SOROT 308

Susah Payah Dirikan Kota Pintar

smart city songdo
Sumber :
  • energy.korea.com

VIVAnews - Hampir sewindu lalu, semua negara dunia tengah resah. Krisis global melanda. Korea Selatan salah satu yang cemas, sebab selama lebih dari setengah abad sebelum krisis itu, negeri Ginseng ini mengandalkan ekspor.

5 Nama Agus yang Bikin Ulah di Akhir Tahun 2024, Ada Agus Buntung dan Agus Salim!

Presiden Korsel saat itu, Lee Myung-bak, seperti dilansir Wold Finance, mengeluarkan Undang-Undang Low Carbon Green Growth dengan paket stimulus US$38 miliar. Disebutkan 80 persen dari paket itu dialokasikan untuk investasi hijau dan pembangunan keberlanjutan di kota Songdo, hamir 40 Km dari Ibukota Seoul.

Pada 2010, Majelis Nasional Korsel kemudian makin meningkatkan suntikan stimulus atas RUU itu hingga mencapai lebih dari US$83,6 miliar.

Agus Buntung Suka Buat Masalah di Kampus, Dosen Ungkap IPK Jeblok dan Sering Absen

Langkah itu memang tepat. Songdo kemudian tumbuh menjadi smart city. Infrastruktur kota yang terletak di pantai Incheon itu dipuji sangat mutakhir.

Misalnya sistem kereta cepat bawah tanah di kota ini tak hanya membentang panjang. Tapi juga dilengkapi dengan akses WiFi ultra ngebut.

DPR: KPK Dibentuk bukan Sebagai Wadah Penyidik Tunggal Kasus Korupsi

Jaringan transportasi di Songdo disebut cermat dan tepat pada waktunya. Jadwal kedatangan dan keberangkatan ditampilkan pada panel tiap stasiun luar dan pemberhentian bus.

Sisi mutakhir smart city Song terlihat di jalanan. Tak akan ada terlihat truk sampah lalu lalang. Sebab semua sampah akan dan limbah rumah tangga maupun kantor akan disedot melalui jaringan tabung bawah tanah. Canggihnya, tabung itu berfungsi bak tukang sampah, mampu menyortir sampah, sebelum sampah diproses dan didaurulang.

Smart City Songdo juga membuka lebar bagi tamu atau pengunjung asing. Songdo merelakan 40 persen wilayahnya untuk dijadikan tempat tinggal orang asing.

Songdo juga mengalokaskan 16 km jalan untuk jalan sepeda, parkir kuas di pusat kota mirip Central Park, New York AS serta saluran air mirip kanal khas di Venezia, Italia.

Dengan pengembangan kota yang hijau itu, Songdo menarik perhatian investor internasional. Bahkan kota ini pernah meraih akreditasi Leadership in Energy and Environmental Design (LEED), akreditasi pembangunan smart city yang mematuhi standar lingkungan yang ketat untuk konsumsi energi dan limbah.

Kota Hantu

Uniknya, pengembangan awal Songdo tak mudah. Songdo kala itu tak begitu menarik minat orang untuk berkunjung atau tinggal.

Bahkan, saat awal pengembangan kota, Songdo disebut dengan kota hantu, saking sedikitnya minat berpopulasi dan gedung di tepi pantai itu. Hal ini tekait dengan pengembangan Songdo yang awalnya dari reklamasi pantai setempat.

Pesatnya real estate dan bangunan di Songdo ini didorong ledakan bangunan di Tiongkok pada awal 2000-an, maka Songdo pun jadi pilihan.

Gelontoran dana yang dipakai untuk mewujudkan smart city hingga US$40 miliar sebanding. Songdo kini telah tumbuh menjadi pusat bisnis global dan rumah bagi berbagai perkembangan perumahan dan ritel dunia

Songdo awalnya dikelola dengan sumber energi  tak terbarukan namun dengan fokus pada kota hijau, kota itu tumbuh secara revolusiner dalam mengelola penggunaan energi di setiap bangunan.

Inovasi ini membantu mengurangi konsumsi energi di setiap bangunan sebesar 30 persen. Kota ini juga memanfaatkan sumber daya alam terbarukan.

Songdo juga memperhatikan penghematan air. Caranya, pengembang bangunan di Songdo menyiapkan perangkap curah hujan yang masuk ke Songdo kemudian menyimpannya dalam wadah dan selanjutnya air itu digunakan untuk semua irigasi.

Bahkan menurut Lee Jong-Cheol, Komisioner Zona Bebas Ekonomi  Incheon, pengelola kota mengolah air limbah untuk dapat digunakan kembali di parkiran dan fasilitas industri.

Tantangan lain bagi Songdo dengan 365 ribu orang yang hidup pada 2016 tidaklah mudah. Belum lagi saat kebanjiran wisatawan luar negeri. Untuk itu Songdo menyiapkan dengan sistem transportasi yang compag dan dapat diakses dengan seefisien mungkin.

Toyota City

Tak kalah dengan negeri tetangganya, Jepang juga memiliki proyek kota pintar. Sebagai negara maju di kawasan Asia, negeri Sakura ini telah secara aktif mendukung pengembangan proyek smart city sejak 2010 lalu.

Toyota City merupakan salah satu kota yang ditetapkan untuk proyek kota pintar. Kawasan ini mendapatkan fokus kota yang dirancang tingkat karbon yang rendah.

Kota yang terletak di tengah membentang di Sungai Yahagi itu diposisikan sebagai kota model untuk kendaraan listrik dan percobaan operasi sistem teknologi informasi.

Untuk itu Toyota City menggelorakan penggunaan energi terbarukan, penggunaan energi yang hemat dan perangkat penyimpanan energi.
Bentuknya bisa dimulai dari smart home, yang mana memiliki sistem manajemen energi rumah (HEMS), ini mengendalikan dan mengintegrasikan berbagai perangkat termasuk kendaraan generasi teranyar.

Dengan kendali dan penghematan penggunaan energi, memungkinkan warga kota menikmati gara hidup rendah karbon yang nyaman tanpa limbah dan tanpa susah mengaturnya.

Toyota City juga menggunakan berbagai sumber energi gas kota dan bio massa dan optimalisasi penggunaan panas dan listrik. Fokus energi hijau juga diterapkan pada sektor tempat tinggal dan transportasi.

Pemerintah Toyota City menggelontorkan dana 22,72 miliar Yen, demi memuaskan 422 ribu warga Toyota City. Penerapan smart city ini diaplikasikan pada 160 tempat tinggal yang sudah ada dan 67 bangunan tempat tinggal baru tang telah dibangun.

Proyek Toyota City yang mengusung karbon rendah itu mencanangkan target pengurangan emisi karbon dioksida sampai 30 persen pada 2014, dibandingkan dengan tingkat emisi pada 2005.

Pada rencana proyek ini, tingkat rumah tinggal diproyeksikan bisa berkontribusi pengurangan emisi karbon sampai 20 persen, sedangkan untuk trafik jalanan atau transportasi dipatok bisa mengurangi tingkat emisi hingga 40 persen.

Cyberjaya

Urusan kota pintar, Malaysia punya Cyberjaya. Cikal bakal Cyberjaya dimulai pada 1995, setelah mengalami pasang surut, kota Cyberjaya lahir dibarengi dengan munculnya krisis keuangan global pada 1997 silam. Namun itu tak menghentikan gagasan untuk melahirkan kawasan pusat IT.

smart city cyber jaya

Cyberjaya yang memiliki luas 7000 hektare ini fokus pada pengembangan teknologi hijau.

Cyberjaya diplot sebagai pusat ICT di Malaysia. Dengan promosi dan dukungan penuh pemerintah, pada akhir 2013, perusahaan multinasional telah berkandang di Cyberjaya.

Di antaranya T-Systems, Dell, HP, DHL, Mahindra Satyam, Wipro, HSBC, Ericsson, Motorola, OCBC, BMW, IBM, Shell IT, Monster. com sampai organisasi kesehatan PBB, WHO dan UNDP.

Memiliki luas wilayah 7000 hektare, pemerintah Malaysia tak menghabiskan semua ruang untuk bangunan. Sepertiga ruang sekitar 2100 hektar didedikasikan untuk taman publik dan paru-paru kota hijau dipadu dengan danau indah.

Fokus teknologi hijau juga dikembangkan Cyberjaya. Pada 2020, kota ini berkomitmen mengurangi emisi karbon hingga 21 persen.

Bersama mitra, Cyberjaya membangun inisiatif teknologi hijau termasuk membangun memasang panel surya pada pemberhentian bus dan parkiran kendaraan.

Aplikasi teknologi hijau juga dilakukan Cyberjaya bekerjasama dengan lembaga Eropa Cofely GDF Suez, yang membentuk Pendinginan Mejagana Sdn Bhd, perusahaan penyedia sistem distrik pendinginan lokal di Cyberjaya.

Sistem pendinginan distrik itu bisa memasok AC dalam suatu daerah. Megajana saat ini memiliki dua pabrik yang melayani 37 bangunan atau gedung di Cyberjaya dan saat ini tengah membangun pabrik ketiga.

"Sistem pendingin itu juga bisa mengurangi 1 ton emisi karbon diaoksida," jelas Azharuddin Ismail, General Manager Megajana.

Sampai setahun lalu, jumlah perusahaan yang berkandang di Cyberjaya mencapai 700 perusahaan dengan 35 di antaranya perusahaan multinasional.

Jumlah penduduk pun makin bekembang, mencapai 55 ribu (2013) dan diperkirakan melonjak dua kali lipat pada 2017 dengan perkembangan kuat sebagai pusat ICT.

Jika berada di Cyberjaya juga dijamin didukung dengan koneksi internet yang stabil dan cepat, sebab seluruh wilayah ini telah tercakup kabel fiber optik. Semua terkoneksi.

Untuk membangun Cyberjaya tumbuh sebagai pusat perusahaan itu, Malaysia total telah menggelontorkan dana 32,6 miliar ringgit sejak 1997.

Singapura

Sementara negara lain tengah menggagas kota pintar, Singapura justru tengah mencanangkan bangsa pintar (smart nation). Presiden Singapura, Tony Tan Keng Yam, menyebutkan Singapura harus segera mengembangkan solusi yang berkelanjutan yang meningkatkan kehidupan penduduk setempat.

Ini adalah penting sebagai kota yang semakin kompleks dan beragam, berarti meningkatnya permintaan pada fasilitas, infrastruktur, dan sumber daya.

Pengembangan smart nation dipimpin oleh Infocomm Development Authority (IDA) dengan konsep Smart Nation Platform (SNP). Konsep ini berdasar tiga fokus yaitu menghubungkan, mengumpulkan dan memahami.

Konsep ini memberikan sistem operasi yang mana semua lembaga publik dapat terhubung. SNP dipatok menjadi tulang punggung komunikasi, jaringan sensor dan analisis data dan aplikasi praktis.

Sebagai langkah awal, 15 solusi pintar akan diujicoba di Jurong Lake District (JLD). Solusi itu termasuk platform simulasi lalu lintas umum untuk evaluasi algoritma pengendalian lalu lintas yang berbeda.

Solusi ini dipandang akan meningkatkan manajemen lalu lintas, solusi monitoring antrian cerdas dengan memanfaatkan video penginderaaan, memingkinkan pengguan melihat antrian di halte bus dan mengefektifkan waktu.

Solusi lain sistem yang membantu deteksi otomatis parkir ilegal dengan vdei penginderaan canggih. Sistem otomatis menentukan kebersihan tempat umum, sampai solusi Internet of Things besutan IDA untuk memuluskan antar perangkat pintar yang terhubung dengan perangkat di rumah, juga tengah digeber Singapura.

Sebagai pendukung gagasan smart nation, IDA mengumumkan seperangkat peraturan penggunaan spektrum TV White Space (TWS) atau dikenal dengan spektrum yang dinamis.

Dengan pengaturan spektrum tambahan yang tersedia melalui kerangka TVWS bakal memastikan Singapura secara efisien mengalokasikan bandwidth untuk mendukung komunikasi data.

Aplikasi yang bisa berjalan pada spektrum putih meliputi komunikasi Machine to Machine (M2M), pengukuran pintar (smart metering), lingkungan luar dan layanan monotoring keamanan.

Palo Alto

Kota yang menjadi markas perusahaan teknologi dunia menjalankan program energi bersih. Palo Alto menggunakan pasokan listrik terbarukan sebagai bagian integral rencana masa depan keberlanjutan kota.

Pemerintah menginvestasikan tenaga surya secara lokal dan negara bagian. Kota ini sudah lama mengaplikaskan photovoltaic (PV). Untuk memasok Palo Alto memanfaatkan energi surya untuk memanaskan ruangan, mendinginkan ruangan, memanaskan air.

Energi listrik surya PV merupakan sumber pasokan listrik terbarukan. Tak heran jika kemudian banyak perusahaan global besar tumbuh di sini yaitu Hewlett-Packard (HP), VMWare, Tesla Motors, PARC, Ning, IDEO, Skype, Palantir Technologies, Google, Facebook, Logitech, Sun Microsystem, Pinterest dan PayPal.

Kenyamanan Palo Alto juga menjadi pilihan tempat tinggal beberapa tokoh penulis, pesohor, olahragawan sampai bos perusahaan teknologi dunia. Di antaranya yang tinggal yaitu pesohor Ollie Johnston, pebasket Jeremy Lin, pendiri Google Sergey Brin, CEO Apple Tim Cook, pendiri Apple mendiang Steve Jobs dan pendiri Facebook, Mark Zyckerberg. (dari berbagai sumber/ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya