Bencana Kekeringan Mengintai

- VIVAnews/Fajar Sodiq
Kekeringan menyebabkan waduk di Paranggupito debit airnya menyusut. (Foto: VIVAnews/Fajar Sodiq)
Siklus Berubah
Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat kekeringan telah melanda 783 desa di 23 kabupaten dan tujuh provinsi.
Kekeringan ini menyebabkan lebih dari 1900 hektare lahan pertanian kering dan gagal panen. "Karena itu kami terus memantau dan memasok air ke wilayah kekeringan," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.
Kepala Bidang Informasi Iklim Badan Meteorologi dan Geofisika Evi lutfiati mengatakan, kekeringan di sejumlah wilayah di bagian selatan Indonesia ini fenomena normal.
Hanya saja awal musim kemarau di wilayah ini lebih lambat dibanding yang lain. "Harusnya puncak musim kemarau itu Juli. Tapi kelihatannya Agustus-September," kata Sutopo.
Soal El Nino yang pernah diprediksikan, sampai saat ini sifatnya masih lemah dan dampaknya tidak terlalu signifikan. "Ini hanya pengurangan curah hujan saja," lanjut Sutopo.
Meski demikian, BMKG mengimbau wilayah-wilayah kering di Indonesia agar mewaspadai kemarau ini. Sebab potensi musim kemarau bisa sampai Oktober.
Terlepas dari itu kekurangan air bersih yang muncul di sebagian wilayah disebabkan fasilitas penunjang yang kurang. Lihat saja di Malang, sekitar 12 Km di barat Blandit Timur terdapat sumber air berlimpah.
Tandon besar milik Perusahaan Daerah Air Minum raksasa sudah dibangun. Total 44 sumber air PDAM Kabupaten Malang pun masih idle 20 persen dari kapasitas maksimal. PDAM baru melayani 88 ribu pelanggan.
"Kami siap memasang sambungan air ke sana, tapi ini jangka panjang,” kata Samsul Hadi, Direktur Umum PDAM Kabupaten Malang. (ren)