Salam Corona dengan Siku Tak Direkomendasikan, Kenapa?

Mantan Wapres Jusuf Kalla dan Menkeu Sri Mulyani melakukan salam corona.
Sumber :
  • Twitter, @husainabdullah1.

VIVA – Social dan physical distancing dianggap efektif mencegah penularan corona covid-19. Setidaknya dengan menjaga jarak satu meter, virus tak menempel pada anggota tubuh.

Kemenkes: Tetap Terapkan Protokol Kesehatan Waspadai COVID-19 Varian KP.1 dan KP.2

Saat bertemu orang, dianjurkan juga tak bersalaman karena berpotensi menularkan virus. Padahal, salaman sudah menjadi budaya.

Orang pun mencari cara sebagai alternatif bersalaman. Di antaranya dengan salaman corona yaitu membenturkan antar siku tiap orang.

7 Fakta COVID-19 Melonjak di Singapura, Sepekan Capai 25 Ribu Kasus

Salam seperti ini populer setelah Menteri Keuangan Sri Mulyani dan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla melakukannya. Orang pun banyak juga yang menirunya.

Amankah salaman dengan benturan siku?

Terpopuler: Manfaat Kurma hingga Kasus COVID-19 Melonjak di Singapura

Verifikasi Fakta

Mengutip VIVA.co.id, Dokter Spesialis Jantung Paru, dr Vito A. Damay Sp. JP(K) mengatakan salam corona dengan membenturkan siku tak menjamin aman dari virus. Di antaranya karena dengan salam siku membuat jarak antar orang harus dekat.

"Siku kan kita harus dekat sama orangnya. Jadi enggak sampai semeter pasti," katanya.

Ia menambahkan saat batuk atau bersin, selain memakai masker dan menutup mulut dengan tisu, salah satu cara yang dianjurkan menutup dengan siku bagian dalam. Sebab, siku bagian dalam jarang dipegang.

"Kalau orang di keramaian misalnya, dia kan enggak tahu sikunya sudah kena siapa saja. Makanya karena itu, siku bukan jadi rekomendasi utama. Dari jauh saja," ujarnya.

Ilustrasi COVID-19/virus corona.

Kemenkes: COVID-19 Tidak Sepenuhnya Hilang, Masih Ada Potensi Muncul Varian Baru

Kementerian Kesehatan menyatakan COVID-19 tidak sepenuhnya hilang meski saat ini statusnya sudah endemi. Masih ada potensi munculnya varian atau subvarian baru.

img_title
VIVA.co.id
28 Mei 2024