7 Fakta Hidup Salwan Momika, Orang Suka Bakar Quran Berujung Tewas Penuh Kejanggalan

Pembakar Al Quran Salwan Momika
Sumber :
  • X/Salwan Momika

Jakarta – Salwan Momika, seorang imigran asal Irak yang menciptakan kegemparan internasional dengan menggelar demonstrasi pembakaran Alquran, dilaporkan telah meninggal di Norwegia.

Bunuh 4 Tentara Iran, Serangan Udara Israel Diluncurkan dari Irak

Diketahui, Momika diusir dari Swedia setelah pemerintah setempat menolak untuk memperpanjang izin tinggalnya. Berikut deretan fakta Kehidupan Salwan Momika, Orang yang Suka Bakar Quran yang Berujung Tewas:

1. Melarikan Diri dari Irak

Balas Dendam Atas Serangan Teroris, Turki Serang Irak dan Suriah

Salwan Momika Bakar Al-Quran

Photo :
  • Twitter

Melansir mythgyaan, Salwan Momika, lahir sebagai Salwan Sabah Matti Momika, adalah warga negara Irak yang membuat keputusan yang mengubah hidup untuk meninggalkan tanah airnya dan mencari perlindungan di Swedia.

Hizbullah dan Perlawanan Islam Irak Lancarkan Serangan Balasan ke Israel

Perjalanannya dari Irak ke Swedia didorong oleh keadaan yang belum terungkap sepenuhnya, tetapi jelas bahwa kedatangannya di Swedia menandai titik balik yang signifikan dalam hidupnya.

2. Hanya Orang Biasa

Setibanya di Swedia, Momika menetap di kotamadya Järna di Södertälje, Kabupaten Stockholm. Dia telah tinggal di wilayah ini selama beberapa tahun, menjalani kehidupan yang relatif tidak diperhatikan sampai insiden kontroversial yang mendorongnya menjadi sorotan global.

Terlepas dari kontroversi yang mengelilinginya, Momika berhasil mempertahankan profil rendah tentang kehidupan dan aktivitas pribadinya di Swedia.

3. Seorang Ateis

Aksi pria Imigran Irak bernama Salwan Momika membakar Al Quran di Swedia

Photo :
  • FB Salwan Momika

Aspek penting dari identitas Momika adalah keyakinan agamanya, atau lebih tepatnya, ateisme. Terlepas dari asal-usulnya di Irak, sebuah negara dengan populasi Muslim yang signifikan, Momika mengidentifikasi dirinya sebagai seorang ateis.

Keyakinan ateisnya memainkan peran penting dalam keputusannya untuk membakar Alquran, tindakan yang dia benarkan sebagai ekspresi pendapatnya tentang teks agama Islam.

Tindakan dan pernyataannya telah memperjelas bahwa dia bukan hanya seorang yang tidak beriman tetapi juga seorang kritikus aktif terhadap keyakinan Islam.

4. Hanya Jadi Boneka

Momika tidak sendirian selama kejadian ini. Pengunjuk rasa lain hadir di tempat kejadian, menerjemahkan pernyataan Momika kepada orang banyak dan media.

Individu ini memainkan peran penting dalam memastikan bahwa pesan Momika dikomunikasikan dengan jelas dan dipahami oleh mereka yang hadir.

Identitas pengunjuk rasa ini dan hubungannya dengan Momika tetap dirahasiakan, tetapi kehadiran dan peran mereka dalam insiden tersebut menggarisbawahi sifat terorganisir dari protes tersebut.

5. Menghadapi Tuntutan Hukum

Penyelidikan berfokus pada apakah tindakan Momika merupakan "hasutan terhadap kelompok etnis", mengingat kedekatannya dengan masjid dan waktunya selama perayaan Idul Adha. Momika membantah bahwa tindakannya merupakan kejahatan rasial, dengan menyatakan bahwa pada akhirnya pengadilan akan memutuskannya.

6. Pernah Diancam Dibunuh

Aksi pria Imigran Irak bernama Salwan Momika membakar Al Quran di Swedia

Photo :
  • FB Salwan Momika

Pasca kejadian tersebut, Momika dikabarkan menerima beberapa ancaman pembunuhan. Terlepas dari ancaman tersebut, dia tetap menentang, menyatakan niatnya untuk melanjutkan protesnya untuk membela kebebasan berbicara dan berekspresi.

Ancaman terhadap Momika menggarisbawahi tingginya ketegangan dan potensi kekerasan yang dipicu oleh tindakannya.

7. Berdalih pada Demokrasi

Aspek signifikan dari motivasi Momika adalah keyakinannya yang kuat pada kebebasan berbicara dan demokrasi. Dia memandang tindakannya membakar Alquran sebagai pelaksanaan hak demokrasinya dan demonstrasi kebebasan berbicara. Sebelum melakukan aksinya pada 28 Juni 2023, ia dikutip mengatakan,

“Kami akan membakar Alquran. Kami akan mengatakan 'bangun Swedia. Ini adalah demokrasi dan akan berbahaya jika mereka mengatakan kami tidak bisa melakukannya'. Kami tidak berperang melawan Muslim, tetapi melawan pemikiran mereka. Kami tidak melawan Muslim, kami berada di pihak mereka”. Tindakan dan pernyataannya menyoroti keyakinannya bahwa kebebasan berbicara harus memungkinkan kritik dan penolakan terhadap teks dan keyakinan agama.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya