SOROT 326

Hobi Bikin Hoki

mie ayam grobakan
Sumber :
  • VIVAnews/Mustakim

VIVAnews - Suara mesin terdengar dari ruang berukuran separuh lapangan bulu tangkis. Seorang perempuan tampak sibuk. Ia menunduk, jemarinya mengolah adonan di sebuah mesin berbentuk kotak. Tampak besi pipih melintang di dalamnya.

Tak jauh, seorang pria menyiapkan dua baskom plastik. Ukurannya tak cukup besar, persis di samping mesin yang terus mengeluarkan suara itu. Adonan warna kuning yang sedang diolah ini merupakan bahan untuk membuat mi. Bau amis tercium dari adonan yang merupakan campuran tepung dan telur.

Setelah dirasa cukup, dua orang ini langsung memindahkan adonan ke mesin penggiling. Sedikit demi sedikit, adonan yang sudah memadat itu dimasukkan ke mesin yang bersuara halus dan berbentuk memanjang. Adonan langsung berubah bentuk menjadi pipih.

Dua orang ini berbagi tugas. Satu memasukkan adonan ke dalam mesin. Sementara itu, satunya menggulung adonan yang sudah pipih tersebut.

Mereka terus melakukannya secara berulang, hingga adonan tersebut siap dibentuk menjadi mi. Adonan pipih yang sudah menjadi mi itu langsung meluncur dan masuk ke dalam baskom yang sudah disiapkan di bawah. Mereka langsung memilah mi yang sudah jadi itu agar tak lengket. Sesekali, mereka menaburi gundukan mi tersebut agar mudah dipisah.

Dua orang ini merupakan karyawan Wahyu Indra (42), pendiri dan pemilik usaha Mie Ayam Grobakan. Mereka sedang membuat mi guna didistribusikan kepada ratusan pedagang mi ayam di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) serta sejumlah kota lain di luar Pulau Jawa. Dalam sehari, mereka bisa memproduksi seratus hingga dua ratus kilogram mi.

Tak ada yang istimewa dari "pabrik" mi milik Wahyu ini. Hanya ada tiga mesin di ruangan ini, yakni mixer untuk mengaduk telur, mesin pengolah adonan serta mesin untuk mengubah adonan menjadi mi. Juga ada baskom dan mesin pendingin (freezer) untuk menyimpan mi yang sudah jadi. Sisanya, hanya tumpukan peti, gundukan tepung serta sejumlah botol yang berserak di pojok ruangan.

“Saya tak menduga usaha ini bisa berkembang sejauh ini,” ujar Wahyu membuka percakapan, saat VIVAnews berkunjung ke rumahnya di kawasan Depok, Jawa Barat, Kamis, 8 Januari 2015. Sebab, awalnya Wahyu merintis bisnis tersebut hanya untuk pekerjaan sampingan setelah istrinya mundur dari perusahaan.

Berawal dari Hobi
Wahyu merintis bisnis mi ayam sejak 2 Oktober 2008. Awalnya, ia menggunakan nama "Bakmiku" untuk lapak mi ayam perdananya. Warung mi ayam dengan brand Bakmiku ini dibuka tepat dua pekan setelah Lebaran. Alasannya, pada pekan itu mi ayam akan laku. Benar saja, hari pertama, dua ratus mangkuk mi ayam jualan Wahyu tandas diserbu pembeli.

Namun, hasil itu tak turun dari langit secara tiba-tiba. Wahyu mengaku, ia melakukan riset selama setahun sebelum memutuskan memulai bisnisnya.

“Saya riset setahun untuk mengetahui mi ayam itu gimana, kompetitornya bagaimana, harganya berapa, tempat dan pasarnya gimana,” ujar pria yang kerap gonta ganti pekerjaan ini mengenang.

Wahyu Indra, pendiri mie ayam grobakan
Wahyu Indra (42), pendiri dan pemilik usaha Mie Ayam Grobakan.

Ayah tiga anak ini memilih mi ayam sebagai bisnis perdananya. Alasannya sederhana, ia suka dengan mi sejak lama. Selain itu, ia melihat bisnis makanan masih memiliki peluang besar.
Bisnis Waralaba Kuliner Tumbuh Paling Tinggi di RI

“Pertama, saya suka mi. Kedua karena mi merupakan makanan favorit. Ketiga, pertumbuhan penduduk pasti akan meningkatkan kebutuhan orang akan makanan,” dia menjelaskan.

Ia tak banyak ikut berbagai pelatihan kewirausahaan saat mulai merintis bisnisnya. Wahyu hanya belajar melalui internet, termasuk bagaimana cara membuat mi yang enak dan sehat. Konsep bisnisnya juga sederhana.

Product, place, price, dan promosi menjadi bahan dasar awal memulai,” ujar suami Ervina Dwi Damayanti ini menerangkan.

Wahyu tak pernah meniatkan bisnisnya akan dimitrakan. Awalnya, ia hanya membuka cabang. Namun, hasilnya mengecewakan. Ia harus gonta ganti karyawan dan usahanya tak kunjung berkembang.

Restoran Seafood Waralaba Gaya Amerika Menggurita

Akhirnya, pada tahun kedua, yakni pada 2010, ia memutuskan untuk menawarkan kerja sama dalam bentuk kemitraan dengan sejumlah pedagang. Konsepnya sederhana.

Pedagang boleh menggunakan brand Mie Ayam Grobakan dengan syarat membeli mi dari dia. Biaya investasinya juga tak besar. Hanya dengan setor Rp8,5 juta, pedagang akan mendapatkan gerobak, lengkap dengan peralatan masak.

Terus Berkembang
Saat program kemitraan diluncurkan, hanya satu dua pedagang mi ayam yang berkenan. Namun, seiring waktu, jumlah pedagang yang bermitra dengan Wahyu terus bertambah.

Anda Mau Bisnis Waralaba, Ikuti Delapan Kriteria Ini

Saat ini, jumlah mitra Mie Ayam Grobakan mencapai 270. Mereka tersebar di Jabodetabek dan sejumlah kota di luar Jawa. “Di Jabodetabek paling banyak. Sisanya di Aceh, Pekan Baru, Makassar, Bali, Lombok, dan Banjarmasin,” ujar lulusan IISIP, Jakarta ini.

Sebelum menggunakan nama Mie Ayam Grobakan, Wahyu sempat akan menggunakan brand Bapak Jalal, kepanjangan dari bebas pengawet, bahan kimia dan dijamin halal. Alasanya, mi produksinya memang bebas dari berbagai bahan kimia dan pengawet.

Namun, nama tersebut dirasa terlalu panjang dan tak enak diucapkan. Akhirnya, ia menggunakan nama Mie Ayam Grobakan.

Selain gerobak dan beragam perlengkapan memasak, Wahyu juga memberikan panduan memasak bagi para mitranya. Panduan itu dikemas dalam bentuk buku dan video. Hal itu dilakukan agar para pedagang mi ayam yang menjadi mitranya bisa menjaga kualitas dan rasa masakan.

Selain itu, setahun sekali ia mengumpulkan mitranya guna sharing pengalaman serta berbagi tips dan strategi.

Amrizal (50) merupakan salah satu mitra Mie Ayam Grobakan. Pria yang sudah malang melintang di dunia perbukuan ini memilih banting setir dan memutuskan berjualan mi ayam. Ia mengaku tak sengaja terjun ke bisnis ini.

Awalnya, ia melihat profil Mie Ayam Grobakan di salah satu stasiun televisi swasta. Bersama istrinya, ia lalu datang ke lapak mi ayam milik Wahyu untuk mencoba rasanya.

“Mi ayamnya enak. Istri saya langsung bilang, ayo pak kita jualan mia ayam ini saja,” ujar Amrizal saat VIVAnews menyambangi rumah yang sekaligus menjadi warung mi ayamnya di Kelurahan Gedong, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur,  Kamis, 8 Januari 2015.

Akhirnya, selang dua pekan, Amrizal kembali menemui Wahyu. Tujuannya jelas, ia ingin mendaftarkan diri sebagai mitra Mie Ayam Grobakan. Mobil kesayangannya terpaksa ia jual untuk modal awal.

Sementara itu, garasinya ia sulap menjadi warung mi ayam. “Saya buka tepat pada 5 Februari 2011,” ujar pria asal Padang ini mengenang. Ia mengaku mengeluarkan Rp20 juta sebagai modal awal.

Amrizal mengatakan, warung mi ayamnya tak pernah sepi. Pembeli berdatangan, meski ada sekitar delapan pedagang mi ayam yang mangkal dan lalu lalang di sekitar rumahnya. Dalam sehari, ia bisa menghabiskan lima kilogram mi. Hasilnya, dia bisa mengantongi uang Rp1 juta sekali jualan. Dari jumlah itu, 30 persennya merupakan keuntungan.

Sama seperti Wahyu, Amrizal memilih dagang mi ayam karena menilai bisnis ini memiliki peluang. Ia juga yakin tetap bisa bersaing dengan usaha sejenis. Sebab, selain mi yang dijual rasanya lebih enak, ia juga menjaga kebersihan warung dan berusaha selalu ramah kepada pelanggan. Ia juga selalu menjaga kualitas masakan. Hasilnya, rumah yang terletak di pinggir jalan ini tak pernah sepi.

Amrizal tak membual. Salah seorang pelanggan, Wiwik Hartati (53) mengatakan, Mie Ayam Grobakan milik Amrizal memang enak. Ia mengatakan, sepekan bisa tiga kali ia makan mi ayam besutan Amrizal tersebut.

“Kalau nggak ingat berat badan, saya ingin makan tiap hari,” ujarnya sambil tertawa saat dihubungi VIVAnews, Jumat, 9 Januari 2015.

Karyawan di salah satu perusahaan ekspor impor ini mengatakan, awalnya ia tak suka dengan mi ayam. Namun, sejak ia mencicipi Mie Ayam Grobakan langsung jatuh hati.

“Minya lembut dan enak,” ujarnya. Selain itu, menurut dia, warung mi ayam milik Amrizal bersih dan rapi. Sementara itu, harganya juga relatif murah, tak berbeda jauh dengan mi ayam kebanyakan.

Penilaian senada juga disampaikan Endah. Penyuka mi ini mengatakan, Mie Ayam Grobakan enak dan rasanya berbeda dengan mi ayam lain. Selain itu, ia merasa lebih tenang mengonsumsi Mie Ayam Grobakan karena tak menggunakan bahan kimia dan pengawet dalam produksinya.

Hari beranjak siang. Suara mesin dari "pabrik" mi milik Wahyu masih terus terdengar. Dua karyawan tersebut terlihat masih mengaduk dan mengolah adonan.

Sementara itu, Wahyu asyik menjelaskan terkait rencana pengembangan Mie Ayam Grobakan. Ia mengatakan, dalam waktu dekat akan meluncurkan Mie Goreng Grobakan.

Selain itu, ia akan mencoba Mie Ayam Grobakan mobile. Ia berharap, dua terobosan itu mampu meningkatkan konsumsi mi produksinya. Juga mengembangkan bisnis yang ia rintis dari hobinya tersebut. (art) 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya