Cara Mengambil Hati Anak Muda di Pilgub Jakarta

Cagub dan Cawagub Jakarta
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Sekarang sudah bulan November, sebentar lagi masuk Desember. Artinya 2016 sudah mau berakhir. Tahun 2012 lalu, saya masih kuliah semester 3 di Universitas Bakrie Jakarta, jurusan Ilmu Politik. Untuk warga Jakarta, pasti ingat ada kejadian apa yang menyedot hampir seluruh perhatian masyarakat dan juga media? Ya, benar. Pemilihan gubernur Jakarta, khususnya putaran ke-2. Pada saat itu yang bertarung memperebutkan kursi Jakarta 1 adalah Foke Nara VS Jokowi Ahok.

Pemkab OKU Timur Sabet Opini WTP ke-12, Bupati Lanosin: Alhamdulillah

Kenapa menyedot perhatian semua orang? Karena pemilihan gubernur pada saat itu melibatkan banyak sekali elemen masyarakat. Mulai dari orang tua sampai anak-anak muda. Gaya kampanye yang unik dan penyampaian pesan yang tidak biasa, membuat kampanye pemilihan gubernur tahun 2012 sangat menarik untuk diikuti. Terlebih lagi pada saat itu saya sedang belajar ilmu politik, sehingga sangat relevan untuk ikut berpartisipasi dalam kampanye tersebut.

Kebetulan, saat itu saya menjadi salah satu volunteer untuk pasangan Jokowi-Ahok. Bersama teman-teman kami membuat sebuah kampanye bernama Jakarta I-Vote. Yang bertujuan untuk menyebarkan pesan-pesan mengapa anak-anak muda harus memilih, pentingnya memilih, dan juga perlunya perubahan di Jakarta.

Amicus Curiae Cuma Terakhir untuk Bentuk Opini dan Pengaruhi Hakim MK, Menurut Pengamat

Sebentar lagi tahun 2017, artinya sudah akan ada pemilihan gubernur Jakarta. Tanggal 15 Februari, masyarakat Jakarta akan memilih pemimpin baru. Sejauh ini ada 3 pasangan yang sudah mendaftarkan diri. Yaitu pasangan Ahok-Djarot, Agus Yudhoyono-Sylviana, dan Anies-Sandiaga. Saat ini saya sudah tidak lagi di Jakarta, dan sedang berpetualang karier di salah satu startup E-Commerce di Malaysia. Maka itu, saya tidak akan bisa menikmati keseruan pemilihan gubernur Jakarta tahun 2017.

Untuk itu, demi mengobati rasa keinginan saya untuk berpartisipasi dan sebagai anak muda yang dulu berpartisipasi aktif di pemilihan gubernur tahun 2012, ada 17 tips yang ingin saya bagikan untuk para calon gubernur dan juga tim suskes untuk bisa merebut hati anak-anak muda Jakarta agar memilih pada Pilgub 2017 nanti.

Idrus Marham: Fakta atau Omon-Omon?

1. Optimalkan Media Sosial

Generasi millennial merupakan generasi yang hidup di zaman internet. Setiap hari anak muda tidak lepas dari aplikasi-aplikasi yang ada di smartphone. Jika dilihat saat ini aplikasi yang mendominasi di smartphone anak-anak muda adalah aplikasi media sosial, seperti Facebook, Twitter, Instagram, YouTube dan masih banyak lagi.

Menurut humas Keminfokom, Ismali Cawidu, mayoritas pengguna internet di Indonesia paling banyak untuk mengakses media sosial. Dengan data seperti ini, calon-calon gubernur Jakarta sudah wajib hukumnya menggunakan media sosial sebagai salah satu media kampanye. Beberapa media sosial yang wajib digunakan adalah, Facebook, Twitter, Instagram, YouTube dan juga Snapchat.

Kalau diperhatikan sekarang, rata-rata semua media sosial sudah memiliki fitur video. Artinya calon gubernur harus mulai memanfaatkan media untuk melakukan kampanye. Salah satu fitur baru di Facebook adalah Facebook Live, kita bisa melakukan live streaming video dan berinteraksi dengan friends dan followers. Di sini calon gubernur bisa melakukan “Live Questions and Answers” dengan calon pemilih.

2. Tunjukkan Karya Nyata

Anak-anak muda terkenal dengan sikap kritis. Kami terkenal dengan generasi yang selalu menanyakan setiap kegiatan atau kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Kami selalu bertanya mengenai calon pemimpin kami ke depan. Perlu dicatat bahwa anak-anak muda tidak tertarik dengan sekadar rencana. Hal yang menarik perhatian anak-anak muda adalah karya nyata yang sudah pernah dilakukan oleh calon pemimpin.

Jadi, untuk calon gubernur, kalian bisa mulai menyusun strategi untuk memamerkan karya-karya nyata yang sudah pernah dihasilkan terkait dengan kepemimpinan, hubungan dengan masyarakat, mengambil dan membuat kebijakan, menangani konflik, dan lain-lain. Mengapa karya nyata ini penting? Karena ini adalah Jakarta, ibukota Indonesia. Anak muda tidak ingin pemimpin yang sedang mencoba-coba. Anak muda menginginkan mereka yang sudah berpengalaman memimpin sebuah daerah.

3. Ruang Diskusi Terbuka

Dengan karakteristik anak muda yang kritis dan selalu ingin tanya, ada baiknya jika calon gubernur beserta tim kampanye membuat ruang diskusi terbuka untuk anak-anak muda bertanya seputar program, visi-misi, pengetahuan, dan hal-hal lain terkait dengan pencalonan diri mereka. Hal ini tidak secara langsung meningkatkan elektabilitas, tapi setidaknya diskusi terbuka ini bisa menunjukkan bagaimana pasangan gubernur dan juga wakilnya memandang penting kritik, masukan, dan juga saran dari anak-anak muda Jakarta.

4. Kesempatan Berpartisipasi

Jika dikatakan anak-anak muda tidak peduli dengan politik itu salah. Kami peduli, tapi yang kurang adalah ruang untuk partisipasi. Sering kali banyak masukan dan juga saran yang ingin kami sampaikan yang hanya berakhir di media sosial atau postingan di forum. Bagi setiap kandidat calon gubernur, buat program atau semacam sayembara mengenai ide-ide pembangunan kota Jakarta.

Di sini, anak-anak muda bisa mengirimkan ide-ide mereka mengenai pembangunan kota Jakarta. Bagi mereka yang memiliki ide terbaik akan direalisasikan ketika calon tersebut menjadi gubernur. Atau di skenario kedua, calon gubernur juga bisa membuat sayembara untuk kampanye mereka. Bagi anak-anak muda yang bisa mempresentasikan ide atau konsep kampanye kreatif akan bergabung di dalam tim kampanye dan juga difasilitasi untuk merealisasikan kampanye tersebut.

5. No Black Campaign

Anak-anak muda Jakarta sangat membenci kampanye hitam. Kampanye hitam adalah kampanye yang dilakukan dengan cara menjelek-jelekan pasangan lain. Baik dari segi agama, ras, program dan juga hal-hal lainnya. Tidak harus menjelek-jelekan orang lain untuk dapat terlihat bagus di depan calon pemilih, terlebih lagi anak-anak muda. Kami sudah cukup pintar untuk melihat kampanye yang bersifat menjelek-jelekan dan juga sudah dapat menganalisa dari siapa black campaign ini. Mulailah kampanye yang sifatnya positif. Fokus pada program masing-masing, fokus pada kelebihan diri masing-masing.

6. Transparan

Kampanye pasti menghabiskan uang yang sangat banyak. Pengalaman saya di kantor konsultan politik, membuat saya paham mengenai dana yang dibutuhkan untuk orang maju sebagai kepala daerah, mulai dari wali kota, bupati, gubernur sampai presiden. Dana yang harus dikeluarkan seseorang untuk bisa maju sebagai seorang gubernur Jakarta, tidak kurang dari 1 triliun rupiah. Dana yang luar biasa bukan?

Salah satu hal yang bisa dilakukan oleh calon gubernur adalah membuka kesempatan untuk masyarakat menyumbang dana kampanye dan juga secara transparan memberikan informasi dari mana saja dana kampanye mereka datang. Tentu tidak mudah menjadi transparan, karena akan banyak sekali perusahaan-perusahaan, pebisnis, atau pihak-pihak yang berkepentingan menyumbangkan uang untuk kepentingan tertentu. Tapi untuk mengambil hati anak-anak muda Jakarta memang tidak mudah.

Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie

Pemkot Tangsel Raih Opini WTP 12 Kali Berturut, Benyamin: Kami Selalu Bertekad Pertahankannya

Pencapaian Opini WTP Pemkot Tangsel ini yang ketiga di bawah kepemimpinan Wali Kota Benyamin Davnie dan Wakil Wali Kota Pilar Saga Ichsan.

img_title
VIVA.co.id
8 Mei 2024