setelah Sultan menyatakan siap maju jadi calon presiden, dalam Pisowanan Agung, 28 Oktober 2008. Dalam dua bulan, Merti Nusantara berhasil mengembangkan simpul di-33 provinsi. Simpulnya bahkan terbenam sampai daerah tingkat dua. “Lebih dari 200-an kabupaten dan kota,” ujar Untoro Hariadi, Sekretaris Jenderal Merti Nusantara.

Untoro adalah pengajar di dua perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Dia tergerak memimpin Merti Nusantara untuk mengajak orang mendukung  pencalonan Sultan. “Merti Nusantara bukan organisasi politik. Ini adalah organisasi kebudayaan,” ujarnya. Anggotanya pun beragam, seperti halnya misi pluralisme dari wadah ini. “Ada seniman, dosen, aktivis mahasiswa, dan bahkan pedagang,” kata Untoro.

Istana Sebut Nama-nama Anggota Pansel KPK Akan Diumumkan Bulan Ini

Tapi, seperti diakui Untoro, Merti lebih membidik kelas menengah ke bawah, dengan bau desa yang kental. Karena itu, dibutuhkan sayap lain, yang seirama dengan Merti, untuk merangkul kelas menengah perkotaan. Maka, sejumlah tokoh berkumpul. Ada Sukardi Rinakit, yang dikenal sebagai pengamat politik. Lalu sineas top Garin Nugroho, dan pemusik Franky Sahilatua. Mereka mengundang Merti Nusantara ke Jakarta, 4 Desember 2008.

Acara itu digelar di hotel berbintang. Hadir pula aktivis politik senior seperti Rahman Tolleng dan Bambang Warih Koesoema. Di acara itu pula, Sukardi memimpin peresmian Tim Pelangi Perubahan. Tim ini yang mengatur kampanye bagi Sultan, semacam startegi “atas”, yang melengkapi penggarapan struktur dukungan “bawah” dari Merti.  Sukardi menjabat sebagai manajer kampanye. “Tim ini bukan dibentuk Sri Sultan, tapi ini gerakan mendukungnya,” kata Sukardi.

Dalam forum itulah, pertama kalinya, Sukardi Rinakit membeberkan strategi Sri Sultan untuk bertarung di Pemilihan Presiden. Opsi pertama bagi Sultan adalah maju dari PDIP. "Peluang kedua, melalui Partai Golkar," kata Sukardi penuh percaya diri. Jika kedua cara itu gagal, barulah dilakukan opsi ketiga, menggandeng partai menengah mencalonkan satu nama saja. Dan sejak itu, Sukardi seringkali dikutip sebagai juru bicara tak resmi Sri Sultan.

Ilustrasi mobil bekas

Daftar Pilihan Mobil Bekas untuk Keluarga di Bawah Rp 200 Juta

Mobil bekas keluarga menjadi salah satu pilihan banyak masyarakat karena bisa menampung penumpang lebih banyak. Banyak plihan mobil keluarga harga di bawah Rp 200 juta..

img_title
VIVA.co.id
9 Mei 2024