Akhir Tragis Jenderal Israel Berjuluk Sang Penjagal: Koma 8 Tahun dan Pemakaman Diwarnai Gempa

Mantan PM Israel, Ariel Sharon saat koma sebelum meninggal dunia.
Sumber :
  • guyana.hoop.la

VIVA – Mantan Perdana Menteri Israel yang dikenal sebagai pemimpin "tangan besi," Ariel Sharon, mengalami perjalanan hidup dan nasib tragis yang penuh kontroversi. Kepemimpinannya yang keras terhadap rakyat Palestina selama masa pemerintahannya membangkitkan beragam kritik.

Hamas Melunak, Setujui Konflik dengan Israel Pakai Solusi Ini

Momen tragis terjadi ketika dia mendadak terkena stroke pada tahun 2006 yang mengubah segalanya. Ariel Sharon jatuh dalam keadaan koma selama delapan tahun sebelum akhirnya menghembuskan napas terakhir di rumah sakit. Pada usia 85 tahun, sang "tangan besi" itu pergi untuk selamanya.

Shlomo Noy, juru bicara pusat medis Sheba di Tel Aviv, mengumumkan berita duka tersebut, menyampaikan bahwa Ariel Sharon telah meninggal dunia pada tanggal 11 Januari 2014. Selama delapan tahun terakhir hidupnya, Sharon dirawat di pusat medis Sheba.

Masuk Jebakan, Tentara Israel Ditembak Mati Sniper Hamas di Gaza Utara

Sepekan sebelum kematiannya, kondisi kesehatan Sharon sangat memburuk, dan dia berada dalam "kondisi serius," dikelilingi oleh keluarganya di samping tempat tidurnya. Dia hanya dapat berkomunikasi dalam tingkat kesadaran yang minimal dan dengan keterbatasan komunikasi non-verbal yang signifikan.

Gempa Warnai Pemakaman

Pejabat Israel dan Mesir Bertemu Diam-diam, Bahas Operasi Militer di Rafah

Upacara pemakaman kenegaraan diadakan di peternakan keluarga Sharon di padang gurun Negev, di selatan Israel, merayakan kehidupan dan perjalanan kontroversial mantan pemimpin.

Pemakaman Mantan PM Israel, Ariel Sharon.

Photo :
  • Colorado Public Radio

Saat mantan Perdana Menteri Ariel Sharon diberikan penghormatan terakhir pada hari Senin di tanah pertaniannya di selatan Israel, wilayah utara negara tersebut mengalami gempa bumi kecil yang menggetarkan tanah.

Saat para pejabat dari seluruh dunia berkumpul untuk mengenang salah satu pemimpin pendiri terakhir Israel, penduduk Galilea utara melaporkan bahwa mereka merasakan gempa bumi sekitar tengah hari. Institut Geofisika Israel mengonfirmasi laporan ini dan mencatat bahwa gempa tersebut mencapai kekuatan 3,5 skala Richter.

Berawal dari Stroke Ringan

Perjalanan penderitaan Ariel Sharon dimulai pada Desember 2005 ketika dia pertama kali mengalami stroke ringan. Pengobatan awal melibatkan pengenceran darah, tetapi pada tanggal 4 Januari 2006, dia mengalami pendarahan otak parah. Setelah berbulan-bulan perawatan di rumah sakit Yerusalem, dia dipindahkan ke fasilitas perawatan jangka panjang di rumah sakit Tel Hashomer.

Selama masa perawatan panjang itu, Sharon juga menjalani operasi untuk merawat luka yang membusuk di perutnya. Operasi tersebut dilakukan dengan harapan menghentikan infeksi yang merambat ke bagian tubuh lainnya. Namun, ironisnya, komplikasi menyebabkan penyumbatan di otaknya, mengakibatkan kerusakan luas pada seluruh tubuhnya yang semakin memburuk.

Meskipun berbagai peralatan medis canggih dipasang selama delapan tahun perjuangannya, namun takdir mengambil alih saat ajal menjemputnya.

Jenderal Berjuluk Buldoser dan Penjagal

Ariel Sharon adalah salah satu figur terkenal dan kontroversial di Israel. Terkenal sebagai salah satu jenderal Israel terkemuka dengan taktik yang agresif, dia terkadang menolak mengikuti perintah atasan dan mendapat julukan "buldoser" dalam dunia politik karena keteguhannya dalam mencapai tujuannya.

Ariel Sharon saat menjadi tentara nasional Israel.

Photo :
  • aljazeera

Perjalanan politiknya mencakup kepemimpinan sebagai perdana menteri pada tahun 2001 dan penarikan pasukan Israel serta pemukim Yahudi dari Jalur Gaza pada pertengahan 2005. Langkah tersebut diikuti dengan pendirian Partai Kadima setelah ia meninggalkan Partai Likud. Namun, semuanya berakhir ketika stroke melanda pada Januari 2006, dan Wakilnya, Ehud Olmert, mengambil alih sebagai perdana menteri.

Ariel Sharon juga dikenal karena peran kontroversialnya dalam sejarah Timur Tengah. Ia dituduh terlibat dalam berbagai tindakan kekerasan, termasuk pembunuhan massal dan insiden berdarah seperti pengeboman desa Qibya pada tahun 1953 yang menewaskan puluhan penduduk Palestina. Namanya juga terkait dengan invasi Lebanon tahun 1982, yang menghasilkan julukan "Jagal di Beirut."

Baca artikel Trending menarik lainnya di tautan ini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya