China Bukan Ancaman Industri Makanan Lokal

Razia produk Cina
Sumber :
  • VIVAnews/Tri Saputro

SURABAYA POST - Produk makanan dan minuman dari China dianggap belum menjadi ancaman industri makanan dan minuman dalam negeri. Pelaku lokal menganggap industri makanan mempunyai karakteristik berbeda dengan sektor industri lainnya, yang sekaligus dapat dijadikan pengaman terhadap serbuan produk makanan impor.

Berbeda dengan sektor lain yang gampang ditiru, sehingga produk impor dengan gampang melakukan penetrasi ke pasar lokal. Industri makanan dan minuman mengandalkan taste.

Jokowi Beri Tugas Baru ke Luhut Urus Sumber Daya Air Nasional

"Itu sangat spesifik dan sulit produk impor termasuk dari China bisa menyesuaikan dengan selera orang Indonesia,” ujar Armin, Direktur PT Siantar Top, Tbk (STT) saat ditemui di acara Rapat Umum Pemegang Saham PT STT di Hotel Somerset.

Untuk itu sebagai langkah antisipasi, Armin mengatakan pihaknya tengah menyiapkan beragam varian baru di tahun ini guna lebih memperkaya citarasa produk sebagai andalan bersaing dengan produk impor.

Tahun ini pihaknya menargetkan pertumbuhan kinerja hingga 15% dibanding tahun sebelumnya. Pada 2009 sendiri, PT STT berhasil membukukan penjualan sebesar Rp 154 miliar dengan laba bersih mencapai Rp 7,82 miliar.

“Target kita sekitar 40% dari keseluruhan produk yang kami lempar ke pasaran tahun ini adalah produk varian baru. Itu meliputi produk crackers, biskuit, noodle, wafer dan candy. Dengan varian baru, saya optimistis pertumbuhan 15% realistis untuk kita capai,” jelas Armin.

Penambahan varian baru tersebut, lanjutnya, sangat mungkin dilakukan karena sejauh ini kapasitas produksi PT STT belum digunakan secara optimal. Rata-rata untuk setiap varian komoditi, kapasitas produksi baru terpakai sekitar 70% saja.

Kalau pun suatu saat kapasitas produksinya sudah maksimal, Armin menegaskan pihaknya juga sudah siap menambah mesin baru.

Secara umum, penetrasi pasar produk makanan asal China memang diakui sejumlah pihak belum semassif produk-produk di sektor komoditi lainnya. Jika di sektor Information Technology (IT) dan produk pakaian jadi produk dari China sudah mampu mendominasi pasar Indonesia, tidak demikian halnya di industri mamin.

“China memang belum mampu menguasai pasar di sektor produk makanan. Hingga triwulan I/2010, impor mamin terbesar kita masih dari Malaysia dengan penguasaan pasar mencapai 18%. Sedangkan China baru di peringkat tiga di bawah produk mamin dari Thailand,” ujar Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Diah Maulida.

Kondisi ini, diantaranya, karena sistem pengawasan dan seleksi produk impor mamin di Indonesia relatif cukup ketat.

Hal ini diungkapkan oleh salah satu pelaku industri makanan tanah air, Thomas Darmawan. Menurut Thomas, produk impor mamin dari China bukan sebuah ancaman karena standar yang diberlakukan pemerintah terhadap mamin impor selama ini cukup ketat.

“Mamin yang akan masuk ke Indonesia harus sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang cukup rumit. Untuk masuk ke Indonesia, importir harus memenuhi berbagai persyaratan, seperti izin importir terdaftar (IT), sertifikat SNI dan beberapa izin lainnya,” jelasnya.

Secara umum, pemerintah menargetkan industri makanan tahun ini mampu tumbuh 8,4% dari tahun lalu sehingga mampu menumbuhkan industri manufaktur di atas 4,5% dalam lima tahun ke depan. Tahun lalu, industri makanan dan minuman tercatat mampu tumbuh mencapai 11,29% dari kinerja tahun 2008.  (sj)

Laporan: Taufan Sukma

Kasat Reskrim Polres Jakarta Selatan, AKBP Bintoro di TKP Polisi Bunuh Diri

Polisi Periksa 13 Saksi Kasus Tewasnya Anggota Polresta Manado di Mampang Jakarta Selatan

Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan, AKBP Bintoro, mengaku saat ini pihaknya sudah melakukan pemeriksaan 13 orang atas tewasnya anggota Satlantas Polresta Manado.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024