Susah Payah Dirikan Kota Pintar

- energy.korea.com
Uniknya, pengembangan awal Songdo tak mudah. Songdo kala itu tak begitu menarik minat orang untuk berkunjung atau tinggal.
Bahkan, saat awal pengembangan kota, Songdo disebut dengan kota hantu, saking sedikitnya minat berpopulasi dan gedung di tepi pantai itu. Hal ini tekait dengan pengembangan Songdo yang awalnya dari reklamasi pantai setempat.
Pesatnya real estate dan bangunan di Songdo ini didorong ledakan bangunan di Tiongkok pada awal 2000-an, maka Songdo pun jadi pilihan.
Gelontoran dana yang dipakai untuk mewujudkan smart city hingga US$40 miliar sebanding. Songdo kini telah tumbuh menjadi pusat bisnis global dan rumah bagi berbagai perkembangan perumahan dan ritel dunia
Songdo awalnya dikelola dengan sumber energi tak terbarukan namun dengan fokus pada kota hijau, kota itu tumbuh secara revolusiner dalam mengelola penggunaan energi di setiap bangunan.
Inovasi ini membantu mengurangi konsumsi energi di setiap bangunan sebesar 30 persen. Kota ini juga memanfaatkan sumber daya alam terbarukan.
Songdo juga memperhatikan penghematan air. Caranya, pengembang bangunan di Songdo menyiapkan perangkap curah hujan yang masuk ke Songdo kemudian menyimpannya dalam wadah dan selanjutnya air itu digunakan untuk semua irigasi.
Bahkan menurut Lee Jong-Cheol, Komisioner Zona Bebas Ekonomi Incheon, pengelola kota mengolah air limbah untuk dapat digunakan kembali di parkiran dan fasilitas industri.
Tantangan lain bagi Songdo dengan 365 ribu orang yang hidup pada 2016 tidaklah mudah. Belum lagi saat kebanjiran wisatawan luar negeri. Untuk itu Songdo menyiapkan dengan sistem transportasi yang compag dan dapat diakses dengan seefisien mungkin.
Toyota City