Merawat Jejak Wayang Sasak

- VIVA.co.id/Kusnandar
Siswa sekolah ini juga belajar bagaimana membuat wayang serta musik yang mengiringi pertunjukan wayang. Saat ini, sudah ada 70 anak muda yang belajar di sekolah ini.
Sebagian besar anak didiknya berusia setingkat SMP atau SMA. Puluhan anak ini diampu oleh sekitar enam guru. “Ada guru penatah wayang, guru pemusik, guru dalang, guru vokal, dan guru karakter serta sastra Inggris,” ujar kepala sekolah Pedalangan Wayang Sasak ini.
Menurut dia, pelajaran pertama sekolah ini adalah mengenalkan wayang pada siswa. Peserta didik akan diajarkan bagaimana menatah wayang. Tak hanya itu, mereka juga akan belajar memahami karakter tokoh wayang.
“Pembuat wayang harus mengenal karakter wayang. Musiknya juga harus mengenal itu, sehingga pas dalam suatu pementasan wayang, itu semua sudah saling memahami apa yang akan dilakukan,” Muhaimi menjelaskan.
Siswa yang belajar di sekolah ini tak harus menjadi seorang dalang. Menurut Muhaimi, peserta didik bisa memilih jurusannya masing-masing. Sebab, untuk masuk sekolah ini mereka juga harus melalui ujian.
Jika peserta didik tak memenuhi kriteria untuk menjadi dalang, dia tidak akan diarahkan untuk menjadi dalang. “Untuk jurusan pedalangan diajarkan nembang, mengenal karakter wayang, sejarah, gerakan memainkan wayang. Kami ajarkan semua. Karena anak–anak ini masih nol.”
Pendiri sekolah yang lain, Abdul Latif Apriaman (41) menambahkan, pendirian Sekolah Pedalangan Wayang Sasak berawal dari diskusi di komunitas serta pegiat budaya di NTB. Berangkat dari rumusan dan pecakapan di komunitas, maka didirikanlah sekolah tersebut.
"Sekolah ini akan menjawab pertanyaan kenapa Wayang Sasak mulai ditinggalkan,” ujarnya kepada VIVA.co.id, Rabu, 7 Juli 2015.
Ia mengatakan, salah satu penyebab menurunnya peminat Wayang Sasak adalah terkait bahasa. Sebab, bahasa yang digunakan Wayang Sasak adalah huruf Jawen.
Sementara itu, saat ini hampir seluruh anak muda tak mengerti bahasa tersebut. Masyarakat juga tidak paham dengan bahasa yang digunakan dalang saat mementaskan wayang.