Tradisi Dugderan Jelang Ramadan di Semarang

Tradisi dugderan
Sumber :
VIVAnews
- Di Semarang, Jawa Tengah terdapat tradisi bernama Dugderan yang berasal dari kata “dug” dan “der”. Kata "dug" diambil dari suara beduk masjid yang ditabuh berkali-kali sebagai tanda datangnya Ramadan, sedangkan kata “der” berasal dari suara dentuman meriam yang disulutkan bersamaan dengan tabuhan beduk.


Biasanya tradisi ini digelar pada satu atau dua minggu sebelum Ramadan. Seluruh kalangan masyarakat, dari anak-anak hingga orang tua ikut gembira pada tradisi ini.


Tradisi Dugderan sudah menjadi pesta rakyat karena turut menampilkan tari japin, arak-arakan (karnaval), dan tabuh beduk oleh walikota Semarang.  Namun, proses ritual atau pengumuman awal puasa tetap menjadi puncak acara yang masih bersifat sakral bagi para tokoh masyarakat.
Viral Pria Ponorogo Mirip Shin Tae-yong, Videonya Direpost Marselino Ferdinan


Terpopuler: Gempa Garut, Dewas Bongkar Perilaku Wakil Ketua KPK, Keluarga Polisi ke Jakarta
Kini dentuman meriam pada tradisi Dudgeran diganti dengan suara-suara petasan atau bleduran yang terbuat dari bongkahan batang pohon yang dilubangi bagian tengahnya. Untuk menghasilkan suara seperti meriam biasanya bleduran diberi karbit yang kemudian disulut api.
Hard Gumay

Hard Gumay Sarankan Rizky Nazar Segera Nikahi Syifa Hadju, Ini Alasannya

Hard Gumay menyarankan Rizky Nazar untuk segera menikahi Syifa Hadju karena hal itu bisa membawa banyak keuntungan bagi kehidupannya.

img_title
VIVA.co.id
29 April 2024