Bagaimana Sebenarnya Penyakit Ujub?

apa itu ujub?
Sumber :
  • vstory

VIVA - Ujub merupakan penyakit tercela yang ada dalam diri manusia. Sebagaimana pendapat Ali Farid Duhruj, bahwa seseorang yang memiliki sifat ujub, maka dalam dirinya akan timbul rasa bangga.

Jemaah Indonesia akan Dapat Smart Card dari Arab Saudi, Apa Fungsinya?

Hal itu disebabkan kebaikan dan kelebihan nikmat yang telah dimilikinya, dan kebaikan itu tidak dimiliki orang lain.

Oleh sebab itu, hilanglah rasa syukur yang seharusnya dilakukan atas pemberian kebaikan dan kelebihan nikmat oleh Allah Swt.

Cerita Brian Siawarta Jadi Pendeta, Malah Pilih Belajar Agama Islam

Ada beberapa macam penyakit ujub, di antaranya adalah mereka yang ujub dengan keindahan badannya. Menurut Al-Muhasibi, cara mengobatinya adalah dengan mengingat bahwa keindahan tubuh yang didapatkannya adalah nikmat Allah yang harus disyukuri.

Sehingga, dengan mengetahui bahwa ujub yang dia alami itu akan mengingkari nikmat Allah, sudah seharusnya ia memahami bahwa yang didapatkannya bisa saja hilang dalam sekejap dan diganti dengan hukuman atau adzab Allah.

Pendeta Brian Siawarta Bersyukur Jadi Minoritas di Indonesia, Kenapa?

Tentu saja dengan mengetahui bahwa hakikat dirinya adalah berasal dari tanah, dari mani yang kotor dan rendah. Sehingga ia akan sadar dan mengetahui betapa rendah dan lemahnya dirinya.

Kemudian ada juga ujub dengan kekuatan yang dimilikinya. Dia membesar-besarkan dirinya, sehingga lupa bersyukur kepada Sang pemberi kekuatan. Kita harus ingat, bahwa kekuatan yang kita dapatkan adalah nikmat dan ujian dari Allah. Juga mengingat selalu bahwa Allah Sang pemilik kekuatan bisa mengubah kekuatan tersebut menjadi penyakit dan ketidakberdayaan.

Sehingga dengan pengetahuan dan kesadaran itu, penyakit ujub akan hilang, dan selalu bersyukur atas nikmat kekuatan yang diberikan.

Selanjutnya, ada ujub dengan akal yang sehat. Ujub seperti ini disebabkan oleh rasa kepemilikikan akal yang baik sampai membuat seseorang lupa bahwa akal yang dimilikinya adalah nikmat dari Allah untuknya.

Sehingga menganggap bahwa kecerdasan yang ada padanya diperoleh atas usahanya sendiri tanpa ada sangkut-paut dengan Allah Swt. Maka, cara pengobatannya ialah dengan mengetahui dan mengingat tentang keadaan ketika dia di dalam keadaan bodoh dan tidak tahu apa-apa karena belum diberikan kecerdasan oleh Allah Swt.

Ketika seseorang telah menyadari bahwa kelebihan kecerdasan yang dimiliki seseorang adalah cobaan dari Allah, sungguh ia juga telah menyadari bahwa Allah adalah sang pemilik kecerdasan. Dialah yang memberikan kecerdasan kepada setiap hamba-Nya.

Namun, apabila Allah berkehendak, maka kecerdasan tersebut bisa diambil sewaktu-waktu olehNya. Disaat itulah maka seorang hamba tidak akan bisa berbuat apa-apa.

Setelah mengetahui hal-hal tersebut, maka kita akan sadar bahwa orang-orang yang tidak diberikan kecerdasan lebih baik daripada dia karena lebih ringan ujian hidupnya.

Karena menurutnya, semakin banyak memiliki kelebihan, semakin banyak pula yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Maka pada akhirnya seseorang itu tidak lagi sombong dengan kecerdasan yang dimilikinya dan akan selalu bersyukur atas kenikmatan yang didapatkan dari Allah Swt.

Selanjutnya, ada orang ujub dengan keturunan yang dimilikinya. Maka berbesar hatilah dia yang memiliki nenek moyang dan keturunan yang terhormat, sampai dia lupa bersyukur atas kelebihan tersebut.

Kita harus senantiasa mengingat bahwa kemuliaan yang didapatkan, berupa keturunan berasal dari Allah. Dengan mengetahui bahwa pemberian ganjaran atau pahala itu dari Allah, tidak dilihat dari keturunan yang dimilikinya, melainkan dari iman. Keturunan yang dimiliki adalah nikmat dari Allah yang harus disyukuri. Pada akhirnya, akan hilang dari diri seseorang penyakit ujub yang timbul sebab memiliki keturunan yang terhormat, dan akan tetap bersyukur dengan itu.

Kemudian ada orang ujub karena mempunyai banyak harta. Dia menggantungkan hidupnya kepada harta yang dimilikinya, dan itu menjadikannya seseorang yang sombong kepada orang yang tidak mempunyai harta.

Maka, untuk mengobatinya yaitu dengan cara mengetahui bahwa seluruh harta yang dimiliki adalah titipan dan ujian dari Allah Swt. Kemudian dengan mengetahui dan sadar bahwa dengan harta yang banyak dia akan mempunyai banyak kewajiban dibandingkan orang yang tidak memiliki banyak harta.

Pada akhirnya, dia takut dengan kepemilikan harta yang banyak karena takut tidak bisa mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah, dan melihat orang fakir miskin lebih baik dan enak karena tidak memiliki banyak kewajiban yang dilakukan.

Maka, al-Muhasibi telah mengatur dan mengurutkan tingkatan dari beberapa penyakit dan obatnya dari yang paling mudah sampai yang paling sulit untuk diobati. Dalam hal ini, al-Muhasibi meletakkan penyakit ujub sebagai penyakit yang harus diobati pertama kali.

Karena sejatinya, ujub adalah penyakit yang muncul ketika orang merasa dalam hatinya bahwa dia lebih baik daripada orang lain karena nikmat yang diberikan Allah kepadanya, dan pada hakikatnya itu adalah tipu daya setan yang dihembuskan kepada manusia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.