Warung Sunda Keluargaku yang Ramai Pembeli

Ilustrasi.
Sumber :
  • ANTARA/Prasetyo Utomo

VIVA.co.id – Wanita yang hebat adalah wanita yang mampu mengurus anak-anaknya dan mampu membantu keuangan keluarganya. Sosok wanita seperti ini adalah seorang ibu. Kasih sayang yang dimiliki untuk anaknya tak akan pernah habis oleh masa.

Kisah Dokter Cantik Sukses Bangun Usaha, Berawal dari Gang Sempit

Ibu adalah sosok yang sangat dimuliakan oleh Allah SWT. Bahkan Nabi Muhammad SAW bersabda, “Hormatilah ibu, ibu, ibu, barulah ayah”. Itulah sebabnya seorang anak tidak boleh melawan kepada orang tua terutama ibu. Ibu adalah sosok yang sangat dikagumi oleh semua anak. Karena tangannya yang memiliki sentuhan menghangatkan jiwa, dan hatinya yang sangat sabar merawat dan menjaga anak-anaknya.

Sosok ibu ini bernama Imas. Ibu yang sangat saya kagumi dan sayangi. Ia tak pernah kenal lelah dalam merawat, menjaga, dan mencari rezeki untuk ketiga anaknya. Saya adalah anak kedua. Kakak saya bernama Entep Yana (28 tahun), dan adik saya bernama Ananda Shabirah Putri Maharani (5 tahun).

Viral, Ayah Tunggal Rawat Tiga Anaknya yang Mengidap Cerebral Palsy

Di kontrakan yang kecil ini, tepatnya di Jl. Kampung Dalam IV, Kebon Baru, Tebet, kami tinggal berlima. Yaitu ibu, ayah, kakak, saya, dan adik. Tempat ini bukan hanya sekadar untuk beristirahat, melainkan juga untuk mencari rezeki dengan berjualan nasi atau biasa dikenal dengan Warung Sunda (Warsun).

Ibu dan ayah bekerja sama dalam mencari rezeki. Ibu bagian memasak, dan ayah bagian membersihkan juga memotong sayuran serta lauk pauk. Saat malam hari waktunya orang-orang masih tertidur pulas, ibu dan ayah sudah bangun pukul 03.00 pagi untuk memasak makanan yang akan dijual. Sekitar pukul 05.00, saya bangun untuk membantu ibu dan ayah meletakkan makanan di dalam etalase. Lalu sekitar pukul 07.00 makanan sudah siap untuk dihidangkan.

Agen Koran di Bali Diguyur Rp1 Miliar Gara-gara Taman Rumah

Di warung, kami sudah memiliki tugas masing-masing. Saya dan Mbak Lenah bertugas memberikan minum dan membungkus makanan. Mengapa hanya membungkus makanan? Karena di warung ibu, setiap yang makan di sini boleh mengambil makanan sendiri atau biasa disebut prasmanan. Lalu ayah bagian mencuci piring dan gelas yang kotor serta memasak nasi.

Ketika saya bisa membantu ibu dan ayah, pasti saya akan membiarkan ibu untuk tidur sejenak menghilangkan rasa lelahnya. Lalu saat siang hari barulah ibu bersiap-siap untuk membantu di warung. Pembeli biasanya sudah mulai berdatangan pukul 07.30 untuk sarapan. Banyaknya pembeli terkadang membuat saya repot. Untungnya ada Mbak Lenah yang membantu saya di warung setiap pagi sampai pukul 17.00.

Walaupun sudah ada yang membantu, tapi tetap saja ibu harus turun tangan karena yang membantu hanya datang pukul 06.30 sampai pukul 17.00 saja, tidak sampai malam hari. Pada saat jam makan siang, warung ibu selalu dipenuhi oleh orang-orang kantor yang hendak makan siang. Terkadang kami yang membantu suka lupa memberikan minum untuk para pembeli karena banyaknya pembeli yang masih mengantrea.

Walapun lelah, saya tetap merasa senang sekali bisa membantu ibu saat sebelum dan sesudah kuliah. Banyaknya pembeli membuat warung ibu banyak dikenal oleh orang-orang sekitar. Bahkan setiap pukul 15.00, makanan yang disediakan sudah mulai habis. Kalau makanan sudah habis, ibu biasanya langsung beristirahat kembali untuk mengumpulkan tenaganya.

Pada pukul 17.00, ayah akan bersiap-siap hendak pergi ke pasar Kramat Jati. Dan setelah magrib, Ayah sudah sampai kembali di rumah. Setelah itu, lanjutlah ibu bersiap-siap mencicil makanan yang bisa dimasak pada malam hari, agar pada pukul 03.00 nanti tidak terlalu banyak makanan yang harus ia masak.

Saya akan membantu memotong-motong sayuran. Seperti wortel, pare, timun, dan cabai. Kemudian ayah membantu membersihkan lauk pauk. Seperti ikan bawal, ikan mujaer, ikan kembung, dan ayam. Sekitar pukul 22.00, biasanya semua pekerjaan selesai dan saatnya untuk kami beristirahat.

Kamar dan dapur yang hanya dibatasi dengan triplek dan ukurannya yang sempit, terkadang membuat saya dan adik sering terbangun pukul 04.00. Disebabkan karena hawa panas dari kompor gas yang ibu pakai. Panas yang membuat keringat keluar dari tubuh ibu tidak membuatnya mengeluh sedikit pun. Itu sebabnya saya sangat mengagumi dan menghormati ibu. Karena begitu besar perjuangannya demi mencari rezeki untuk masa depan anak-anaknya.

Sakit yang ia rasakan tidak membuatnya menyerah begitu saja. Karena menurutnya, selama ia masih bisa berdiri ia akan tetap beraktivitas seperti biasa. “Bagi Mama, Kakak Isma anak yang hebat. Tidak pernah malu untuk membantu Mama. Padahal di luar sana banyak anak yang malu mengakui pekerjaan orang tuanya, dan banyak anak muda yang hidupnya hanya berfoya-foya,” ujar ibu.

Setiap orang tua tak pernah meminta untuk dibalas budi dari setiap perbuatannya. Yang orang tua inginkan hanya melihat anak-anaknya bahagia dan sukses dunia akhirat. Untuk itu, hormatilah dan berusahalah untuk membahagiakan orang tua kita sebelum semuanya terlambat. Kata yang bisa saya ucap saat ini adalah, bahwa saya sangat mencintai ibu dan ayah. Ibu dan ayah adalah segalanya bagi hidup saya. (Tulisan ini dikirim oleh Ismawati, mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Nasional, Jakarta)

 

Jusuf Hamka

6 Bos Indonesia Mantab Jadi Mualaf, Kisahnya Bikin Merinding

Sederet pengusaha Indonesia ini memilih untuk jadi mualaf. Tak disangka, kisah perjalanan menjadi mualaf ini menjadikan kehidupannya lebih baik.

img_title
VIVA.co.id
5 Februari 2022