Polisi Intimidasi Wartawan Sampai Sportifnya Tira Persikabo

Pelatih Tira Persikabo, Rahmad Darmawan
Sumber :
  • VIVAnews / Purna Karyanto Musafirian

VIVA – Jelang akhir pekan, kabar duka datang dari insan pers. Aksi represif oknum polisi yang mengintimidasi kerja wartawan menjadi sorotan pembaca.

Profil Satya Nadella, Bos Microsoft yang Sudah Sering Ketemu Jokowi

Wartawan peliput massa buruh yang akan demo di depan area komplek parlemen, Senayan diancam agar menghapus gambar foto dan rekaman hasil liputannya. Artikel represifnya oknum polisi ke wartawan menjadi terpopuler di laman VIVAnews, Jumat, 16 Agustus 2019.

Artikel lain yang banyak dibaca terkait pidato Presiden Jokowi saat sidang tahunan MPR 2019. Menurut eks Gubernur DKI itu, kehidupan demokrasi tak boleh membuat lembaga negara menjadi anti terhadap kritikan.

Kasus Mayat Bayi di Tanah Abang, Kedua Pelaku Terancam 15 Tahun Penjara

Lompat ke kanal bola, kali ini dari tim kuda hitam Liga 1 2019, Tira Persikabo. Rekor tak terkalahkan selama 13 pertandingan disetop oleh Bali United. Tim asuhan Rahmad Darmawan itu keok 1-2 di kandangnya, Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor, Jawa Barat.

Selain itu, ada artikel penting lainnya seperti larangan lomba panjat pinang di Aceh dan polemik Kivlan Zen vs Wiranto di persidangan soal Pam Swakarsa.

Polisi Larang Warga Bawa Petasan saat Nobar Timnas Indonesia U23 vs Uzbekistan

Berikut rangkuman artikel trending di VIVAnews yang dirangkum dalam Round-Up:

1. Polisi Intimidasi Wartawan Peliput Demo Buruh di DPR

Oknum Polda Metro Jaya yang intimidasi wartawan

Sejumlah wartawan dari media televisi, cetak dan online mengalami intimidasi dari beberapa personel kepolisian. Intimidasi dialami awak media karena meliput proses pengadangan aparat terhadap massa buruh yang mau meliput di depan komplek parlemen, Senayan, Jumat, 16 Agustus 2019.

Awak media yang mengalami intimidasi antara lain dari jurnalis VIVAnews, Syaefullah. Wartawan lainnya dari Bisnis Indonesia, Jawa Pos, sampai Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara. 

2. Jokowi: Jangan Alergi Kritik, Sekeras Apapun Itu

Presiden Jokowi mengingatkan agar lembaga negara tak boleh antikritik dalam kehidupan demokrasi. Menurutnya, perbedaan pandangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan keniscayaan yang harus dihadapi.

"Bagaimanapun kerasnya kritik itu, harus diterima sebagai wujud kepedulian, agar kita bekerja lebih keras lagi memenuhi harapan rakyat," ujar Presiden Jokowi, dalam pidatonya di Gedung MPR-DPR, Senayan Jakarta, Jumat 16 Agustus 2019.

3. Sportifnya Tira Persikabo Usai Rekor Terhenti dan Tahta Direbut

Meski keok dan rekor belum terkalahkan terhenti, Tira Persikabo tetap sportif mengakui kemenangan rivalnya, Bali United. Tira Persikabo kalah 1-2 dari Bali United di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor, Kamis 15 Agustus 2019.

Pemain Tira Persikabo rayakan gol.

Rekor tak terkalahkan dalam 13 pertandingan yang dicapai Tira Persikabo di Liga 1 terhenti. Namun, pelatih Tira Persikabo, Rahmat Darmawan, menerima hasil tersebut karena Bali United memang layak menang. 

4. Aceh Larang Lomba Panjat Pinang saat 17 Agustus

Pemerintah Kota Langsa, Aceh, mengeluarkan surat imbauan agar masyarakat di daerahnya tidak menggelar perlombaan panjat pinang dalam rangka menyambut HUT RI ke-74 pada Sabtu 17 Agustus. Dalam surat imbauannya, pagelaran tersebut dinilai merupakan tradisi peninggalan Belanda yang tidak memiliki nilai edukasi.

Lomba panjat pinang.

Imbauan itu ditujukan kepada seluruh kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Kepala Desa, dan Pemimpin BUMN/BUMD, agar tidak menggelar panjat pinang. 

5. Wiranto Vs Kivlan Zen, Kini soal Pam Swakarsa

Konflik antara dua pensiunan jenderal TNI, Wiranto dan Kivlan Zen, seakan belum berhenti. Kini, persoalan kedua tokoh tersebut harus bergulir di pengadilan terkait pembentukan Pasukan Pengamanan Masyarakat Swakarsa (Pam Swakarsa) pada 1998.

Menkopolhukam Wiranto

Melalui kuasa hukumnya, Tonin Tachta, Kivlan melayangkan gugatan itu karena merasa Wiranto melakukan perbuatan melawan hukum terhadapnya. Tonin mengungkapkan, saat itu pembentukan Pam Swakarsa membutuhkan biaya yang besar. Namun, yang diterima Kivlan sebagai pelaksana jauh dari cukup.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya