Cerita Brian Siawarta Jadi Pendeta, Malah Pilih Belajar Agama Islam

Pendeta Brian Siawarta.
Sumber :
  • Instagram @briansiawarta.

VIVA Lifestyle – Siapa tak kenal dengan pemuka agama Brian Siawarta? Pemuka agama Kristen ini cukup populer di kalangan netizen. Mengingat dirinya yang cukup aktif di media sosial TikTok dan berbagi tentang berbagai hal termasuk soal kehidupan keagamaan. 

Pemimpin Muslim Berpengaruh di Dunia Sebut Islamofobia Berawal dari Kesalahpahaman

Brian Siawarta sendiri memulai perjalanan spiritualnya sebagai seorang Pastor saat usianya 24 tahun. Brian bercerita, awalnya sang ibunda yang sempat sakit mendapat mukjizat kesembuhan. Scroll untuk tahu cerita lengkapnya, yuk!

“Perjalanan itu pas gue kecil nyokap gue dapat mukjizat kesembuhan. Nyokap sakit ada duri di tulang punggungnya, nyokap terbaring di atas ranjang. Pada saat itu temennya yang baru percaya Tuhan doain setiap minggu. Dalam satu tahun ilang, dokternya di Singapura non Kristen bilang kalau ini sering berdoa dapat mukjizat. Dari sana bokap nyokap ke gereja pelayanan segala macam,” kata dia di YouTube Melaney Ricardo, dikutip Selasa 30 April 2024. 

2 Mahasiswa Psikologi Islam IAIN SAS Babel Raih Prestasi Peneliti Muda Terbaik di KNPMPI 2024

Lebih lanjut diungkap Brian, awalnya dia tidak sama sekali terpikir untuk menjadi seorang pendeta. Terlebih background keluarganya sebagai pengusaha. 

Pelapor Pendeta Gilbert soal Penistaan Agama Diperiksa Polisi, Ngaku Ngasih Ini ke Penyidik

“Gue terlahir dari cindo, gue dari dulu enggak pernah mau jadi pendeta. Siapa yang mau jadi pendeta, ribet banget. Bokap gue pebisnis, keluarga pebisnis,” ungkapnya.

Namun memasuki usia 25 tahun terjadi pergumulan di dalam hatinya. Dia sempat mempertanyakan tentang poin kehidupan yang dijalani.

“22-23 tahun ada kosong, 24-25 mulai mempertanyakan poin hidupnya. Dari sana gue merasa poin kehidupan Tuhan, gue tantang Tuhan dekatkan gue,” ujarnya.

Hingga akhirnya dia memutuskan untuk belajar ilmu Alkitab di Australia selama 3 tahun. Setelah selesai menyelesaikan pendidikannya, Brian mengaku saat itu masih belum ingin menjadi pendeta di Indonesia. 

“Tiga tahun sekolah Alkitab basic. Gue lanjut S2 Teologi Perth. Setelah belajar Alkitab gue enggak mau pulang ke Indonesia, gak mau jadi pendeta,” kata dia.

Diungkap oleh Brian saat itu dirinya merasa tidak cocok dengan Indonesia. Dia juga mengaku secara tidak sadar hidup dengan rasisme kala itu.

“Gue gak cocok di Indonesia, tapi suatu hari tercetus ada tujuan Tuhan ciptakan gue orang Indonesia. Sampai akhirnya nyerah kalau harus balik (ke Indonesia) ya balik,” kata dia.

Hingga akhirnya Brian memutuskan mengambil S2 Teologi. Menariknya, diungkap Brian dirinya mengambil jurusan misiologis dengan fokus islamisme. 

“Gue putuskan untuk lanjut S2 Teologi, ambil misiologi. Pelayanan lintas budaya dengan fokus islamologi. Tesis gue tulis tentang saudara kita yang Islam. Kenapa? Karena gue sadar satu hal, kalau gue terpanggil melayani Indonesia, maka gue harus mau melayani saudara gue yang muslim,” kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya