Bencana Kekeringan Mengintai

- VIVAnews/Fajar Sodiq
"Jadi jika ada sawah yang kekeringan bisa segera kami sampaikan ke Dinas Pertanian dan Perkebunan untuk mendapatkan penanganan segera, BPBD sebagai leading sektornya,” katanya.
Jika tak ada aral melintang posko dijadwalkan bekerja Senin minggu ini. Upaya itu menurutnya tidak berlebihan. "Ini untuk antisipasi El Nino saja, kami khawatir kekeringan tahun ini lebih panjang, sampai Desember,” katanya
Sementara Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Karangploso menyatakan masyarakat harus tetap tenang menanggapi isu el nino.
Tak perlu ada rasa cemas dan was-was secara berlebihan. BMKG khawatir respon yang berlebihan akan menyebar dan menyebabkan panik massal.
"Prediksi kami kemarau tahun ini berakhir di Oktober. Jika pun terjadi El Nino adalah El Nino yang lemah, karena suhu permukaan laut sampai sekarang masih normal. Masyarakat tidak perlu panik,” kata Rahmatullah Aji, Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Klimatologi BMKG Karangploso, Kamis 11 September 2014.
Dari pengamatannya, banyak media yang menyebarkan informasi salah tentang fenomena El Nino. Anomali cuaca yang menyebabkan kemarau berkepanjangan itu disebutnya sangat kecil kemungkinan terjadi di Malang ataupun Jawa Timur bahkan Indonesia. “Tidak ada gejala itu, suhu air laut juga normal,” katanya.
Kondisi ini menurutnya jauh berbeda dengan tahun 1997, ketika terjadi kemarau berkepanjangan. Ataupun tahun 2010 saat terjadi La Nina yang menyebabkan banjir di mana saja.
Saat itu suhu permukaan laut di sekitar Indonesia lebih hangat dibanding suhu laut di Pasifik tengah. "Akibatnya awan hujan berpindah ke sini dan menyebabkan intensitas hujan naik,” tuturnya.
Jual Kambing
Lain di Malang, lain pula di Wonogiri, Jawa Tengah. Sularno, salah satu warga Paranggupito meratapi kondisinya saat musim kemarau. Maklum, wilayah Paranggupito yang terletak paling selatan Kabupaten Wonogiri ini menjadi daerah yang paling parah dilanda kekeringan. “Kekeringan di sini sudah biasa setiap tahun," kata Sularno.
Dia mengaku sudah menjual satu kambing untuk membeli air satu tangki. Biasanya satu tanki air bisa dipakai untuk satu bulan. Itu pun harus berhemat. Harga setangki air berkisar Rp200 ribu.
Bukan hanya menjual ternak, warga juga membuat gaplek atau ubi kering untuk membeli air. Kebiasaan seperti ini sudah menjadi rutinitas bagi warga di sini.
“Kami panen gaplek untuk membeli air dan panen ternak juga untuk membeli air," kata Sularno. "Jadi ya sama saja."
Katino nemilih mencari cara yang berbeda. Warga Paranggupito ini tidak membeli air tanki. Dia memilih membuat bak penampungan yang mengandalkan PDAM.
Hanya saja suplai air dari PDAM sangat terbatas. PDAM hanya mengalirkan air setiap dua kali dalam sepekan, yakni Selasa dan Kamis. Suplai dua kali itu dibagi untuk wilayah timur Paranggupito pada Kamis dan Selasa untuk wilayah barat. "Makanya bak ini juga untuk menampung air hujan."
Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat Desa Kecamatan Paranggupito Sigit Yulianto mengatakan, kekeringan yang melanda Paranggupito terjadi merata. Bahkan, dari 8 desa yang berbatasan langsung dengan Pacitan Jawa Timur itu hampir semua kesulitan air. "Ini telah terjadi sejak Juli lalu,” kata dia.