Petaka di Negeri Bebas Senjata

- Truthnetmedia
VIVA – Larry Haydu sedang bersantai di ruang kerjanya. Hari mulai gelap, namun cuaca diperkirakan cerah hingga tengah malam.
Sebagai asisten kepala tim pemadam kebakaran di Clark County, Kota Las Vegas, Amerika Serikat, salah satu tugasnya adalah memantau laporan yang masuk. Dan hal itu bisa ia kerjakan dari tempat kerjanya yang cukup tenang.
Tak lama kemudian, melalui radio komunikasi ia mendengar bahwa ada peristiwa di sebuah konser luar ruangan yang tengah digelar di kota tersebut. Wajah Larry langsung pucat. Badannya pun lemas. Yang terbayang di benaknya hanyalah ucapan putrinya tadi siang, minta izin untuk pergi ke acara musik tersebut.
Saat tiba di lokasi konser, Larry melihat suasana sudah sangat kacau. Tampak muka-muka panik dan ketakutan melintas di depannya. Sebagai anggota damkar, ia sudah terbiasa dengan hal itu.
“Akhirnya saya menemukannya. Ia terguncang, tapi selamat. Tubuhnya dilumuri darah, namun bukan miliknya,” ujar Larry, seperti dilansir dari kantor berita Reuters.
Apa yang terjadi pada hari Minggu 1 Oktober 2017 itu sangat mengejutkan. Menurut penuturan rekan Larry, Bob Stout, saat tiba di lokasi ia mendengar suara letusan senjata api yang tidak diketahui asalnya.
Informasi yang ia dapat saat di perjalanan yakni ada seseorang menembak kerumunan orang dengan senapan angin. Tapi, saat melihat luka yang diderita korban, Bob yakin bahwa senjata yang dipakai jauh lebih berbahaya.
Dua jendela kamar di Mandalay Bay Resort and Casino terlihat pecah setelah penembakan massal saat Festival Route 91 Las Vegas, Nevada, AS, 2 Oktober 2017. (REUTERS/Mike Blake)