Sandi Ungkit Produksi Ikan Turun sampai Impor 260 Ribu Ton pada 2018

Calon wakil presiden Sandiaga Salahuddin Uno berkampanye di Bali dan menemui pendukungnya di Kabupaten Jembrana pada Rabu, 13 Maret 2019.
Sumber :
  • VIVA/Bobby Andalan

VIVA – Calon wakil presiden nomor 02, Sandiaga Salahuddin Uno berkampanye di Bali, dan menemui pendukungnya di Kabupaten Jembrana pada Rabu 13 Maret 2019. Dia berdialog dengan nelayan, petani, masyarakat pesisir, dan kalangan milenial setempat.

Rais Aam PBNU Kenang Kenal Prabowo Sejak 1996, Doakan Sukses Jalankan Pemerintahan

Seorang nelayan bernama Jodi, mengaku sulit mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) bagi nelayan. Dia juga mengeluhkan harga ikan yang kini anjlok di pasaran, ditambah makin sepinya pembeli. Situasi itu kian dipersulit, dengan kerumitan birokrasi untuk macam-macam perizinan.

Menanggapi keluhan itu, pria yang akrab dipanggil Sandi ini menjamin bahwa di bawah kepemimpinan Prabowo-Sandi kelak, distribusi BBM akan lancar dan tidak mempersulit nelayan melaut.

Pengakuan Prabowo Dibantu Jokowi Persiapkan Diri Jelang Pelantikan Presiden Bulan Oktober

Soal harga ikan yang anjlok di pasaran, Sandi memiliki solusi agar memiliki fasilitas penyimpanan ikan. "Insya Allah di bawah Prabowo-Sandi, kita harus buat fasilitas penyimpanan (ikan), yang juga ada industri yang menyerap (tenaga kerja), sehingga harga ikan tidak anjlok," katanya.

Dia juga berjanji, akan mempermudah perizinan melaut bagi nelayan jika memenangi pemilu 2019. Ia meminta semua pihak, tidak saling menyalahkan tentang izin melaut yang susah sebagaimana dikeluhkan Jodi.

Menang Pilpres, Prabowo Sebut Butuh Dukungan NU untuk Bangun Bangsa

"Jangan saling menyalahkan. Janji kami, Insya Allah kita pastikan perizinan akan dipermudah, jangan dipersulit. Di pesisir, perizinannya dikelola dengan baik, sehingga tak memberatkan birokrasinya," katanya.

Sandi menilai, peran penting nelayan bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Ikan, katanya, memiliki kandungan gizi yang cukup baik. Sayangnya, konsumsi ikan masyarakat Indonesia masih amat rendah. "Kita harus bangkitkan industrinya. Industri pengalengan, lalu distribusinya kita bantu, pemasarannya juga."

Indonesia, menurutnya, pernah menjadi negara penghasil ikan tuna, cakalang, dan tongkol terbesar kedua di dunia setelah Tiiongkok. Jumlahnya mencapai 611 juta ton. Namun, pada 2016, mengalami penurunan yang berujung mengeluhnya para nelayan.

Akhirnya, pada 2018, Indonesia impor ikan sebanyak 260 ribu ton. "Nelayan jadi mengeluh. Nah, kita akan revitalisasi jangan sampai kita impor. Kalau bisa produksi, ngapain impor," katanya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya