Ayo, Jadikan Anak Kita Bijak Berdunia Maya

Keluarga Mendampingi Anak Menggunakan Internet
Sumber :
  • vstory

VIVA – Saya lahir tahun 1979 dan saat ini saya diberi karunia tiga orang anak. Anak pertama kelahiran tahun 2004. Anak kedua dan ketiga kembar kelahiran tahun 2010. Jika dikategorikan dalam pembagian generasi versi wikipedia berarti saya masuk generasi milenial dan anak-anak saya generasi alpa.

Sebagian besar masa kecil saya habis bersama keluarga dan tetangga. Pada masa itu permainan yang sering saya lakukan petak umpet, lompat tali, gobak sodor, renang di sungai dan memancing belut di sawah. Saat malam kami sekeluarga biasanya duduk-duduk di depan televisi yang gambarnya hitam putih.Dan TVRI satu-satunya stasiun televisi yang bisa dinikmati.

Saya mengenal Personal Komputer (PC), laptop, dan internet saat kuliah tahun 1999, setahun setelah runtuhnya orde baru. Saat itu koneksi internet menggunakan dial up yang memanfaatkan PTSN dengan kecepatan koneksi maksimal 64 Kbps. Dapat dibayangkan betapa lambatnya untuk membuka sebuah situs dengan kecepatan seperti itu.

Jika semua dibandingkan dengan zaman anak saya sekarang, jelas 180 derajat berbeda. Mereka lahir dan dibesarkan dalam perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat untuk ukuran zaman sekarang. Mereka lahir saat internet jadi kebutuhan pokok masyarakat. Mereka dibesarkan dalam situasi pasar dibanjiri perangkat komunikasi yang menawarkan berbagai kemudahan hidup pada manusia.

Pada situasi seperti ini informasi dalam genggaman. Tidak peduli informasi itu positif atau negatif semua dapat diperoleh dengan berbekal gadget saja. Faktanya juga hampir semua anak TK dan SD sekarang sudah akrab dengan hasil teknologi ini. Singkat kata, bagi mereka gadget bukan barang mewah.

Sementara itu keluarga adalah lingkungan sosial terdekat dengan anak-anak. Sebagian besar juga waktu mereka bersama keluarga. Atas dasar ini keluarga merupakan lembaga paling berpotensi dalam memberi pendidikan pada anak.

Dalam Pasal 1 UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, keluarga dinyatakan sebagai lembaga pendidikan informal. Sedangkan pada Pasal 27 UU RI tersebut dinyatakan kegiatan pendidikan yang dilakukan keluarga berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

Dalam kegiatan belajar mandiri itu siapa lagi gurunya kalau bukan orang tua. Berkaitan dengan ini ada beberapa hal yang harus dilakukan agar anak bijaksana dalam berdunia maya.

Pertama, orang tua harus dapat menunjukkan pada anak mana yang baik dan buruk dalam internet berdasarkan norma. Tunjukkan mana yang baik dalam internet yang sesuai dengan agama. Paparkan mana yang buruk dalam internet yang tidak sesuai norma masyarakat.

Kedua, orang tua juga harus mengarahkan anak dapat menggunakan internet untuk memperdalam pengetahuan dalam berbagai mata pelajaran di sekolah.

Ketiga, orang tua harus selalu siap membimbing, menuntun, memberi petunjuk, mengasuh dan memberi penjelasan jika anak bertanya tentang sesuatu yang tidak anak pahami di internet. Jadi sudah jelas orang tua harus telaten, ulet dan sabar.

Keempat, orang tua harus mengarahkan anak dan menunjukkan hal-hal positif yang bisa didapatkan anak dari internet. Mereka harus bisa memberikan petunjuk dalam memanfaatkan internet untuk memecahkan masalah keseharian dan bukan untuk kebutuhan pelajaran sekolah saja.

Kelima, orang tua harus bisa menilai. Artinya bukan memberikan skor atau angka namun lebih pada pemberian penghargaan berupa pujian yang memotivasi anak. Hal ini dilakukan jika anak dapat melakukan sesuatu yang positif dari internet. Sekadar contoh, puji mereka jika bercerita tentang game online yang mereka menangkan di internet.

Keenam, orang tua harus selalu  mengevaluasi yang artinya mengadakan pengawasan terus-menerus. Makna tersiratnya adalah ketelatenan memantau anak secara rutin. Sekadar masukan, jika melihat anak sedang browsing sesekali tanyakan apa yang sedang mereka cari. Jika mereka chatting di media sosial sesekali juga bertanyalah siapa teman-teman mereka.

Demikianlah yang harus dilakukan orang tua. Sekilas terasa berat tapi memang demikianlah jika ingin mencetak anak bijak dalam berdunia maya. Anak-anak yang hidup pada masa ini adalah generasi emas. Mereka calon pemimpin bangsa. Mereka harus dipersiapkan menghadapi tantangan zaman.

Idrus Marham: Fakta atau Omon-Omon?

Sementara dalam kemajuan teknologi informasi tidak menutup kemungkinan memunculkan hal negatif. Salah satu cara untuk mengantisipasi hal negatif dalam perkembangan zaman melalui pendidikan. Salah satu cara efektif untuk mempersiapkan mereka menghadapi tantangan zaman adalah juga melalui pendidikan.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Pasal 1 UU RI Nomor 20 Tahun 2003).

Pembelajaran Berdiferensiasi dan Upaya Menumbuhkan Potensi Peserta Didik

Sesuai definisi di atas, maka untuk mencetak anak yang bijak dalam berdunia maya diperlukan perencanaan yang matang. Diperlukan juga ketelatenan dan keuletan dalam prosesnya. Semua bukan tugas sekolah saja tapi juga orang tua dalam keluarga.

Direktur Eksekutif Indo Barometer, Muhammad Qodari menyampaikan hasil survei.

Amicus Curiae Cuma Terakhir untuk Bentuk Opini dan Pengaruhi Hakim MK, Menurut Pengamat

Pengamat politik meyakini amicus curiae atau sahabat pengadilan tidak akan memengaruhi putusan hakim Mahkamah Konstitusi (MK) terhadap perkara sengketa Pilpres 2024.

img_title
VIVA.co.id
21 April 2024
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.