Emas di Tengah Duka

Atlet Wushu Indonesia, Edgar Xavier Marvelo
Sumber :
  • VIVAnews / Riki Ilham Rafles

VIVA – Atlet wushu Indonesia, Edgar Xavier Marvelo, tampil luar biasa dalam dua pertandingan yang dilakoninya sepanjang Selasa 3 Desember 2019. Puncaknya, Edgar mempersembahkan dua medali emas untuk Indonesia di SEA Games 2019

Momen Pratama Arhan Peluk Mesra Azizah Salsha Usai Timnas Indonesia Lolos Piala Asia U-23

Emas pertama yang disumbangkan Edgar lewat nomor taolu daoshu dan gunshu kombinasi. Usai memberikan emas di nomor kombinasi, Edgar kembali bersinar dalam nomor taolu duilian (tim) bersama Harris Horatius dan Seraf Naro Siregar.

Jadi inspirator, ternyata Edgar tengah diselimuti duka. Dia harus berlaga di SEA Games 2019, Filipina, saat ayahnya, Lo Tjhiang Meng, tutup usia. Ayah Edgar meninggal pada Selasa dini hari 3 Desember 2019. 

Menang di Laga Perdana Proliga, Jakarta LavAni Akui Masih Punya Kekurangan

Tepat di pukul 00.53 WIB, ayah Edgar mengembuskan napas terakhir di usianya yang ke-67. Wafatnya sang ayah, cuma beberapa jam saja, dari final hari ketiga yang dilakoni Edgar. Hebatnya, Edgar tetap fokus dan bisa meraih emas.

Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga, Gatot S Dewa Broto, mengungkapkan, kisah Edgar layak menjadi inspirasi bagi semua atlet Indonesia. Bagaimana dia tetap tampil maksimal buat Indonesia di SEA Games 2019 saat diterpa kabar duka.

Drama 4 Gol Lawan Madura United, Dewa United Jaga Asa Tembus Championship Series

Saat ditemui wartawan di rumah duka di Grand Heaven Pluit, Jakarta, Rabu  4 Desember 2019, Edgar pun menceritakan bagaimana perjuangannya di SEA Games 2019 di tengah kabar duka yang datang. 

Kapan pertama kali tahu kabar duka ini? 

Jadi hari Selasa dini hari (3 Desember 2019) lagi tidur tiba-tiba ada yang ngetok, terus kebangun. Ternyata dari tim manajer, ketua pelatih, sama pelatih juga datang ke kamar. Cuma ngasih handphone aja, telepon dari mamah. Firasat udah enggak enak, terus angkat telepon ternyata dari koko (kakak).

Terus koko cuma bilang ini kan papah di rumah sakit, papah kena serangan jantung lagi, terus aku nanya, gimana? Terus koko cuman bilang papah sekarang enggak sadar, papah sudah enggak ada, ya udah ini, ngomong dulu sama papah, papah udah gak ada respons cuma masih kedengaran napasnya, masih bisa dengar, terus ya ngomong bahwa papah sudah berjuang semaksimalnya dan ini saatnya aku yang berjuang. 

Setelah itu enggak lama beberapa menit kemudian papah mengembuskan napas terakhir. Dan ya besok paginya harus bertanding lagi mengumpulkan fisik dan mental siaplah untuk menunjukkan sama papah. Karena waktu itu papa pernah berpesan dan saya telah berjanji apapun yang terjadi sama papah jangan pernah berhenti wushu, jangan karena papah.

Sebelum bertanding, gimana perasaannya, berat enggak? Itu kan yang emas kedua bukan?

Itu final hari kedua sama hari ketiga nilainya digabung. Hari kedua sudah mendapat peringkat pertama dan akan digabung di hari ketiga, ini tuh akan bertanding dua nomor. Yang satu sudah final, yang satu langsung final.

Bukan sedikit berat atau apa, tapi berat banget. Itu pikiran sedang ke mana-mana, namanya juga habis kehilangan ayah. Tapi dari pelatih semua juga support. Mereka bilang, ini buat papah, nangis saja luapin semua. Habis itu, kita harus siap. Saya siap dan ya sudah saya bertanding dengan seluruh kemampuan.

Atlet Wushu Indonesia, Edgar Xavier Marvelo (kanan)

Pada saat bertanding, ada tidak bayang-bayang wajah papah?

Sebelum masuk lapangan, sesudah masuk lapangan, bayangan yang ada di pikiran saya hanya papah. Cuma saat pas pertandingan itu sudah harus konsentrasi penuh karena pertandingan olahraga seperti itu rawan cedera dan gagal kalau kita tidak konsen ya banyak risikonya. Saat bertanding masuk lapangan itu sudah konsentrasi penuh.

Perasaan kamu bagaimana ketika setelah mendengar papah wafat, lalu kamu dapat emas? Campur aduk kah?

Pasti senang ya akhirnya bisa ngebuktiin ke papah bahwa anak papah bisa. Ujian yang Tuhan kasih, yang papah meninggalkan saya sebelum bertanding itu semua bisa terlewati dan bisa berbuah hasil. Dan saya yakin papah pasti bangga dan ya sedih karena papah pasti selalu ikut kalau tanding, selalu nonton, dan baru kali ini enggak ikut dan papah enggak ada.

Kenangan bersama papah yang paling indah seperti apa?

Kalau saya sama papah ya dari kecil sampai besar pun setiap hari latihan diantarkan papah sama mamah, itu dari capek, kesel. Semuanya sudah dilewati bareng sama papah, semua selalu ada, saat pertandingan dapat medali ataupun tidak itu semua pernah dilewati. Dan menurut saya, itu semua adalah kenangan terindah sih. Semua hidup saya yang saya jalani bareng papah dan juga mamah adalah kenangan terindah.

Hingga saat ini yang paling berjasa dalam karier, mungkin salah satunya papah?

Ya, dalam karier dalam hidup semua yang paling berjasa orangtua saya, tidak ada orang lain. Sampai kapan pun, mau sekarang mereka ada atau tiada, sampai kapan pun, mereka akan menjadi orang yang paling berjasa.

Pada awal itu kan sebenarnya mau pulang, tapi terhambat dengan cuaca di Filipina kan. Seperti itu ceritanya?

Ya sedih sih karena terundur. Tapi entah gimana karena mungkin emang jalan dari Tuhan, iseng cek Traveloka lagi, ternyata masih ada tiket dari pesawat Cebu Pacific. Itu yang akhirnya memutuskan sama coach Novi dan Anna. Ya sudah kita coba aja, kalau memang enggak bisa dan di-cancel lagi, kita pulang besok. 

Akhirnya beli tiket pesawat yang jam 20.20, itu dari tempat tanding beberes langsung ke airport, check in, langsung imigrasi. Ternyata delay satu jam, dan ternyata abis delay ternyata bisa terbang, sampai di Jakarta pukul 01.00 WIB.

Setibanya di sini, terus kemudian lihat seorang papah yang tadinya masih bisa ngobrol, terus kemudian datang dalam keadaan sudah wafat, bagaimana?

Rasanya kaget ya masih enggak nyangka, kayak masih mimpi. Cuma ya papah pasti enggak mau anak-anaknya sedih atau gimana, jadi ya kuatin mental, apalagi sudah depan mamah dan cici. Udah saatnya di mana saya sama koko saya yang menopang mama dan cici. Jadi saya sudah menguatkan diri saya, tidak mau larut dalam kesedihan lagi, tugas saya ya jaga mamah.

Peraih medali emas SEA Games 2019, Edgar Xavier Marvelo, bersama mendiang ayah

Tim yang di sana (Filipina) bagaimana?

Saya kebetulan meninggalkan tim saya pas sudah selesai pertandingan. Mereka pastinya ikut mendoakan, dan support. Dan ya tidak ada rasa yang negatif, semuanya rasa positif dan menurut saya tidak ada yang enggak enak atau gimana pun.

Dipersembahkan kepada siapa medali ini?

Medali ini untuk papah dan untuk Indonesia. Karena saya menjadi atlet untuk membanggakan Indonesia dan papah juga. Karena medali ini juga dibangun oleh papa juga, karena dari kecil dia yang selalu punya harapan untuk saya di saat mungkin ketika saya tidak percaya dengan diri saya sendiri. Mungkin orangtua saya lah yang percaya. Jadi semua medali saya pun saya persembahkan untuk orang tua saya.

Ada apresiasi lebih dari pemerintah?

Sungguh saya betul-betul terharu dan enggak nyangka, karena kepergian papah saya ternyata bisa dibilang jadi berita duka bagi masyarakat Indonesia. Di social media atau di mana pun. Saya melihat doa dan support orang-orang sungguh luar biasa. Saya tidak tahu harus berterima kasih seperti apa. Ini sungguh luar biasa.

Bukan keturunan asli (Indonesia), tapi bisa nunjukin?

Menurut saya mau keturunan apapun, kita membela satu nama. Saya kelahiran Indonesia. Saya membawa nama Indonesia di sini (SEA Games 2019), saya mengharumkan nama Indonesia dan saya mengibarkan bendera Indonesia, bukan bendera lain. Karena saya WNI dan sampai kapan pun.

Atlet Wushu Indonesia, Edgar Xavier Marvelo

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya