Menguak Fakta Pasukan Tengkorak Kostrad TNI Loncat dari Pesawat ke Jurang Langit Kota Mati Dawuan

VIVA Militer: Peterjun Yonif Para Raider 305/Tengkorak di Dawuan.
Sumber :
  • Yonif Para Raider 305/Tengkorak

VIVA – Ratusan prajurit elite tempur Batalyon Infanteri Para Raider 305/Tengkorak, Kostrad, TNI Angkatan Darat baru saja selesai melaksanakan penerjunan di lembah Kota Mati Dawuan, Klari, Karawang, Jawa Barat.

Biadab, Tentara Israel Hancurkan Puluhan Rumah Badui di Gurun Negev

Dalam penerjunan yang disaksikan langsung oleh Panglima Divisi Infanteri (Pangdivif) 1 Kostrad, Mayor Jenderal TNI Bobby Rinal Makmun, seluruh kesatria Pasukan Tengkorak berhasil mendarat dengan selamat.

VIVA Militer: Mayjen TNI Bobby dan Raja Aibon di Dawuan.

Photo :
  • Yonif Para Raider 305 Tengkorak
28 Perwira TNI AU Terima Brevet Kehormatan Setia Waspada Paspampres, Siapa Saja Mereka?

Namun, ada banyak fakta menarik yang ditemukan dan didapatkan VIVA Militer saat mengikuti langsung prosesi penerjunan bertajuk Terjun Penyegaran 2023 itu.

Eng... ing... eng.. Pasti pembaca setia sudah penasaran fakta-fakta apa saja yang akan diungkap VIVA Militer dalam tulisan edisi kali ini.

Letjen TNI Saleh Mustafa Buka Kejuaraan Taekwondo Pangkostrad Cup 2024

VIVA Militer: Peterjun Yonif Para Raider 305/Tengkorak Kostrad di Hercules.

Photo :
  • Yonif Para Raider 305 Tengkorak

Baiklah mari kita mulai....

Sabtu dini hari 21 Oktober 2023, Pasukan Tengkorak di bawah koordinator Wakil Komandan Yonif PR 305/Tengkorak, Mayor Inf Anjas Suryana Putra didampingi Letnan Satu Inf Abdul Basyir bergerak ke Bandar Udara Halim Perdanakusuma, di Jakarta Timur.

VIVA Militer: Peterjun Yonif Para Raider 305/Tengkorak Kostrad di Hercules.

Photo :
  • Yonif Para Raider 305 Tengkorak

Setiba di Halim, Pesawat Hercules C130 milik TNI Angkatan Udara dari Skadron 31 telah nongkrong di landasan pacu bersama pilot, kru pesawat termasuk di dalamnya tim Jump Master.

VIVA Militer: Mayor Inf Anjas bersama peterjun Pasukan Tengkorak di Hercules.

Photo :
  • Yonif Para Raider 305 Tengkorak

Peterjun Pasukan Tengkorak pun mulai sibuk mempersiapkan diri untuk memasuki kabin pesawat long body itu. Lalu dengan parasut tersandang satu persatu prajurit menaiki pesawat.

Enggak lama pesawat pun takeoff menuju drop zone di Karawang. Di sinilah suasana mulai berubah drastis. Dalam posisi tubuh bersiap di jalur penerjunan, terlihat para peterjunan sudah mulai komat kamit memanjatkan doa kepada Allah agar diberikan keselamatan.

VIVA Militer: Peterjun Yonif Para Raider 305/Tengkorak Kostrad di Hercules.

Photo :
  • Yonif Para Raider 305 Tengkorak

Maklum saja, walau cuma terjun penyegaran, tapi tingkat kerawanan akan datangnya bahaya sangat tinggi. Ada kesalahan seujung kuku saja bisa berdampak fatal pada peterjun dan tentunya penerbangan itu sendiri. Nyawa adalah taruhannya.

Mendekati drop zone di lembah Kota Mati Dawuan, pintu pesawat dibuka. Nah momen ini sebenarnya adalah waktu di mana ketegangan biasanya akan meningkat. Ini biasanya terjadi dan hal yang manusiawi. Sebab, jurang langit sudah menganga di depan mata.

VIVA Militer: Peterjun Yonif Para Raider 305/Tengkorak Kostrad di Hercules.

Photo :
  • Yonif Para Raider 305 Tengkorak

Tapi menariknya, peterjun Pasukan Tengkorak masih bisa tersenyum, bahkan bercanda riang. Menunjukkan bahwa nyali mereka sebagai pasukan lintas udara benar-benar teruji. Walaupun rona wajah mereka tak seperti biasanya, berubah pucat dan tegang.

Padahal, jauh di bawah sana dengan jarak 1200 feet, para pelaksana terjun segar. Seperti sang Komandan Pasukan Tengkorak, Letnan Kolonel Inf Ardiansyah alias Raja Aibon Kogila sedang dilanda cemas. Apalagi saat dari toa pengeras suara di drop zone terdengar aba-aba bahwa anak-anaknya di atas sana dalam hitungan 1 menit akan segera loncat dari kabin pesawat.

VIVA Militer: Mayjen TNI Bobby dan Raja Aibon di Dawuan.

Photo :
  • Yonif Para Raider 305 Tengkorak

Sampailah waktunya peterjun harus menyelesaikan misi utamanya, yaitu loncat, terbang dan mendarat dengan selamat di bumi Dawuan. Dari bawah tampak para peterjun mulai terlempar ke angkasa dari dalam kabin pesawat dengan diikuti mengembangnya parasut.

Di tenda pos peninjauan, Raja Aibon Kogila tak kuasa memalingkan wajah, pandangannya cuma tertuju pada pantat pesawat, memantau setiap peterjun yang loncat keluar kabin sampai pada orang terakhir.

VIVA Militer: Peterjun Yonif Para Raider 305/Tengkorak Kostrad di langit.

Photo :
  • Yonif Para Raider 305 Tengkorak

Selama pesawat bolak balik datang dan pergi ke Dawuan, alumni Akademi Militer 2004 ARUPADATU itu  tak kuasa membendung kekhawatiran akan keselamatan anak-anaknya. Wajahnya sangat tegang dan semua itu baru sirna setelah semua peterjun shortie ketiga benar-benar menginjakkan kaki di lembah Kota Mati Dawuan. "Alhamdulillah," ucap Raja Aibon Kogila perlahan sembari menebar senyum.

VIVA Militer: Peterjun Yonif Para Raider 305/Tengkorak Kostrad di langit.

Photo :
  • Yonif Para Raider 305 Tengkorak

Peterjun berhasil mendarat dengan mulus. Tapi gimana kondisi tim pendukung di pesawat?. Ternyata ada dua prajurit pendukung dari penerangan yang mengalami muntah-muntah di pesawat. Mereka mabuk udara karena tak kuasa menahan perut yang dikocok-kocok pesawat selama penerbangan.

Gembira di daratan yang tandus...

VIVA Militer: Peterjun Yonif Para Raider 305/Tengkorak Kostrad di langit.

Photo :
  • Yonif Para Raider 305 Tengkorak

Dalam penerjunan itu, yang menjadi tantangan terbesar adalah kondisi angin. Saat shortie pertama, angin masih bersahabat. Namun di shortie kedua dan ketiga, seiring dengan mulai meningginya sang surya, angin mulai kencang dan arahnya berubah-ubah setiap saat.

VIVA Militer: Peterjun Yonif Para Raider 305/Tengkorak di Dawuan.

Photo :
  • Yonif Para Raider 305/Tengkorak

Selain angin, para peterjun harus berhadapan dengan kondisi medan pendaratan yang tak enak, karena tak ada hujan yang turun, lokasi jadi tandus. Tanah di drop zone sangat keras, tajam dan berdebu.

VIVA Militer: Peterjun Yonif Para Raider 305/Tengkorak Kostrad di Dawuan.

Photo :
  • Yonif Para Raider 305 Tengkorak

Meski kondisinya begitu, para peterjun Pasukan Tengkorak sangat enjoy. Setiba di darat, mereka langsung berkumpul di titik-titik tertentu. Bekal makanan dan minuman yang ada di kantong-kantong yang mereka bawa sejak dari asrama digelar, gelak tawa canda pun terpancar seolah-olah mereka cuma sedang bertamasya di sana.

Sebenarnya ternyata saat para peterjun sedang berada di udara, komunikasi tetap berlangsung. Di atas sana mereka saling teriak berkoordinasi mengatur posisi penerjunan agar tidak terjadi tabrakan antar parasut. Jadi enggak cuma diam seperti batu yang jatuh dari ketinggian.

VIVA Militer: Peterjun Yonif Para Raider 305/Tengkorak Kostrad di Dawuan.

Photo :
  • Yonif Para Raider 305 Tengkorak

Setelah semua peterjun mendarat, mereka pun bergerak menuju sebuah taman di tengah Kota Mati Dawuan. Tadinya mau dikumpulkan di lapangan pos komando taktis. Hanya saja karena cuaca sangat terik, Raja Aibon memerintah pasukan diistirahatkan untuk melepas lelah dan makan di tempat yang terlindung dari sengatan matahari.

VIVA Militer: Peterjun Yonif Para Raider 305/Tengkorak Kostrad di Dawuan.

Photo :
  • Yonif Para Raider 305 Tengkorak

Di taman itu, ternyata masyarakat sudah menyemut. Ibu-ibu, anak-anak dan bapak-bapak berbaur dengan prajurit yang telah tiba dari lembah Kota Mati Dawuan. Para pedagang mulai dari tukang batagor, bakso, es dan lainnya juga sudah menjajakan dagangannya.

Kemudian Raja Aibon Kogila memberikan arahan-arahan dan evaluasi penerjunan. Pujian tak lepas disampaikan bagi Pasukan Tengkorak yang telah berhasil melaksanakan terjun penyegaran dengan sangat baik.

VIVA Militer: Raja Aibon dan peterjun Yonif Para Raider 305/Tengkorak Kostrad.

Photo :
  • Yonif Para Raider 305 Tengkorak

Apresiasi juga diberikan kepada peterjun yang dinilai melakukan penerjunan dengan luar biasa. "Siapa tadi yang terjun paling terakhir," kata Raja Aibon Kogila.

Seorang prajurit berdiri, dia tak lain adalah Sersan Satu Andika. Raja Aibon pun memanggilnya dan memberikan lembaran uang sebagai bentuk penghargaan. Memang, saat terjun Sertu Andika mendapat pujian dari jajaran Divisi Infanteri 1 Kostrad, ia terjun dengan baik, santai dan mendarat sempurna. Enggak cuma Sertu Andika, salah satu kompi juga mendapatkan penghargaan karena melaksanakan yel-yel dengan baik.

VIVA Militer: Raja Aibon dan peterjun Yonif Para Raider 305/Tengkorak Kostrad.

Photo :
  • Yonif Para Raider 305 Tengkorak

Lalu makanan, minuman dan buah serta rokok dibagikan. Pasukan pun diistirahatkan untuk menikmati makan siang. Di sela-sela makan, tiba-tiba Raja Aibon Kogila mengeluarkan perintah dadakan yang tak ada dalam rencana.

"Habis ini, saya kasiin sedikit uang ke Batih-Batih Kompi. Tapi, semua harus dihabiskan untuk dibelanjakan. Dan, belanjanya di warung-warung yang ada di sini. Kita bagi-bagi rejeki. Biar semua senang, semua bahagia. Insya Allah, mereka akan kangen, berdoa dan berharap kita akan hadir lagi disini setelah ini. Kita senang karena kegiatan semua aman dan lancar, masyarakat sini juga senang karena jualannya di warung laku," kata Raja Aibon.

VIVA Militer: Raja Aibon dan peterjun Yonif Para Raider 305/Tengkorak Kostrad.

Photo :
  • Yonif Para Raider 305 Tengkorak

Usai makan, prajurit langsung menyerbu pedagang di sekitar taman untuk berbelanja. Beberapa pedagang gerobak dibuat kewalahan melayani karena jualan mereka diborong. Bahkan tukang batagor sampai menelepon temannya karena stok batagor kurang.

VIVA Militer: Peterjun Yonif Para Raider 305/Tengkorak Kostrad di Dawuan.

Photo :
  • Yonif Para Raider 305 Tengkorak

Tibalah waktunya Pasukan Tengkorak kembali ke markas tercinta di Telukjambe, Karawang. Bus-bus dan truk-truk angkutan telah menanti. Di saat itu Raja Aibon kembali bersuara, kali ini ia memberikan uang dua juta rupiah untuk dibelikan ikan emas yang akan ditebar di kolam batalyon, agar setiba di markas prajurit bisa langsung refresing memancing ikan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya