Dampak Corona pada Ekonomi Secepat Penularannya

Petugas bagikan masker sebagai antisipasi infeksi virus corona di Jakarta.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Fikri Yusuf

VIVA – Kabar tentang dua warga Indonesia yang dikonfirmasi terinfeksi virus corona pada 2 Maret 2020 laksana lonceng jam istirahat sekolah. Semua berhamburan keluar kelas dan menyerbu kantin sekolah segera setelah lonceng berdentang. Makanan ludes seketika.

Momen Presiden Joko Widodo jadi Saksi Nikah Anak Wamenaker Afriansyah Noor

Beberapa saat setelah Presiden Joko Widodo bersama Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengumumkan informasi penting itu pada Senin siang, dampaknya langsung terlihat: nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat melemah sebesar Rp14.420 (meski menguat tipis keesokan harinya) dan Indeks Harga Saham Gabungan ditutup di zona merah 1,68 persen.

Sejumlah pusat perbelanjaan atau pasar swalayan kebutuhan pokok di Jakarta mendadak ramai. Banyak orang memborong mi instan, telur, beras, gula, makanan kemasan kaleng, dan termasuk cairan antiseptik. Mereka seolah sedang bersiap diisolasi dari kota tempat tinggalnya dan karena itu buru-buru memborong aneka makanan untuk stok dalam waktu lama di rumah.

Tim Cook Puts Investment to Build Apple Developer Academy in Indonesia

Sama seperti kecepatan penularannya yang telah menjangkiti 70 negara dengan total 90.000 kasus hanya dalam tiga bulan sejak kali pertama dilaporkan di China pada Desember 2019, dua kasus corona di Indonesia lekas membikin panik masyarakat hanya dalam hitungan jam.

Perekonomian domestik

Government to Form Special Task Force for Handling Online Gambling

Dampak wabah virus dengan nama baru Covid-19 itu sebenarnya sudah cukup lama dirasakan Indonesia, bahkan sejak negara ini masih nihil kasus corona. Pelemahan nilai tukar rupiah atas dolar AS tak hanya terjadi di hari Jokowi menyampaikan pengumuman bahwa dua warganya terinfeksi corona, melainkan sudah beberapa kali. Rupiah memang sempat menguat pada 24 Januari, tetapi belum sampai sebulan kemudian melempem dan terus tertekan hingga 0,07 persen.

Pelemahan waktu itu dianalisis menyusul wabah virus corona yang mengganas di Korea Selatan, negara dengan jumlah kasus corona terbanyak kedua setelah China. Korea Selatan merupakan tujuan ekspor terbesar ketujuh (setelah China, AS, Jepang, India, Singapura, dan Malaysia) dan berkontribusi 3,78 persen dari total ekspor.

Nilai ekspor Indonesia ke China pada Januari, Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, sebesar 2,1 miliar dolar AS, turun 9,15 persen daripada Desember 2019. Nilai ekspor Indonesia ke China bersumbangsih sebesar 16,69 persen dari total ekspor.

Pada 28 Februari, Bank Indonesia mencatat aliran modal asing keluar dari Indonesia sebesar Rp30,8 triliun secara netto pada 1-27 Februari 2020. Penyebabnya, menurut Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, karena investor cemas terhadap terhadap perkembangan wabah virus corona di dunia. Padahal, waktu itu Indonesia masih nihil kasus corona.

Pemerintah menjamin pasokan pangan cukup aman dan karena itu masyarakat diimbau tidak panik dan tidak berbelanja kebutuhan-kebutuhan pokok secara berlebihan. Pemerintah malah mengkhawatirkan situasi yang buruk kalau masyarakat panik dan memborong bahan-bahan kebutuhan pokok.

"Tindakan panic buying (berbelanja secara berlebihan karena panik) ini justru dapat merugikan masyarakat itu sendiri," kata Menteri Perdagangan Agus Suparmanto dalam konferensi pers di Jakarta pada 3 Maret, "karena dapat mendorong timbulnya ketidakstabilan harga yang disebabkan oleh ketidakseimbangan pasokan."

Sebagai salah satu langkah untuk menjaga pasokan bahan pangan, Kementerian Perdagangan telah menerbitkan izin impor sejumlah komoditas, seperti gula kristal merah yang digunakan sebagai bahan baku gula kristal putih untuk konsumsi. Izin impor mencapai 438.802 ton yang dapat memenuhi kebutuhan hingga Mei 2020.

Tidak kurang penting daripada itu, Agus juga menyerukan masyarakat agar tak menyebarkan informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan mengenai pasokan dan harga bahan pokok. Pada dasarnya pemerintah ingin masyarakat tetap tenang sehingga semuanya tetap terkendali. Informasi yang keliru atau hoaks, apalagi tentang bahan pangan, akan memicu kekhawatiran yang berlebihan sehingga terjadi ketidakstabilan.

Berdasarkan catatan Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo), memang terjadi peningkatan jumlah belanja harian sejak pemerintah mengumumkan dua orang terinfeksi corona. Kenaikannya mencapai 10-15 persen dibanding hari biasanya, yang mengisyaratkan memang terjadi kepanikan, sedikitnya di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Tetapi, menurut Ketua Umum Aprindo Roy Mandey, "Kenaikannya hanya bersifat sementara dan naiknya juga tidak terlalu signifikan."

Ancaman penjara

Presiden Joko Widodo juga memberikan imbauan serupa. Dia mengklaim, pemerintah sudah bekerja dengan benar untuk mencegah wabah virus mematikan itu meluas, misalnya merawat dan mengisolasi kedua warga yang terinfeksi corona dan kini kondisinya membaik, melacak orang-orang yang pernah berkontak dengan kedua pasien, dan seterusnya.

Jokowi optimistis wabah yang telah mendunia itu segera berlalu, sebab belakangan, terutama di China, mulai terjadi penurunan drastis jumlah kasus infeksi corona menjadi 196 kasus pada akhir pekan lalu. Jumlah itu menurun signifikan dari 570 kasus infeksi sehari sebelumnya. Lagi pula, menurutnya, banyak pasien di sejumlah negara yang sembuh setelah mendapatkan perawatan yang benar dan tepat. "Kami meyakini bahwa ini bisa ditangani," katanya.

Tidak ada alasan juga bagi masyarakat untuk memborong bahan-bahan pokok, termasuk membeli masker secara berlebihan, sebab pasokannya tetap tercukupi. Bahkan, Jokowi mengklaim, "... stok yang di dalam negeri kurang lebih 50 juta masker ada." Memang, ada beberapa jenis masker yang langka, namun secara umum tidak kekurangan.

Aparat keamanan juga disiagakan untuk mengantisipasi situasi terburuk kalau kepanikan masyarakat berpotensi terjadi aksi-aksi kriminalitas atau melanggar hukum. Pusat-pusat perbelanjaan akan dijaga sejumlah personel polisi. "Semua yang di dalam pantauan kita ada aktivitas meningkat, kita turunkan, baik di pasar maupun supermarket," kata Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo.

Dia juga mengingatkan masyarakat agar tidak menimbun bahan-bahan pokok seperti komoditas pangan, juga masker, untuk dijual dengan harga tinggi di lain waktu karena hal itu termasuk tindak pidana, melanggar Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen atau Undang-Undang tentang Perdagangan dengan ancaman hukuman penjara selama lima tahun. Pelaku usaha yang melanggar bahkan akan didenda maksimal Rp50 miliar. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya