Gadget Vs Permainan Tradisional

- Pixabay/PublicDomainPictures
Hingga tahun 1990-an, anak-anak masih senang bermain petak umpet, bentengan, galasin dan permainan sejenis yang melibatkan aktivitas fisik dan interkasi dengan teman-teman sebaya. Namun, kini anak-anak cenderung asyik menatap layar gadget.
Psikolog Annelia Saei Sani mengatakan bahwa teknologi mengambil andil yang besar terhadap permainan anak-anak.
"Dahulu kita main tahu bagaimana rasa atau tekstur rumput, pasir, tanah, dan lainnya. Sekarang, anak hanya tahu lewat gadget. Mereka tahu rumput itu berwarna hijau, tanah berwarna cokelat, tapi mereka tidak tahu bagaimana teksturnya," ujarnya.
Anne juga mengungkapkan, dari data tahun 2013 diketahui 70 persen anak usia 11-12 adalah pengguna smartphone. Sementara anak usia 14 tahun 90 persen. Dan, pada dua tahun terakhir, 56 persen anak usia 10-13 tahun memiliki ponsel.
Yang lebih mengejutkan, saat ini 25 persen anak usia 2-5 tahun sudah dibelikan gadget. Bahkan mereka sudah mengenal simbol dalam game terlebih dahulu sebelum mengenal huruf.
Itu artinya, anak-anak sejak usia balita sudah mengenal gadget dan mampu mengoperasikannya.
Selanjutnya, gadget vs permainan tradisional
Gadget vs permainan tradisional
Dibandingkan permainan tradisional, permainan yang berbasis teknologi memang selalu menarik perhatian anak-anak. Jika menilik lagi ke belakang, dahulu pun kita juga sudah mengenal beberapa permainan berbasis teknologi dan menjadi tren di masanya.
Perangkat gadget seperti Sega, Nintendo, Tamagochi cukup mendominasi anak-anak pada masa itu. Begitu pula televisi, hingga berkembangnya jaringan internet yang memungkinkan akses terhadap bidang apapun, sehingga menjadi magnet yang cukup kuat.