Budayakan Karakter Gemar Membaca di Dalam Keluarga

Menemani Anak Membaca
Sumber :
  • vstory

VIVA – Gemar membaca merupakan salah satu nilai karakter yang harus ditanamkan pada anak. Nilai karakter ini masuk dalam salah satu rincian nilai karakter dalam Pasal 3 Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang Pendidikan Penguatan Karakter.

Amicus Curiae Cuma Terakhir untuk Bentuk Opini dan Pengaruhi Hakim MK, Menurut Pengamat

Nilai karakter ini perlu ditanamkan karena memang faktanya minat baca di Indonesia tergolong rendah. Menurut www.kominfo.go.id (10 Oktober 2017 dalam artikel "Masyarakat Indonesia: Malas Baca Tapi Cerewet di Medsos"), UNESCO menyebutkan Indonesia urutan kedua dari bawah soal literasi dunia.

Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia 0,001 persen. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca. Tidak perlu dibahas penyebab rendahnya minat baca ini. Sudah pasti ini akan menimbulkan kambing hitam dari berbagai sudut pandang. Yang perlu dipertanyakan adalah bagaimana cara menumbuhkan minat baca, terutama pada anak.

Idrus Marham: Fakta atau Omon-Omon?

Anak adalah calon pemimpin bangsa. Mereka perlu dibekali pengetahuan. Salah satu cara mencapainya dengan membaca. Oleh karenanya nilai karakter gemar membaca harus ditanamkan dalam diri mereka. Perlu dipahami juga anak adalah bagian keluarga.

Keluarga menurut Pasal 27 UU RI Nomor 20 Tahun 2003 berkedudukan sebagai lembaga informal. Sedangkan dalam ayat 1 pasal di atas disebutkan kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

Pembelajaran Berdiferensiasi dan Upaya Menumbuhkan Potensi Peserta Didik

Yang perlu menjadi perhatian adalah Pasal 4 Perpres Nomor 87 Tahun 2017. Dalam pasal itu keluarga disebutkan sebagai lembaga informal yang harus menanamkan karakter. Dalam lembaga informal ini siapa lagi gurunya kalau bukan orang tua.

Orang tua dalam menanamkan nilai karakter gemar membaca harus berpedoman pada Pasal 5 Perpres 87 Tahun 2017. Dalam Pasal itu dijelaskan untuk menanamkan karakter harus berpedoman tiga prinsip.

Pertama, berorientasi pada berkembangnya potensi peserta didik secara menyeluruh dan terpadu. Kedua, keteladanan dalam penerapan pendidikan karakter pada masing-masing lingkungan pendidikan. Ketiga, berlangsung melalui pembiasaan dan sepanjang waktu dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan tiga prinsip di atas maka ada beberapa hal yang harus dilakukan orang tua. Pertama, menyediakan bahan bacaan yang sesuai perkembangan anak. Dalam menyediakan bahan bacaan tidak harus beli buku. Orang tua dapat mencari bahan bacaan yang tersedia di internet.

Setelah memilih bahan bacaan, orang tua dapat membagikan link bacaan ke gadget anak. Bisa melalui WhatsApp, Line, Telegram atau aplikasi lain yang ada di gadget anak. Yang paling penting pilih bacaan yang diminati anak. Dalam prinsip penanaman karakter yang pertama adalah berorientasi pada berkembangnya potensi peserta didik secara menyeluruh dan terpadu. Artinya harus memperhatikan kepentingan anak.

Kedua, orang tua harus menjadi teladan anak dalam kegiatan membaca. Oleh karenanya ada baiknya jika anak membaca orang tua juga melakukan hal yang sama. Salah satu cara belajar anak adalah dengan mencontoh. Dalam keluarga siapa lagi yang dijadikan teladan jika bukan orang tua sebagai orang terdekat mereka.

Berkaitan dengan hal di atas, perlu diingat prinsip pendidikan Ki Hajar Dewantara. Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri andayani. Artinya “Di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat dan di belakang memberikan (daya kekuatan”. Yang di depan itu orang tua. Yang di tengah itu anak. Yang di belakang itu orang tua.

Ketiga, orang tua harus membiasakan anak membaca di rumah. Sekadar contoh, orang tua dapat mewajibkan mereka membaca pada waktu tertentu. Misalnya pada sore hari setelah mandi. Bisa juga beberapa menit sebelum tidur. Tidak perlu lama, cukup 5 sampai 10 menit asal rutin setiap hari. Dengan begitu dapat dipastikan kebiasaan membaca akan tumbuh dalam diri.

Yang paling penting adakan diskusi tentang bacaan yang telah dibaca anak. Tidak perlu terlalu serius, cukup tanya jawab ringan. Misalnya orang tua dapat meminta anak menceritakan apa yang sudah dibaca. Dengan begitu orang tua dapat melihat anaknya membaca atau tidak.

Demikianlah alternatif untuk membudayakan karakter gemar membaca dalam diri anak. Untuk melaksanakan ini tidak perlu anggaran melimpah. Yang dibutuhkan hanya kesabaran, ketelatenan dan niat orang tua untuk memberikan waktu mendampingi anak membaca. Inilah yang harus dilakukan agar membaca jadi budaya.

Budaya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hasil pikiran dan akal budi. Agar budaya gemar membaca tertanam dalam akal dan budi perlu niat orang tua dalam hati yang bersih.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.