Di Palangkaraya, Sandi Disambut Upacara Adat Tetek Pantas Khas Dayak

Cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno kampanye di Palangkaraya
Sumber :
  • Dok. Tim Sandiaga Uno

VIVA – Calon wakil presiden nomor urut 02, Sandiaga Salahuddin Uno, hari ini melakukan safari politiknya ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Ada momen unik ketika Sandi berkunjung ke Tanah Dayak itu.

Paguyuban Marga Tionghoa Dorong Gunakan Hak Pilih 14 Februari untuk Lahirkan Pemimpin Berkualitas

Dari keterangan resmi tim Sandi, Senin, 4 Februari 2019, eks Wagub DKI itu tiba sekitar pukul 07.30 WIB di Bandara Tjilik Riwut. Namun, Sandi tidak bisa begitu saja masuk ke tanah Dayak tersebut.

Sandi mesti mengikuti upacara adat Tetek Pantan, yang merupakan upacara untuk menyambut tamu. Tetek Pantan, berarti potong pantan atau menyingkirkan rintangan.

Prabowo Kaget Ada Pemuda Ngaku Siap Mati untuknya di Pilpres 2019: Saya Suruh Pulang!

Dalam tradisi upacara itu, Sandi dihadapkan ke gerbang kayu berbentuk kubus dengan ukuran masing-masing sisi sekitar 2 meter. Di situ terbentang sebatang kayu akasia terselubung kain. Saat upacara, pemimpin adat berada di bagian dalam gerbang, sedangkan Sandi sebagai tamu di sisi luar.

Namun, sebelum tamu menyingkirkan penghalang, pemimpin adat melontarkan tiga pertanyaan yang wajib dijawab. Tiga pertanyaan itu adalah siapakah nama tamu, berapa jumlah rombongan, dan apa maksud juga tujuan kedatangannya.

Prabowo Cerita Tak sampai Satu Jam Putuskan Terima Ajakan Jokowi Gabung Kabinet

Setiap kali tamu selesai menjawab satu pertanyaan, pemimpin adat menyahutnya dengan pekik kemenangan atau disebut melahap, "Uuuuju Ku iy!" Sandi kemudian mampu menjawab pertanyaan yang diajukan itu.

"Saya Haji Sandiaga Salahuddin Uno, dengan delapan orang dari kepolisian dan empat dari tim inti saya, maksud tujuan kedatangan saya untuk menciptakan Indonesia adil dan makmur, Indonesia Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur," kata Sandi.

Setelah menjawab pertanyaan, Sandi dipersilahkan maju dan melipat kain yang diletakkan di atas kayu sebelum menebasnya dengan senjata tradisional khas Kalimantan Tengah, Mandau. Lalu, ia perlahan tapi pasti mulai memotong kayu itu hingga terbelah dua. Teriakan uuuju Ku iy kembali terdengar.

Ritual itu dilanjutkan dengan menginjak telur ayam kampung di atas batu dengan kaki kanan. Penggunaan batu memiliki makna kerasnya niat dan usaha manusia untuk meraih suatu kebaikan serta tujuan hidup.

"Telur ayam kampung yang berisi kehidupan ini tercurah ke bumi pertiwi dan akan membawa kesuburan serta kesejahteraan bagi manusia," kata Pemandi adat kepada Sandi.

Kemudian, Sandi langsung menginjak dengan kaki kanan dan segera melangkah. Ia pun sempat mengapresiasi adat khas Dayak ini.

"Luar biasa kayanya Indonesia  dengan budanyanya. Ini harus terus kita jaga. Warisan budaya leluhur yang membuat Indonesia unik," kata Sandi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya