Leher Sang Perwira Kopassus TNI Itu Jadi Taruhannya

VIVA Militer: Luhut Binsar Panjaitan saat masih aktif berdinas di Kopassus TNI
Sumber :
  • Facebook/Luhut Binsar Pandjaitan

VIVA – Membicarakan sepak terjang sosok Jenderal TNI (HOR) (Purn.) Luhut Binsar Panjaitan memang takkan pernah ada habisnya. Ditempa di kesatuan pasukan elite Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD), tak perlu disangsikan lagi soal kesetiaan Luhut kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), termasuk pada atasannya.

Kenang Jenderal Wismoyo, Prabowo: Ajaran Beliau Bawa Saya Sampai Mendapat Mandat Rakyat

Loyalitas kepada atasan yang kerap digaungkan pria kelahiran Toba Samosir, Sumatera Utara, 28 September 1947, memang benar adanya. Selain pernah mempertaruhkan nyawa di medan tempur Timor-Timur dalam Operasi Seroja, Luhut juga pernah diberi tanggung jawab berat saat mengawal Presiden Republik Indonesia (RI) ke-2, Jenderal Besar TNI (Purn.) Soeharto.

Dalam akun Facebook pribadinya, Luhut menceritakan saat ia mendapatkan perintah dari Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), Jenderal TNI Leonardus Benjamin Moerdani. Luhut ditunjuk menjadi Komandan Satuan Pengamanan Presiden RI/VVIP, pada Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN di Manila, Filipina, pada 1984.

Sosok 'Jenderal Pembangkang' pada Masa Rezim Soeharto, Kini Raih Pangkat Bintang 5

Luhut yang dikenal sangat dekat dengan Moerdani, mendapat instruksi langsung untuk mengawal Soeharto. Tanpa basa-basi, Moerdani menegaskan bahwa leher Luhut lah yang menjadi taruhan keselamatan Presiden Soeharto. 

Selain itu, Moerdani juga sempat bercerita kepada Luhut mengenai posisinya yang terus tersudut. Moerdani yang dikenal keras, merasakan ada banyak tekanan kepada dirinya dan banyak pula yang tak senang dengan posisinya sebagai orang dekat Presiden Soeharto.

Suci Winata Istri Ke-4 Ari Sigit Melahirkan Cicit Soeharto

"Suatu hari sebelum saya mendapat penugasan memimpin operasi khusus pengamanan Presiden Soeharto dalam KTT ASEAN di kota Manila, Filipina, Pak Benny yang sudah jadi Panglima ABRI mengatakan dengan dingin, 'Luhut, sejak dua atau tiga tahun lalu, sudah banyak yang antri untuk menggantikan saya'," tulis Luhut dikutip VIVA Militer dari Facebook.

"Tetapi orang ini (sambil menunjuk foto Pak Harto di dinding) kalau terjadi sesuatu pada dirinya…Republik itu menjadi kacau…!" Ujarnya dengan tegas kemudian, "Jadi Luhut, taruhan keselamatan Pak Harto adalah lehermu..!” Sebagai perwira saya cuma menjawab, "Siap! Laksanakan!" lanjutnya.

Pengalaman Luhut ini kembali menegaskan bagaimana kesetiaan seorang prajurit TNI terjadap atasannya. Dalam pernyataan lainnya, Luhut menyatakan bahwa semua yang dilakukannya adalah bukti pengamalan Sumpah Prajurit dan Sapta Marga TNI.

"Semua kami lakukan karena kecintaan dan janji kami pada Sumpah Prajurit dan Sapta Marga. Yang menjadi sebuah pedoman dan sumpah dari seorang perwira sewaktu kami jadi taruna di Lembah Tidar. Jadi saya tidak akan pernah mengingkari sumpah saya sebagai seorang prajurit," tulis Luhut.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya