Lagu Romantis Hangatkan Jazz Gunung Bromo

Penonton Jazz Gunung Bromo
Sumber :
  • VIVA.co.id/Nur Faishal

VIVA – Hari terakhir Jazz Gunung Bromo, Minggu, 29 Juli 2018, berbeda dari tahun sebelumnya. Pertunjukan musik digelar pada pagi hari. Kuncup-kuncup hijau daun, punuk gunung dan Matahari pagi menemani penonton yang duduk lesehan menikmati tembang demi tembang dari para artis di panggung. 

Jazz Gunung Bromo 2022 Siap Digelar, Ini Deretan Musisi yang Tampil

Berada di ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut, cuaca tentu saja dingin. Maklum, pertunjukan dimulai pagi-pagi betul, sekira pukul 05.00 WIB.

Tapi lambat laun Matahari merangkak naik. Perlahan hangat menyusup dari celah-celah kosong baju dan jaket. 

Absen 2 Tahun, Jazz Gunung di Bromo Digelar Lagi

Bukan hanya Matahari yang bikin hangat. Tapi penampilan para artis Jazz Gunung Bromo yang aduhai asyik. Suasana hati hangat. Semua yang hadir duduk sambil menggoyangkan badan, mengikuti irama lagu-lagu yang hampir semuanya bertemakan kegembiraan dan cinta. 

Ada Bianglala Voices, ada musisi Endah N Reza, dan ada Nonaria dengan tiga personel ceweknya yang kocak. Kendati mereka kebanyakan musisi indie, tapi kemampuan mereka tak bisa dibilang amatir. Pokoknya betul-betul menghibur. 

Asyiknya Campursari Jazz Didi Kempot hingga Bius Sierra Soetedjo

"Saya Endah dan ini suami saya (Reza)," kata Endah menyapa penonton di amphitheater Jiwa Jawa Resort kawasan Gunung Bromo, Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Pasangan itu pun melantunkan tembang demi tembangnya yang kebanyakan bertemakan percintaan. 

Selain lagu berbahasa asing dan Indonesia, Endah N Reza juga menyuguhkan lagu percintaan dari Lampung. Lagu ini menceritakan seseorang yang harus ikhlas melepas hubungan demi kebahagiaan kekasihnya.

"Lagu ini miris tapi romantis. Ada orang cinta tapi kekasihnya nikah dengan orang lain," ujar Endah. 

Setelah itu, Nonaria naik ke atas panggung. Lagu-lagu rancak riang-gembira disuguhkan tiga musisi perempuan beda kelahiran itu. Penonton pun ikut-ikutan bernyanyi. Hingga Nonaria turun panggung, penonton tak terlihat beranjak dari duduk lesehnya. Malah makin berdatangan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya