Gila, Tentara GNA Bunuh Komandan Singa LNA di Tengah Negosiasi Damai

VIVA Militer: Pasukan Pemerintah Kesepakatan Nasional Libya (GNA)
Sumber :
  • Ashraq Al-Awsat

VIVA – Pasukan Pemerintah Kesepakayan Libya (GNA) menyerang Pangkalan Udara Militer al-Watiya yang diduduki oleh pasukan Tentara Nasional Libya (LNA). Serangan ini menewaskan salah satu komandan Singa LNA.

Mobilnya Dihujani Peluru, PM Libya Lolos dari Upaya Pembunuhan

Menurut laporan Al-Jazeera, pasukan GNA melakukan serangan ke Pangkalan Udara Militer al-Watiya, Selasa 5 Mei 2020 dini hari waktu setempat. Serangan yang dilancarkan GNA menggunakan drone, membuat pasukan Singa LNA kewalahan. 

Dalam laporan lainnya, Al-Jazeera juga menyebut bahwa LNA mengakui bahwa Komandan Batalyon Infanteri ke-134, Ousama Meseik, tewas dalam pertempuran itu.

Maju sebagai Capres Libya, Ini Kontroversi Saif al-Islam Gadaffi

VIVA Militer: Perdana Menteri  Libya, Fayez al-Sarraj

Sementara itu media Timur Tengah lainnya, Times of Israel menjelaskan, Meseik sebelumnya mengklaim sudah berhasil mengalahkan pasukan GNA. Meseik juga disebut akan memimpin pasukannya untuk bergerak maju dari al-Watiya ke al-Aqrabiyah.

Mengejutkan, Putra Gaddafi Daftarkan Diri Jadi Capres Libya

Sayang, Ousama tewas dan pasukan LNA menerima hantaman bertubi yang dilancarkan oleh milisi dari Chad dan tentara bayaran Turki di wilayah al-Zareer, sebelah barat al-Watiya.

Di sisi lain, Perdana Menteri Pemerintah Kesepakatan Nasional Libya, Fayez al-Sarraj, mengonfirmasi bahwa pihaknya akan membuka pintu negosiasi dengan Panglima LNA, Marsekal Khalifa Haftar. 

VIVA Militer: Pasukan Pemerintah Kesepakatan Nasional Libya (GNA)

Dalam laporan Ashraq Al-Awsat, al-Sarraj menyatakan kesediaan GNA untuk berunding hanya beberapa jam pasca serangan ke Pangkalan Udara Militer al-Watiya. Dalam pernyataannya, al-Sarraj meminta semua pihak yang terlibat dalam Perang Saudara Libya Kedua, menahan diri.

Selain menyerukan solusi damai, al-Sarraj juga mengklaim bakal merencanakan pemilihan umum andai perdamaian dicapai kedua belah pihak. Pasca jatuhnya diktator, Muamar Gaddafi, pada 2011, Libya jatuh pada konflik perang saudara yang tak berkesudahan.

PBB mengakui GNA yang berbasis di ibukota, Tripoli, sebagai pemerintah resmi Libya. Sementara, Haftar bersama pasukan LNA juga mengklaim dirinya sebagai penguasa baru Libya. Haftar mendeklarasikan diri sebagai pemimpin Libya awal pekan ini, dan mengaku menerima mandat dari rakyat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya