Daihatsu: Orang Indonesia Butuh Mobil LCGC Tujuh Penumpang

Daihatsu Ayla
Sumber :
  • Dian Tami / VIVA.co.id

VIVA.co.id - Mobil dengan luas kabin yang lapang seperti halnya segmen MPV (Multi Purpose Vehicle) memang sangat dibutuhkan di Indonesia. Hal ini pula yang tengah disiapkan para perusahaan otomotif, yang turut meramaikan kelas mobil murah ramah lingkungan atau Low Cost Creen Car (LCGC).

Menteri Perindustrian: LCGC Tujuh Penumpang Sangat Indonesia

LCGC tujuh penumpang, begitulah sebutannya saat ini. Tentu saja ini dapat menggairahkan pasar di segmen LCGC. Sebab, selain mampu menampung banyak penumpang, segmen mobil ini dipatok dengan banderol low cost alias murah.

Bahkan, Direktur Marketing PT Astra Daihatsu Motor, Amelia Tjandra, menyatakan bahwa mobil LCGC tujuh penumpang memang dibutuhkan masyarakat Indonesia.

Besok, Mobil Murah 7 Penumpang Toyota-Daihatsu Meluncur

“Tapi, mobil seven seater yang seperti apa? Sekarang sudah ada, tapi respons masih kurang baik, kenapa? Karena tidak nyaman duduknya? Seven seater untuk di Indonesia itu maunya, tujuh ya tujuh, jangan tujuh cuma ditambah bangku, sehingga dipaksa,” ujar Amelia, Rabu 25 November 2015.

Wanita yang akrab disapa Amel itu menegaskan, jika membuat LCGC, setidaknya perusahaan harus mengeluarkan produk yang sesuai dengan kondisi di Indonesia, namun berstandar global. Mulai dari mampu melibas jalanan jelek, sanggup melewati banjir hingga memberikan kenyamanan di baris ketiga.

Mobil Murah Tak Lagi Murah, Apa Tanggapan Gaikindo?

Amel mengatakan bahwa LCGC memang cocok dibuat untuk Indonesia, tapi tidak semua merek bisa melakukannya. Sebaliknya, jika semua perusahaan membuat secara global, belum tentu mobil itu cocok untuk Indonesia.

Ia juga menyatakan, mobil dengan kapasitas tujuh penumpang memang dibutuhkan di pasar nasional. Karena budaya masyarakat Indonesia yang selalu ingin bepergian bersama.

“Di luar (luar negeri), tidak butuh tujuh penumpang, tapi lima penumpang. Hanya orang Indonesia yang doyan tujuh penumpang. Karena budaya Indonesia itu makan ora makan asal kumpul. Jadi kalau beli, orang mikirnya, kalau mudik bagaimana? Kalau akhir pekan mau ngajak siapa? Sedangkan kalau bule, tidak seperti itu,” jelasnya.

Di berbagai negara, kata Amel, pasar mobil memang disesuaikan dengan kebutuhan. Dia mencontohkan, Thailand condong ke arah mobil double cabin. Hal itu dipilih, karena masyarakat di sejumlah wilayah di Thailand masih fokus pada pertanian.

Lain halnya dengan Malaysia. Kata Amel, di Negeri Jiran, mobil kecil citycar cukup laris di pasaran.

“Kalau pasarnya belum ada, terus kita bikin, akibatnya cuma nambah line-up, tapi orang enggak butuh, lalu volume tidak banyak jadi bikin stok, jadi banyak diurus. Lebih baik efisien fokus, kalau merek lain (mau buat), silahkan saja,” ujarnya. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya