Armenia Cium Rencana Turki dan Azerbaijan Sabotase Perjanjian Damai

VIVA Militer: Perang Armenia-Azerbaijan di Nagorno-Karabakh
Sumber :
  • The National Interest

VIVA – Perjanjian gencatan senjata antara Armenia dan Azerbaijan yang telah disepakati di Moskow, Rusia, Sabtu 10 Oktober 2020, sepertinya sama sekali tak berarti untuk menghentikan perang di Nagorno-Karabakh (Artsakh). Meskipun perjanjian sudah ditandatangani perwakilan Armenia-Azerbaijan, pertempuran tetap terjadi hingga saat ini.

5 Fakta Tersembunyi Hubungan Iran dan Israel, Pernah Seharmonis Ini

Armenia bersikeras bahwa Azerbaijan lah yang telah melakukan pelanggaran terhadap hasil perundingan di Moskow. Akan tetapi, fakta membuktikan jika serangan roket militer ke kota Ganja, Azerbaijan, adalah tindakan pengkhianatan Armenia terhadap perjanjian itu. 

Dalam berita VIVA Militer, Senin 12 Oktober 2020, dilaporkan bahwa sebuah rumah sakit darurat dan pemukiman warga sipil di kota Ganja, luluh lantak dihantam roket-roket militer Armenia.

Selesaikan Persoalan Papua, Jusuf Kalla Beri Saran Begini ke Prabowo-Gibran

Kecaman pun datang dari Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev. Aliyev menyebut, tindakan biadab yang menewaskan tujuh warga sipil itu adalah bukti bahwa Armenia sudah putus asa dan kalah di semua front pertempuran.

Armenia tak terima dengan pernyataan Aliyev. Balik menuduh, Kepala Penasihat Perdana Menteri Azerbaijan, Vagharshak Harutyunyan, menyebut ada upaya sabotase perjanjian damai yang dilakukan oleh otoritas Azerbaijan. Harutyunyan bahkan berani mengatakan ada campur tangan Turki yang mendesak Azerbaijan untuk mengkhianati perjanjian tersebut. 

Di Tengah Pertempuran Rusia-Ukraina, Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditangkap Karena Terima Suap

"Pertempuran sengit saat ini terjadi di Artsakh meskipun ada fakta bahwa dengan mediasi Rusia, kesepakatan penghentian permusuhan untuk tujuan kemanusiaan diadopsi oleh Moskow," paya meningkatkan peran Turki dalam masalah penyelesaian konflik," ujar Harutyunyan dikutip VIVA Militer dari Al Arabiya.

Ini berarti bahwa, Ankara memberikan tekanan kepada otoritas Azerbaijan dengan segala cara. Mereka pada gilirannya mengganggu misi mediasi Rusia dalam upaya meningkatkan peran Turki dalam masalah penyelesaian konflik," katanya.

Harutyunyan juga meyakini jika Turki dan Azerbaijan memang telah memiliki rencana matang untuk menggagalkan upaya perdamaian yang digalang Rusia. Apa yang diinginkan Turki dan Azerbaijan adalah menguasai kembali Nagorno-Karabakh, dan memaksa pasukan dan etnis Armenia angkat kaki dari wilayah itu.

"ini menjadi sangat jelas bahwa ada kebijakan strategis yang dikembangkan bersama oleh Ankara dan Baku, yang bertujuan untuk mengurangi peran Rusia (dalam upaya perdamaian). Dan pada akhirnya, pengusiran total (pasukan dan etnis Armenia) dari Kaukasus Selatan," ucap Harutyunyan melanjutkan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya