- badmintonindonesia.org
VIVA – Perayaan Hari Kartini yang jatuh pada Selasa kemarin, 21 April 2020, diwarnai oleh wejangan dari legenda bulutangkis Indonesia, Susy Susanti. Diwawancarai oleh Menteri Pemuda dan Olahraga, Zainudin Amali, Susy memberikan pandangannya tentang harus seperti apa wanita Indonesia dalam berjuang.
Sebagai legenda, kisah Susy memang layak jadi inspirasi bagi wanita di Indonesia. Perjuangannya, kala meniti karier di pentas bulutangkis internasional, terbilang begitu keras.
Bagaimana tidak, karier Susy dibangun di masa Orde Baru, ketika stigma masyarakat terhadap etnis Tionghoa masih kurang bersahabat.
Di tengah pandangan tersebut, Susy tak kenal lelah untuk berjuang demi meraih mimpinya. Kerasnya situasi, justru membuat Susy makin kuat. Hingga, buah manis dipetik Susy usai menjadi juara di Olimpiade 1992, Barcelona.
"Saya merasa begitu senang karena bisa memenuhi target dari pemerintah kala itu," kata Susy.
Apa yang terajadi di masa lalu, tentunya membentuk Susy yang sekarang. Seorang legenda yang dihormati banyak orang.
Tak cuma itu, sosoknya sebagai wanita kuat juga jadi inspirasi bagi para generasi muda.
Meski sukses di bidang olahraga, Susy tak lupa pula dengan keluarga. Sebagai wanita, dia juga harus bertanggung jawab dengan keluarganya.
"Mengurus keluarga nomor satu. Tapi, dalam waktu tertentu wanita juga bisa bekerja. Yang penting, bisa bagi waktu dengan baik," jelas Susy.
Kisah Cinta Susy Susanti dan Alan Budikusuma, dari Raket Turun ke Hati
Kisah cinta yang dialami dua legenda bulutangkis Indonesia, Susy Susanti dan Alan Budikusuma cukup menarik. Dari sama-sama mengharumkan nama Indonesia, mereka menikah.
