Logo BBC

Polemik Kotak Suara Bahan Karton, KPU: Ini Kecurigaan Berlebihan

Komisioner KPU RI, Evi Novida Ginting Manik (kiri) dan Pramono Ubaid Tanthowi (kanan) menunjukan kotak suara bermaterial kardus dan transparan di Kantor KPU Pusat, di Jakarta, Jumat (14/12). - ANTARA FOTO/Reno Esnir
Komisioner KPU RI, Evi Novida Ginting Manik (kiri) dan Pramono Ubaid Tanthowi (kanan) menunjukan kotak suara bermaterial kardus dan transparan di Kantor KPU Pusat, di Jakarta, Jumat (14/12). - ANTARA FOTO/Reno Esnir
Sumber :
  • bbc

"Bahan apapun punya potensi kecurangan dan manipulasi. Baja sekalipun kalau dibuang ke laut, akan hilang. Jadi yang menentukan itu petugas yang berintegritas, skema pengawasan dan pengamanan," jelas Titi Anggraini kepada BBC News Indonesia.

Dalam pantauannya, penggunaan kotak surat suara dengan bahan karton bukan hal baru dalam proses pemilihan umum. Dia mencontohkan Australia, Argentina, dan Selandia Baru yang menggunakan material serupa. Sementara Nepal menggunakan kotak berbahan plastik.

"Jenis kotak suara beragam di dunia ini. Ada plastik, mika, kaca, alumunium, karton atau baja. Sehingga tidak ada satu pilihan lebih baik dari pilihan lain."

Baginya polemik kotak suara ini tidak perlu terjadi jika kubu Prabowo-Sandi dan Jokowi Ma`ruf tak mempolitisasi kerja penyelenggara pemilu. Imbasnya, kata dia, pemilih menjadi ragu dan khawatir jika suaranya disalahgunakan.

"Situasi ini jadi gaduh karena penyelenggara pemilu ditarik ke ranah politik. Padahal ini (kotak suara) keputusan biasa tapi jadinya kontroversial karena dikaitkan dengan problematika kontestasi. Apalagi pemicu untuk mempertanyakan integritas penyelenggara," jelasnya.

"Kalau kita tidak percaya dengan prosesnya sejak awal, maka akan berusaha membuat dugaan-dugaan. Dampaknya kita tak percaya karena anggap begini. Tapi kalau kita percaya, mau kotak suara itu diletakkan dalam kardus biasa, kita akan percaya."