Wajah Perjalanan Pagimu Jakarta

Ilustrasi kemacetan.
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Jangan berharap menikmati pagi yang indah di Jakarta. Bukan udara segar yang akan kau hirup, tapi polusi yang menyiksa hidung juga paru-parumu. Bukan kesunyian pagi yang tenteram, tapi nyanyian klakson kendaraan juga cacian penuh maki. Coba saja kau keluar dan nikmati perjalanan pagimu, mungkin banyak cerita yang akan kau tambahkan.

Akhir Kasus Viral Perpanjangan STNK Mobil Pikap Rp 5 Juta karena Pelat Nomor Cantik

Sejuta cerita menikmati jalan di ibukota. Sejuta cara pula menyiasati padatnya kendaraan. Tak adakah solusi berarti wahai para penyelenggara? Perempatan jalan tanpa polisi. Lampu merah yang tak lagi berfungsi. Angkot, mobil, motor yang saling adu gengsi, tapi tak peduli sangsi. Kereta yang enggan berhenti. Jam di tangan yang sudah menunjuk angka hati-hati. Dikejar waktu kerja yang sama. Keluar rumah di waktu yang sama. Melewati jalan yang sama. Lalu ramai-ramai orang mencari solusi. Beli motor dan mobil untuk dimiliki pribadi.

Tak bosan rasanya membahas ibukota tercinta, khususnya buruknya manajemen transportasi yang terjadi. Fenomena hijrahnya pengguna kendaraan umum beralih ke kendaraan pribadi perlu diperhatikan serius. Tanda bahwa sudah tak ada rasa nyaman dan aman menggunakan angkutan umum Jakarta. Alasan-alasan klise nan tak berujung adalah kemacetan, cerita-cerita berantai tentang copet, jambret, dan hipnotis. Lalu yang terbaru karena mahalnya naik angkot akibat harga BBM yang terus naik.

Jadwal Mobil SIM Keliling DKI Jakarta, Bogor, Bandung Jumat 10 Mei 2024

Tak segeranya pemerintah menangani fenomena ini, juga orang-orang yang langsung memanfaatkan harga miring kendaraan membuat masyarakat mencari jalan cepat. Siapapun rasanya sekarang bisa kredit motor. Bahkan tak harus menunggu kaya melintir untuk mempunyai mobil. Para Gubernur Jakarta sudah mencari inovasi kendaraan modern untuk ibukota. Dari mulai Trans Jakarta, commuter line, sampai monorail yang gagal dibangun berlanjut ke pembangunan subway sudah dilakukan. Kami memang menikmatinya, tapi untuk sesaat.

Godaan memiliki mobil pribadi penuh gengsi sudah bercokol di kepala para pekerja setengah sosialita. Tak segeranya tindakan pemerintah juga cepatnya tercipta budaya modern tidak bisa menghentikan tren ini. Anak SMP saja sudah minta dibelikan kado mobil pada orangtuanya. Juga banyaknya para single driver lainnya. Hampir setengah pengendara pribadi di Jakarta mengendarai mobilnya sendiri, three in one pun semakin tak ada gunanya. Padahal jika mereka mau meninggalkan kendaraan pribadi di rumah dan mulai menggunakan angkutan massal, setidaknya bisa mengurangi kemacetan sampai dua kilometer.

Perkara Nomor Pelat, Pemilik Mobil Pikap Ini Kaget Diminta Bayar Perpanjang STNK Rp 5 Juta

Mobil tua bercat merah juga biru. Bus tua bercat oranye juga hijau. Apa yang salah dengan mereka? Tak ada yang salah dengan kendaraan hampir usang peninggalan turun temurun penuh modifikasi itu. Rasanya tak salah menyalahkan sumber daya manusia di atasnya. Seenaknya mengenakan tarif dan juga asal-asalan berkendara. Sebenarnya saya sangat penasaran dengan manajemen perangkotan sendiri. Khususnya tarif-tarif yang disetorkan di tiap terminal. Bukankah sudah ditentukan oleh Dishub trayek angkot juga pemberhentian terakhir mereka?

Untuk satu angkot saja hampir ada tiga titik mereka harus menyetorkan sejumlah uang. Bisa dibayangkan berapa kali ia melewati tiga titik itu dalam sehari. Bisa dibayangkan pula berapa ratus angkot yang lewat setiap harinya dan penghasilan yang didapatkan olehnya dari angkot-angkot itu. Kasus ini bisa disambungkan ke arah masih merebaknya premanisme di ibukota. Para penguasa-penguasa tak bertanggung jawab yang mencari untung saja. Padahal tak ada dalilnya mereka bisa seenaknya seperti itu.

Dikejar setoran, juga naiknya harga BBM membuat para sopir angkot ikut menaikkan tarif. Lalu siksaan yang terjadi selanjutnya adalah para pengguna angkutan massal. Dibanding biaya angkot per harinya dengan bensin motor tentu saja masyarakat memilih menggunakan motor. Apalagi yang tempat tinggalnya jauh di pinggir Jakarta yang harus beberapa kali menaiki angkot. Berkaca pada luar negeri, para orang kaya, manager, bahkan artis tak malu naik kereta dan bus. Mudahnya juga rasa aman dan nyaman membuat mereka tidak segan menggunakan angkutan massal. Waktu kedatangan subway dan bus yang sudah terjadwal, mencari rute yang sudah ditentukan adalah salah satu yang mereka tawarkan. Walaupun jarak stasiun cukup jauh, cukup ditempuh dengan jalan kaki saja sudah cukup.

Lelang motor Yamaha RX-King dan Honda WIN

Lelang 5 Yamaha RX-King dan 2 Honda Win Cuma Rp47 Jutaan, Jual Lagi Auto Sultan

Seperti dilihat VIVA Otomotif pada situs Lelang.go.id pada Jumat 10 Mei 2024, ada Yamaha RX-King yang dilelang paketan dengan Honda Win cuma Rp47 jutaan. Gimana kondisi?.

img_title
VIVA.co.id
10 Mei 2024