Cerita Seru di Balik Film G30S PKI

Subarkah Hadisarjana, makeup artist film G30S PKI
Sumber :
  • VIVA.co.id/Danar Dono

VIVA.co.id – Pengalaman bermakna tak hanya dirasakan oleh para aktor pemeran film G30S PKI. Bahkan, tenaga ahli dan kru yang bertugas di film tersebut memiliki pengalaman suka maupun duka.

Pusat Studi Pancasila UGM Usul Sejarah G30S Diriset Ulang Mendalam

Salah satunya adalah Subarkah Hadisarjana, makeup artis yang juga menjadi perias jenazah korban di film G30S PKI.

Subarkah menceritakan pengalamannya saat menjadi makeup artis untuk film tersebut. Ia menjelaskan bagaimana panjangnya riset yang ia lakukan untuk melancarkan kerjanya di film tersebut.

Fadli Zon Pamer Karikatur Kekejaman PKI Habisi Dewan Jenderal

“Saya hadapi berat mengingat saya tidak punya latar belakang makeup.  Bagaimana mencari anatomi wajah seseorang, ribuan foto jenderal korban PKI saya riset,” ujar Subarkah di gedung DPR, Rabu Malam 27 September 2017.

Selain sulit, ia juga memiliki pengalaman yang kurang mengenakkan sekaligus lucu saat berusaha mencari data untuk referensi makeup-nya. Riset ini guna membuat aktor di film tersebut semirip mungkin dengan aslinya.

Soal Nonton Film G30S/PKI, Ridwan Kamil: Kita Sedang Situasi COVID-19

Subarkah menceritakan, ia pernah diringkus militer saat membawa ribuan lembar foto PKI dan jenderal para korban PKI.

“Bahkan saya pernah ditangkap saat naik bajaj gara-gara tas saya isinya foto Pak Harto, foto Bung  Karno dan foto PKI. Saya dengan sopan bilang disuruh bikin film, akhirnya dilepaskan. Jadi memang ketat ya mungkin saya dikira mau melakukan suatu hal,” katanya sembari tertawa.

Tak sampai di situ, pengalaman lucu namun tak mengenakan juga dialami oleh para krunya. Saat tim produksi sedang menyiapkan properti berupa bendera PKI, mereka juga diringkus petugas.

“Kita nyablon bendera PKI dijemur di genteng , akhirnya ditangkapi ramai-ramai, mereka belum tahu kalau itu hanya untuk properti film,” katanya.

Ia juga mengungkapkan bahwa durasi asli film G30S PKI yang sebenarnya sangat lama, 10 jam. Namun untuk kepentingan produksi sehingga bisa direduksi tanpa menghapus nilai sejarah.

“Tiga kali edit, pertama durasi sampai 10 jam, diedit jadi tujuh jam, akhirnya terakhir jadi 3,5 jam,” katanya. (hd)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya